BAB 4 - PESAN TERSEMBUNYI

Suara bisikan itu masih terdengar jelas di telinga Elysia.

"Aku sudah hampir keluar."

Tangannya mencengkram erat jurnal Hitam yang tadi jatuh. Nafasnya memburu, dadanya naik turun dengan cepat. Ia tidak bisa tinggal disini lebih lama. Cermin itu bukan hanya refleksi biasa. Sesuatu yang lain. . . Sesuatu yang hidup di balik sana. . . Sedang mencoba menerobos ke dunianya.

Dalam kegelapan yang kini menyelimuti rumahnya. Elysia meraba raba menuju pintu keluar. Jantungnya berdegup kencang. Jari jarinya nyari Tidka bisa menemukan pegangan pada gagang pintu.

Ketika akhirnya ia berhasil membukanya, angin malam yang sejuk langsung menyergap tubuhnya. Tangannya gemetar saat mencoba menekan nomor Satrio di ponselnya.

"Angkat, Sat. . Angkat. . ."gumamnya panik.

Nada sambung terdengar, satu detik. . . Dua detik. . . Tiga detik. . .

"Elysia?" suara Satrio akhirnya terdengar, sedikit serak karena kelelahan.

"Satrio. . . Aku. . . Aku butuh bantuan mu. Ada sesuatu di rumahku. Aku, aku Tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tetapi aku merasa dia. . Bayanganku bukan aku !"

Di seberang Satrio terdiam sejenak sebelum menjawab, kali ini dengan suara yang lebih serius.

"Oke, tenang dulu. Aku sudah dalam perjalanan ke rumahmu."

"Tidak !" Elysia hampir menjerit. "Jangan ke rumah ! Aku. . . Aku akan ke kafe biasa. Aku tidak bisa tinggal di sini lebih lama lagi."

"Oke, aku mengerti. Aku tunggu di sana," kata Satrio.

Elysia menutup teleponnya dan segera berlari menuju garasinya. Tangannya bergetar saat memasukan kunci ke lubang kontak motor. Mesin meraung, dan tanpa berpikir panjang, ia melaju menembus angin malam.

----

Kafe tempat mereka biasa bertemu sudah hampir tutup. Pelayan di meja kasir menatap Elysia dengan bingung saat ia masuk dengan nafas yang tersengal-sengal dan wajah pucat.

Satrio sudah duduk di sudut, matanya tajam mengamati kedatanganya. Begitu Elysia duduk, ia langsung berkata,"Apa yang terjadi?".

Elysia masih berusaha untuk mengatur nafasnya. Ia mengeluarkan jurnal Edric dari tasnya dan meletakkan di meja.

"Aku menemukannya di rumah. Ini jurnal Edric."

Satrio mengernyitkan dahinya. Ia membuka halaman pertama, lalu matanya menyipit saat membaca tulisan Edric.

>"Jangan percaya bayanganmu sendiri."

Ia melanjutkan membaca beberapa halaman berikutnya. Semakin jauh ia membaca, semakin serius ekspresinya.

"Refleksi yang hidup. . Perbatasan di balik cermin. . Apa apaan ini?" gumamnya.

"Aku juga tidak tahu," Elysia menjawab, suaranya lemah. "Tapi aku melihatnya, Sat. Bayanganku tidak mengikuti gerakan ku. Bahkan. . . Ia berbicara kepadaku."

Satrio terdiam. Ia menatap Elysia dekat dekat, mencoba mencari kepastian di wajah sahabatnya itu.

"Jadi kau bilang. . Ada sesuatu di balik cermin itu ?" tanyanya akhirnya.

Elysia mengangguk. "Dan aku yakin ini pasti ada hubungannya dengan kematian Edric."

Satrio menghela nafas panjang sebelum ia akhirnya berbicara. "Aku juga menemukan sesuatu tentang Edric.

Elysia langsung menegakkan punggungnya. "Apa maksudmu?"

Satrio merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah flash Drive kecil. "Aku mendapatkan ini dari seorang teman kepolisian. Ini adalah rekaman CCTV beberapa jam sebelum kecelakaan Edric."

Ia mengambil laptop dari tasnya dan menancapkan flash Drive itu. Saat beberapa detik, video mulai diputar.

Layar menampilkan rekaman di sebuah jalanan yang amat sepi. Mobil Edric terlihat melaju dengan kecepatan normal. Namun, beberapa detik kemudian, sesuatu hal yang aneh terjadi.

Di dalam mobil, bayangan di kursi penumpang tampak lebih gelap dari seharusnya.

Dan lalu, sesuatu yang tak masuk akal terjadi.

Bayangan itu mulai bergerak sendiri.

Elysia menahan nafas.

Bayangan di kursi penumpang menoleh ke arah Edric. Tapi Edric tidak bereaksi, seolah ia tidak melihatnya.

Lalu, bayangan itu menyentuh setir mobil.

Mobil Edric tiba tiba berbelok tajam ke kanan dan menabrak pembatas jalan. Rekaman berakhir.

Tangan Elysia langsung menutupi mulutnya.

"A-apakah itu. . .?"

Satrio menatapnya dengan ekspresi gelap. "Ini bukan kecelakaan biasa, Elysia. Aku rasa ada sesuatu yang ikut di mobil Edric pada malam itu."

Elysia menggigit bibirnya. Apakah itu makhluk yang sama yang kini sedang mengincar nya ?

"Kita harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi," kata Satrio, suaranya lebih serius dari sebelumnya. "Dan aku tahu darimana kita bisa mulai."

Elysia menatapnya dengan penuh harapan. "Di mana?"

Satrio mengambil nafas dalam dalam sebelum menjawab. "Rumah tua yang ada di jurnal ini. Edric pernah ke sana sebelum kematiannya. Kita harus mencari tahu apa yang ia temukan di sana."

Elysia merasakan ketakutan sekaligus dorongan kuatt untuk mendapatkan jawaban.

Apapun yang terjadi malam ini, ia tahu satu hal pasti, bahwa ini adalah sebuah permulaan.

Terpopuler

Comments

Koichi Zenigata

Koichi Zenigata

Seru abiss

2025-03-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!