Saat ini Lavnya sudah ada di dalam mobil Xabiru, moodnya yang sedang hancur membuatnya enggan berbicara, apalagi jika berbicara dengan Xabiru yang selalu berakhir dengan perdebatan, itu hanya akan menguras tenaganya, Sedangkan Xabiru saat ini hanya diam dan fokus pada jalanan sebab saat ini mereka sedang berada di tengah-tengah kemacetan. Hening tak ada suara di antara keduanya membuat Xabiru memilih untuk berbicara lebih dulu.
"Kita nanti mampir dulu" Ucap Xabiru dengan singkat.
"Kemana?" Tanya Lavanya dengan suara rendah. Dan itu sukses membuat Xabiru menoleh ke arahnya sebab suara Lavanya terdengar lemah.
"Lu sakit?" Tanya Xabiru dengan menelisik.
"Gue lagi ga mood ngomong Biru, gue juga ga punya tenaga buat berdebat" Ucap Lavanya dengan lesu. "Kita mau mampir kemana?" Lanjut Lavanya.
"Ke toko perhiasan, tadi mama sempet nyuruh gue ambil pesanan dia" Jelas Xabiru.
"Oh, oke" Balasnya singkat.
"Gapapa kan" Ucap Xabiru.
"Hm" Hanya deheman yang keluar dari mulut Lavanya.
"Kalo lu mau lang....." Belum sempat selesai berbicara Lavanya lebih dulu memotongnya.
"Cerewet banget, kan gue udah bilang iya, yaudah jalan aja,apa susahnya" Ucapnya dengan ketus.
Tak ada jawaban lagi dari Xabiru dia memilih untuk diam sepertinya memang Lavanya sedang sensitif pikirnya.
"Gue lebih suka lu yang cerewet Van, dari pada diem kaya gini, jatuhnya terkesan ga bahagia kalo lagi sama gue" Guman Xabiru dalam hati.
Saat ini mereka sudah sampai di depan toko perhiasan tersebut, setelah selesai memarkirkan mobilnya Xabiru lebih dulu turun, lalu memutar arah dan membukakan pintu untuk Lavanya.
"Ngapain?" Tanya Lavanya sambil melihat ke arah Xabiru.
"Ayo ikut" Ujar Xabiru.
"Gue disini ajalah males" Ucap Lavanya.
"Ikut aja takut gue lama" Balas Xabiru.
"Ck, yaudah iya" Ucap Lavanya dengan ketus.
Lavanya turun dari mobil dan langsung melangkah ke arah pintu masuk toko tersebut, namun langkahnya terhenti, sebab Xabiru menahannya.
"Apa lagi sih" Ucap Lavanya dengan kesal, sambil membalikkan badannya. Namun Xabiru tak langsung menjawab pertanyaan Lavanya dengan sigap dia langsung berdiri di belakang Lavanya.
"Diem dulu, rok lu ada darahnya" bisik Xabiru, sedangkan Lavanya yang mendengar itu seketika panik.
"What, hah ini gimana Biru, lu ga bohong kan" Celoteh Lavanya dengan panik.
"Diem nih pake jaket gue" Ujar Xabiru sambil membuka jaket yang dia pakai dan memakaikannya kepada Lavanya, kebetulan jaket Xabiru jika di pakai oleh Lavanya sedikit besar dan mampu menutupi roknya.
"Udah ga keliatan kan" Tanya Lavanya.
"Udah engga, ayok masuk" Ucap Xabiru langsung menarik lengan Lavanya. Lavanya yang di perlakukan seperti itu sedikit terkejut.
Setelah masuk ke dalam Xabiru langsung mendatangi pegawai toko tersebut
"Permisi mba mau ambil pesanan atas nama Ibu Ameena" Ucap Xabiru pada pegawai toko itu.
"Oh nyonya Caraka ya, ayo ikut saya ke ruangan manager" Ucap pegawai itu dengan ramah.
"Gue tunggu disini aja" celetuk Lavanya.
"Yaudah iya" Balas Xabiru.
Saat Xabiru masuk ke dalam ruangan manager, Lavanya melihat-lihat koleksi perhiasan di etalase, ada kalung yang menarik perhatiannya, bentuknya unik dan elegan.
"Mba yang ini berapa?" Tanya Lavanya pada pegawai itu.
"45 juta mba" Ujar pegawai tersebut.
"Lumayan juga ya harganya, kalo gue beli mommy marah engga ya" Ucapanya dalam hati. Namun saat sedang melihat-lihat perhiasan tersebut tiba-tiba ada yang memanggilnya.
"Loh Lavanya, kamu ngapain di sini?" Ucap wanita parubaya yang dandanan nya tebal sekali.
"Ck ngapain sih mesti ada nyai ronggeng di sini mana sama anaknya lagi" Gumanya dalam hati.
"Bukan urusan anda" Ucap Lavanya dengan ketus.
"Vanya yang sopan kalo berbicara" Ucap seseorang yang baru datang yang tidak lain adalah Dirgantara ayah kandungnya.
"Haduh tambah lagi si tua-tua keladi ini datang, cape deh gue" Umpatnya dalam hati.
"Gimana mba ini edisi terbaru loh, dan cuma ada 2 sisa 1 lagi, minat engga mba" Ucap pegawai tersebut yang memecahkan ketegangan di antara keempat orang itu.
"Oh iy..." Belum sempat selesai Lavanya berbicara Siska lebih dulu memotongnya.
"Aku pengen kalung yang itu Ma" Ucapnya sambil menunjuk kalung yang tadi di tanyakan oleh Lavanya, Lavanya yang mendengar itupun seketika panas dan tidak mau kalah.
"Woyyy gue yang lebih dulu datang dan milih ya, maen serobot aja" Ucap Lavanya dengan emosi.
"Papa aku pengen kalung itu" Rengek Siska pada Dirga.
"Lavanya, kamu ngalah aja sama adik kamu kasian dia" Ujar Dirga.
"Adik, heh asal Anda tau saya ini anak tunggal sejak kapan punya adik" Balas Lavanya dengan ketus.
"Bodoamettt gue gamau ngalah, mba bungkus ini kartunya" lanjut Lavanya sambil mengeluarkan black cardnya walaupun dia harap-harap cemas si janda ngambek tapi itu urusan belakangan, yang penting sekarang menyelamatkan harga diri dulu pikirnya.
"Vanya kamu ini sedang berbicara dengan orang tua bisa sopan sedikit tidak, seperti tidak di ajari sopan santun" Oceh Sabrina ibu tirinya.
"Wawww, orang yang ga tau diri hebat banget ngomongin tentang sopan santun" Balas Lavanya dengan tengil.
"Lavanya.." Bentak Dirgantara.
"Udah mas, kamu ga boleh begitu biar bagaimanapun dia juga anak kamu" Ucap Sabrina.
"Cih, drama banget hidupnya males gue, mba bungkus gausah perduliin mereka anggap aja ghaib" Celetuk nya dengan Songong.
"Aku pengen kalung yang itu juga Ma" Rengek Siska.
"Mba saya bayar 2 kali lipat kalungnya" Ucap Dirga.
"Aduh gimana ya tapi.." belum sempat pegawai itu berbicara sudah lebih dulu di potong oleh Lavanya.
"Anak sama ibu sama aja, sukanya ngerebut barang orang, yang lebih heran Sampe segitunya belain" Sindir Lavanya dengan sarkas.
"Udalah Vanya kamu bisa beli yang lain nanti sekalian Daddy beliin, kamu pilih aja" Terang Dirga.
"Engga, orang gue udah duluan enak banget lagian gue juga mampu beli sendiri" Balas Lavanya dengan ketus.
"Sombong sekali kamu Lavanya" Celetuk Sabrina.
"Gimana mba bisa tidak?" Tanya Dirgantara.
"Saya bayar 4 kali lipat mba" Ucap Xabiru yang baru datang, sebenarnya sedari tadi Xabiru sudah ada tapi sengaja tidak menghampiri mereka, hanya memperhatikan dari jauh, ingin melihat perlakuan seperti apa yang Lavanya dapatkan nyatanya itu membuat Xabiru ikut kesal.
"Xabiru.." Celoteh Siska.
"Saya bayar 4 kali lipat mba bungkus, untuk calon istri saya" Ucap Xabiru sambil menggandeng tangan Lavanya, sedangkan Lavanya merasa terkejut dengan apa yang Xabiru lakukan jantungnya sudah tidak karuan.
"Mommy tolong... Dia gentle banget awww, dia tau gasih jantung gue mau copot, apa katanya calon istri ini lagi tangan gue ngedadak lemes huhuhu" Ucap Lavanya dalam hati.
"Baik mas sebentar ya, mau di atas namakan siapa mas?" Tanya pegawai tersebut.
"Atas nama calon istri saya aja mba Lavanya Adhisti" Celoteh Xabiru sambil memberikan kartu black card miliknya, Xabiru sengaja menyebut nama Lavanya tanpa memberi nama belakangnya sebab dia tau Lavanya paling tidak suka ada yang memanggil nama nya dengan lengkap karena nama belakangnya adalah nama belakang dari Daddy nya.
"Di tunggu sebentar ya mba, mas, oh iya ini kartu mbanya" Ujar pegawai tersebut sambil mengembalikan kartu milik Lavanya.
"Hahh maksudnya apa? Biru, calon istri" Celoteh Siska dengan terkejut.
"Maksud kamu apa Xabiru bagaimana bisa anak saya calon istri kamu" Tanya Dirga.
"Maaf om rasanya tidak etis menjelaskan ini disini, bukannya papa sudah mengatakan kepada om Dirga bukan" Terang Xabiru dengan sopan.
"Jadi ucapan Radit bukan bualan, kalian sudah benar-benar bertunangan" Ucap Dirga dengan raut wajah tak percaya.
"Yah nanti kita berbicara berdua, tapi tidak sekarang waktunya kurang pas, lagi pula hari hampir gelap" Balas Xabiru.
"Baik saya tunggu" Ucap Dirgantara dengan tegas. Sedangkan Siska merasa tidak terima dengan apa yang dia dengar lalu dia mendekat ke arah Xabiru.
"Biru kamu bohong kan, kalian ga mungkin.." Ucapanya terjeda.
"Kenapa ga mungkin, ya mungkin ajalah, apa? Lu mau minta bokap lu,, eh ralat maksud gue mau minta bokap tiri lu buat misahin kita, sorry ga bisa, mangkanya mulai dari sekarang gausah lu nempel-nempel calon suami gue, Sampe sini paham" Terang Lavanya panjang lebar.
"Diem aku ga ngomong sama kamu" Ucap Siska dengan frustasi. " Biru kamu ngomong dong jelasin" lanjutnya pada Xabiru.
"Mau apa yang di jelaskan, lagi pula kamu siapa? Bukannya tidak ada hubungannya dengan kamu, sudah dulu, kita permisi duluan mari Om Tante" Ucap Xabiru sambil berpamitan pada Bramantya dan Sabrina.
"Sebentar, Tante ajarin anaknya yang bener, jangan gatel sama calon suami orang, Sampe ngintilin sana-sini, kita risi tau, kalo masih gatel nanti saya garuk pake skop mau" Ujarnya dengan tengil.
"Mba ini kalungnya, terimakasih, hati-hati di jalan ya mas, mba" Ujar pegawai toko perhiasan tersebut sambil memberikan paperbag kepada Lavanya.
"Iya mba terimakasih kembali" Balas Lavanya dengan ramah. " Babay kita duluan, ayo sayang" lanjutnya sambil menggandeng tangan Xabiru, sedangkan Xabiru yang di perlukan seperti itu merasa kaget.
"Jantung masih aman kan" Gumanya dalam hati.
Duobel Up nichhhhhhh :P
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments