Jayang Kara dalam bahaya

Sebuah kereta kuda yang melaju dengan cepat memasuki sebuah hutan bambu, kereta kuda yang berisi ki awang beserta keluarga nya berniat kabur ke kadipaten tambak wengi.

Ketika kereta kuda tersebut memasuki tengah – tengah hutan bambu, tiba – tiba kuda yang membawa kereta tersebut berhenti mendadak dan tak bergerak, hal ini membuat sang kusir jadi heran. Ki awang yang berada di dalam kereta pun jadi bingung, tak lama kemudian, ki awang keluar ingin bertanya kepada kusir yang sedang berdiri bingung di depan kuda pembawa kereta.

“bonjo, kenapa kereta ini kau hentikan?”

“ampun raden, hamba tidak tau mengapa kuda – kuda ini berhenti mendadak” jawab kusir yang bernama bonjo tersebut.

“biar ku periksa” ujar ki awang.

Tiba – tiba ki awang langsung mengeluar kan golok nya ketika melihat benjolan biru kecil di pangkal paha kuda tersebut. Ki awang tahu ada orang yang telah menotok kaki kuda sehingga kedua kuda tersebut tidak bergerak lagi. Tiba – tiba ada suara tertawa keras dengan pengerahan tenaga dalam yang tinggi terdengar oleh kelompok ki awang. Sang kusir yang tidak memiliki ilmu kanuragan kelihatan kesakitan dan telinga nya mengeluarkan darah. Kia awang yang ternyata bukan juga pria tua biasa, walaupun bukan seorang pendekar hebat, tapi ki awang adalah mantan tetua padepokan kencana ungu, padepokan aliran netral yang tidak ikut aliran manapun.

Ki awang segera berlari menuju kereta dan melihat kedalam kereta, betapa terkejut nya ki awang melihat istri dan kedua anak nya mati mengenaskan. Mereka mati dengan kening tertancap sebuah paku berwarna ke hijauan, dari warna paku dan warna darah yang keluar ki awang tahu bahwa paku tersebut beracun.

“keluar kalian pengecut, kalian harus membayar perlakuan kalian” ujar ki awang yang sudah marah besar.

“he he he kami sudah dari tadi di sini ki awang”

Ki awang meloncat kaget ketika terdengar suara di belakang nya. Dia bertambah kaget ketika mengetahui siapa yang berhadapan dengan nnya saat ini.

“Raja lelembut gunung sawu dan dewi siluman laut, kenapa kalian begitu kejam membunuh mereka yang tak berdosa” tanya ki awang menahan amarah.

“kalian tau bukan siapa aku, mungkin kalian pendekar urutan kedelapan dan kesembilan dari aliran hitam, tapi aku bukanla anak kemarin sore yang takut akan gelar kalian. Kalian harus bertanggung jawab” gusar ki awang

“he he he Pendekar golok baja, kami tau siapa dirimu tua bangka, kamu memang memiliki kepandaian tapi Cuma untuk sekitar padepokan dan di dalam istana, apakah kamu pikir kami tidak tau kebusukan mu menghasut ayah destra arya yang Cuma senopati kecil untuk memberontak pada raja terdahulu yaha dari arya pamungkas, kamu itu tua bangka licik dengan kepandaian secuil. Jangan berlagak besar di hadapan kami.” Jawab ki wulung sukmara.

“kami kesini ditugaskan untuk menghabisi kalian, destra arya, singgih, dan pejabat istana kerajaan jayang kara termasuk juga kau pendekar golok baja” lanjut nini rukmana alas.

“siapa yang memerintahkan seperti itu, kami adala sekutu terdekat ki buru reksa, ketua kalian. Apakah kalian berani menjawab kalau ketua kalian bertanya perihal kami” bantah ki awang.

“tak akan ada yang bertanya pendekar golok baja, kerajaan jayang kara tidak lah begitu penting bagi kami, lagian perintah ini berasal dari ketua kami, jadi bersiaplah” tukas nini rukmana alas.

“Baiklah siapa yang maju diantara kalian berdua” tantang ki awang.

“ha ha ha.. kau merasa hebat ki awang, kau hanya akan berhadapan dengan salah satu dari tiga murid ku ini,” jawab ki wulung sukmara.

Baru disadari oleh ki awang ada tiga orang lagi yang duduk santai di bawah pohon yang besar di samping kanan ki awang. Karena suasana tengah malam yang gelap dan amarah yang memuncak, membuat ki awang tidak menyadari keberadaan mereka.

“sukita, kau habisi tua bangka sok jagoan ini” perintah ki wulung sukmara kepada pemuda berusia dua puluh lima tahun berbaju biru gelap dengan memegang sebuah batang bambu kecil seperti suling. Melihat bambu tersebut ki awang yakin pemuda inilah yang sudah menghabisi keluarga nya.

Jadi kau yang sudah membantai keluarga ku keparat” tunjuk ki awang, pada saat itu ki awang langsung mengerahkan tenaga dalam penuh sehingga membuat di sekitar tubuh ki awang ada siluet bayangan berwarna kuning terang sebanyak dua baris.

Pada saat ini, ukuran kekuatan tenaga dalam seorang pendekar di ukur sari jumlah garis yang melebar di sekitar tubuh nya, itupun Cuma bisa dilihat oleh para pendekar yang sudah mampu mengolah tenaga dalam. Warna kuning pada tingkatan tenaga dalam adalah tingkatan terendah, dan di setiap warna kekuatan, makin gelap warna nya makin tinggi kekuatan nya. Kuning, hijau, biru, merah, dan terakhir hitam. Tiap warna memiliki tiga tingkatan.

Sedangkan sukita juga sangat ingin memamerkan tenaga dalam yang dimiliki nya. Pada saat itula ki awang sadar bahwa dia bukan lah tandingan dari sukita. Dilihat bahwa pemuda itu memiliki tenaga dalam berwarna kuning gelap, berarti pemuda itu memiliki kekuatan dua tingkat diatas ki awang.

“hiaaatt”

Ki Awang melompat tinggi seraya menebaskan golok nya, dengan mempergunakan ilmu peringan tubuh nya, ki awang ingin segera menghabisi pemudi itu. Tapi sukita bukanlah lawan yang sebanding bagi ki awang,dengan hanya sedikit memiringkan tubuh nya ke arah kiri serangan ki awang sudah bisa di atasi oleh sukita, malahan sukita mampu memasukkan serangan dengan pengerahan separuh tenaga dalam nya, bambu yang mirip suling itu di tusuk dengan kuat kearah lambung ki awang, ki awang yang sudah tidak mampu berpikiran jernih karena kematian keluarga nya tidak menyadari hal itu, akibat nya...

Tubuh ki awang terpental beberapa meter, dan di mulut nya memuntahkan darah segar. Ki awang tidak mampu melanjutkan lagi pertarungan. Ki awang sadar, karena emosi dia begitu lengah, sehingga seharus nya dia mampu memberikan perlawanan kepada lawan, jadi kalah hanya dengan dua gerakan ringan.

“ha ha ha, mana keangkuhanmu tadi ki awang, saya tidak bisa berlama – lama di sini, destra arya harus mampus saat ini. jadi, selamat tinggal ki awang.” Tukas sakuti seraya meniupkan bambu nya yang ternyata berisi paku beracun.

Paku tersebut tepat mengenai kening ki awang, ki awang terlentang dengan kepala tertancap paku dan tewas seketika. Setelah itu dengan ilmu meringankan tubuh nya, sukita berlari cepat ke arah kota raja jayang kara untuk menyusul guru dan dewi siluman laut serta saudara seperguruan nya.

Episodes
1 Kerajaan jayang kara
2 Prabu Arya pamungkas
3 Rencana Arya Pamungkas
4 Kedatangan jayang kara
5 Penghianatan Kencono duksa
6 Persiapan Perang
7 Tipuan untuk Jayangkara
8 Awal perang
9 Perang 1
10 Misteri Jaya dipa
11 Kegusaran Buru Reksa
12 Ketakutan Destra Arya
13 Jayang Kara dalam bahaya
14 Kematian Destra arya
15 Pedang Malaikat
16 Pedang Naga Langit
17 Menguasai mata naga
18 Menguasai Mata Naga 2
19 Menguasai Mata Naga 3
20 Mengunjungi orang tua
21 Memulai Petualangan
22 Pertemuan Aliran putih 1
23 Pertemuan Aliran putih 2
24 Pertemuan Aliran putih 3
25 Ki Surya lengkara vs windu
26 Pertarungan melawan si jubah hitam
27 Gejolak dunia persilatan
28 Kitab serat pedang naga
29 Ki jengger manuk
30 Maling hitam tombak sakti
31 Maling hitam tombak sakti 2
32 Tewas nya Ki walatikta
33 Klabang Geni
34 sergapan di wanua kali gawe
35 Hantu kematian
36 ayu Diah kameshwari
37 wisanggeni
38 wisanggeni 2
39 Saraswati
40 Hilang nya mustika kerajaan
41 Hilangnya mustika kerajaan 2
42 Kota raja
43 Rasa tidak percaya
44 Akhir perburuan mustika kerajaan
45 Manusia berwajah singa
46 Satria Pemali
47 Pedepokan Kencana Ungu
48 Putra Gatama
49 Partai Tengkorak Darah
50 Padepokan Belibis Putih
51 Misteri Satria Pamali
52 Penyerangan ke gunung panjar
53 Menghadang Ki faksi jaladar
54 kematian Ki faksi jaladara
55 Kegusaran sarkapaneka
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Kerajaan jayang kara
2
Prabu Arya pamungkas
3
Rencana Arya Pamungkas
4
Kedatangan jayang kara
5
Penghianatan Kencono duksa
6
Persiapan Perang
7
Tipuan untuk Jayangkara
8
Awal perang
9
Perang 1
10
Misteri Jaya dipa
11
Kegusaran Buru Reksa
12
Ketakutan Destra Arya
13
Jayang Kara dalam bahaya
14
Kematian Destra arya
15
Pedang Malaikat
16
Pedang Naga Langit
17
Menguasai mata naga
18
Menguasai Mata Naga 2
19
Menguasai Mata Naga 3
20
Mengunjungi orang tua
21
Memulai Petualangan
22
Pertemuan Aliran putih 1
23
Pertemuan Aliran putih 2
24
Pertemuan Aliran putih 3
25
Ki Surya lengkara vs windu
26
Pertarungan melawan si jubah hitam
27
Gejolak dunia persilatan
28
Kitab serat pedang naga
29
Ki jengger manuk
30
Maling hitam tombak sakti
31
Maling hitam tombak sakti 2
32
Tewas nya Ki walatikta
33
Klabang Geni
34
sergapan di wanua kali gawe
35
Hantu kematian
36
ayu Diah kameshwari
37
wisanggeni
38
wisanggeni 2
39
Saraswati
40
Hilang nya mustika kerajaan
41
Hilangnya mustika kerajaan 2
42
Kota raja
43
Rasa tidak percaya
44
Akhir perburuan mustika kerajaan
45
Manusia berwajah singa
46
Satria Pemali
47
Pedepokan Kencana Ungu
48
Putra Gatama
49
Partai Tengkorak Darah
50
Padepokan Belibis Putih
51
Misteri Satria Pamali
52
Penyerangan ke gunung panjar
53
Menghadang Ki faksi jaladar
54
kematian Ki faksi jaladara
55
Kegusaran sarkapaneka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!