"Apa pak dipecat? Tolong jangan pecat saya. Saya sangat membutuhkan pekerjaan ini", kata Keisha. Selain pekerja yang mudah, gajinya juga lumayan.
"Maaf Keisha tapi peraturan di perusahaan tidak boleh hamil diluar nikah. Itu akan mencoreng nama perusahaan", kata Wibowo.
Keisha mengambil amplop yang berisi sejumlah uang. Keisha pergi dari perusahaan dengan perasaan sedih.
"Ya Tuhan ... Dimana lagi aku harus mencari pekerjaan ..." , gumam Keisha.
Sudah seharian Keisha dirumah. Reni menghampiri Keisha yang tengah duduk di teras rumah.
"Enak ya cuma malas-malasan dirumah", kata Reni.
"Libur Bu kerjanya ", bohong Keisha.
"Oh ya nanti akan datang acara arisan, Nanti kamu masakin yang banyak ya", kata Reni lalu pergi meninggalkan Keisha.
Siang harinya Keisha bersiap-siap meracik masakan yang akan dimasak. Keisha memijit pelipisnya, ia mulai merasa kelelahan namun ia paksakan.
Lima jenis masakan telah terhidang, tak lupa dengan beragam cemilan. Reni duduk di kursi sambil memegang kepalanya.
"Apa aku tiduran saja ya", gumam Keisha.
Dari kejauhan terlihat Reni dan Laras pulang dengan wajah cantik. mereka pulang dari salon.
Terlihat beberapa tamu mulai berdatangan.
"Hai jeng. Waah ... Kalian terlihat cantik", kata salah satu teman sosialita Reni.
"Iya kami habis dari salon. Kenalin ini Laras anak saya", kata Reni.
"cantik ya. Oh iya itu siapa yang kaya gadis Korea?", tanya teman Reni yang satu lagi.
"Oh ... Itu pembantu saya", kata Reni tersenyum lebar.
Tangan Keisha terkepal. Enak saja dirinya dikatakan pembantu setelah mengeruk uang tabungannya.
Acara arisan di mulai. Rumah mulai ramai, suara canda tawa mulai terdengar.
Keisha membawakan minuman si atas nampan untuk para teman sosialita Reni. Keisha mengerjakan matanya yang mulai kabur.
Bruk
Prang
Keisha tumbang beserta gelas yang jatuh pecah berantakan.
"Aaaa ... ", salah satu teman sosialita Reni berteriak.
"Bawa ke rumah sakit jeng. Kasian wajahnya pucat sekali", dengan memendam rasa malu akhirnya Keisha dibawa ke rumah sakit.
"Keluarga Keisha Maharani", panggil dokter.
"Saya dok", Reni maju di hadapan dokter.
"Bagaimana keadaannya?", tanya Reni pura-pura khawatir.
"Tidak perlu dikhawatirkan, Nona Keisha sedang hamil. Katakan padanya jangan terlalu lelah bekerja. nanti akan sayaa resepkan vitamin", kata dokter membuat Reni menahan malu.
Sepulangnya dari rumah sakit Keisha langsung dimarahi oleh Reni.
"Dasar anak tidak tahu diuntung! Sudah dibesarkan malah membuat malu!" ,bentak Reni dihadapan Handoko dan Laras.
"Ada apa Ma?", tanya Handoko.
"Ternyata Keisha sedang hamil", kata Reni menatap Keisha tajam.
"Apa? Dasar anak sialan! pergi dari rumah ini!" ,bentak Handoko.
Keisha menangis sesenggukan. Kenapa nasibnya sial sekali.
"Mafin Keisha ... ", lirih Keisha.
"Cepat kemasi barang-barangmu dan angkat kaki dari rumah ini!", bentak Handoko.
Keisha pergi ke kamarnya mengemasi barang-barangnya. Tak lupa sejumlah uang pesangonnya ia masukkan ke dalam tas untuk ongkos perjalanannya.
Dengan wajah tertunduk Keisha berjalan melewati mereka yang tak mau menatapnya. Baru saja Keisha menutup pintu, terdengar suara pintu ditutup dengan keras.
Brak
Keisha menangis sesenggukan sepanjang jalan. Keisha menghubungi Anggi, namun nomornya tidak aktif. Keisha memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas.
Mengapa ia terlahir dengan nasib yang malang?. Keisha merasakan dirinya tak berharga.
"Nenek kenapa kau cepat sekali pergi? Aku baru saja mendapatkan kasih sayangmu", gumam Keisha mengenang nenek Laras saat baru saja mengadopsinya.
Keisha mengelus perutnya, "Kau baik-baik saja disana nak?"
Keisha tersenyum. Mungkin Benih yang telah hadir di rahimnya menjadi penyemangat hidupnya.
Pak Wibowo memberinya pesangon lima juta. Jumlah yang lumayan untuk bertahan hidup.
Jedar!
Terdengar bunyi petir yang menggelar. Keisha terkejut. Tak berapa lama hujan turun dengan deras membuka tubuh Keisha basah kuyup. Belum lagi pusing yang masih melanda kepalanya. Keisha merasakan pusing yang hebat.
Bruk
Keisha tumbang terkapar di jalan. Ia sudah tidak tahu lagi apa yang terjadi padanya.
Leon berada di apartemennya, ia bersiap untuk bertemu dengan Keisha. Hanya mengenakan stelan casual saja sudah terlihat tampan. Usianya yang tak lagi muda tak mengalihkan wajah tampannya.
Leon mengambilnya kunci mobilnya lalu masuk ke dalam mobil melajukan pelan mobilnya.
Sampai di daerah Keisha tinggal hujan turun dengan deras. Dari kejauhan terlihat seorang wanita jatuh pingsan.
Leon turun dari mobil membawa payung, Ia menghampiri wanita itu. berapa terkejutnya Leon saat membalikkan wajah wanita itu. Rambutnya yang basah disibak perlahan.
"Keisha", Leon melemparkan payungnya lalu menggendong Keisha mendudukkan di dalam mobil.
"bertahanlah honey", Leon mengelus pelan pipi Keisha. Wajahnya terlihat sangat pucat.
Leon melajukan mobilnya menuju rumah sakit terdekat .
"Tolong dia dokter. Lakukan perawatan yang terbaik", kataa Leon khawatir.
Keisha mengerjapkan matanya, Pandangannya melihat sekeliling ruangan. Bajunya yang basah sudah diganti dengan pakaian khas rumah sakit. Terdapat jarum infus yang menancap di tangannya.
"Dimana aku?", gumam Keisha. Keisha melihat kesamping seorang pria tengah tidur sambil duduk menunggunya. Keisha mengernyitkan keningnya. Bukankan tadi ia berdada di jalanan?.
merasakan ada pergerakan Leon mengangkat wajahnya, "Kau sudah sadar?"
"Kau?", Keisha terkejut ternyata Leon yang menunggunya.
"Tadi kau pingsan saat dijalan", kata Leon.
"Bagaimana keadaanmu? Apa ada yang sakit?", tanya Leon cemas.
"Sudah lebih baik", kata Keisha lirih.
"Kau ingin minum?", tanya Leon.
Keisha mengangguk, Leon mengambil segelas air lalu meminumkanya.
Keisha merasa canggung namun ia merasa haus.
"Terimakasih", ucap Keisha.
Leon mengambil makanan yang disediakan pihak rumah sakit. melihat hal itu Keisha menolaknya.
"Aku tidak mau makan", kata Keisha.
"Apa kau ingin makan yang lain?", tanya Leon Keisha menggelengkan kepalanya.
"bukankah kau sedang hamil? kasihan bayi dalam perutmu pasti lapar", Keisha kasihan dengan janinnya. Dari tadi siang ia belum makan.
Keisha menerima suapan demi suapan dari Leon. Ia memakannya dengan diam.
"Good girl", kata Leon mengacak rambut panjang Keisha.
Leon meletakkan piring dan gelas diatas nakas.
"Sebenarnya apa yang terjadi padamu berjalan malam-malam hujan-hujanan?", tanya Leon.
Keisha tak menjawabnya. Air matanya mulai mengalir. Leon menghapus air mata yang mengalir di pipi Keisha.
"Oh maaf pertanyaanku membuatmu sedih ya. Aku tidak akan menanyakannya lagi", kata Leon.
"istirahatlah. Jika kau ingin makan sesuatu katakan saja", kata Leon menyelimuti Keisha.
Tok ... Tok ... Tok
"Masuk", Galang masuk membawakan buah-buahan dan cake.
Melihat Galang yang membawa cake strawberry membuat Keisha melihatnya terus.
"Kau ingin makan cake strawberry?", tanya Leon. Keisha mengangguk.
Keisha mulai mengunyahnya, ia takut perutnya akan mual. Namun hingga 3 kali suapan tak ada penolakan dari perutnya.
Keisha makan dengan lahap dari suapan Leon. Ia tak merasakan mual sama sekali.
Setelah 2 hari di rumah sakit keadaan Keisha sudah lebih baik. Leon menggendong Keisha ala bridal style keluar.
"Turunkan aku", kata Keisha tajam.
"Kau masih sakit bukan?",Leon bersikeras menggendongnya.
"Aku sudah lebih baik", kata Keisha.
"Diamlah."
Leon tak mendengarkan ucapan Keisha. Keisha merasa malu banyak orang yang melihatnya. Keisha mengalungkan tangannya keleher Leon, wajahnya ia sembunyikan di dada bidang Leon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments