Keisha melirik ke wanita yang tengah menyetir mobil. Terlihat cantik parasnya dengan matanya yang coklat terang.
Wanita itu menyadari tatapan Keisha yang penuh penasaran.
"Perkenalkan namaku Lidya. Aku kebetulan tadi sedang lewat, melihatmu istri Leon aku jadi mengikutimu", kata Lidya
"Terimakasih sudah menolongku. Namaku Keisha ", kata Keisha.
"Apa Leon tidak meminta salah satu pengawalnya untuk menemanimu pergi?", tanya Lidya.
"Sebenarnya Leon sudah meminta agar aku selalu dijaga, tapi aku yang keras kepala tidak mau ditemani siapapun ", kata Keisha menyesal.
Lidya menghentikan mobilnya tepat didepan Mension. Tangannya tidak membawa pizza, ia meninggalkannya begitu saja saat diseret pria bertopeng.
"Apa masih sakit? Nanti kubawa kerumah sakit saja", kata Lidya hendak menjalankan mobilnya lagi.
"Tidak perlu. Hanya luka ringan paling sebentar lagi sembuh", kata Keisha.
"Baiklah hati-hati ", kata Lidya.
"Iya. Terimakasih", kata Keisha.
"Sama-sama", Keisha turun dari mobil lalu melambaikan tangannya kearah Lidya.
Sepulang ke Mension Keisha langsung menuju kamarnya di lantai atas. Menahan perih d leher dan perutnya yang tergores.
Sesampainya di kamar Keisha mengunci pintunya, ia langsung mengambil kotak p3k, mengoleskan Betadine di area yang terluka, ia menangis sesenggukan, jika tidak ada wanita itu mungkin dirinya sudah mati di tangan pria bertopeng.
"Sshh ... Sakit sekali", rintih Keisha.
Keisha merebahkan tubuhnya lalu memejamkan matanya.
Malam harinya Leon pulang ke Mension. Ia merasakan tidak ada kehadiran Keisha di lantai bawah.
"Dimana Keisha?", tanya Leon kepada Lucy.
"Di kamar Tuan", jawab Lucy.
Leon menaiki anak tangga menuju lantai atas.
Ceklek
Tidak dikunci. Leon masuk ke dalam kamar. Terlihat Keisha yang tengah tertidur dengan rambut panjangnya yang terurai.
Leon mendekati Keisha, mencondongkan tubuhnya mencium bibirnya.
"Eunghh ... ", Keisha menggeliat perlahan membuka matanya.
"Kau sudah pulang?" , tanya Keisha memegang dagu Leon lembut.
Keisha berusaha bangkit dari tidurnya.
"Mau makan atau mandi dulu?", tanya Keisha.
"Makan kau saja", jawab Leon terkekeh.
"Aku mandi dulu", kata Leon. Keisha menganggukkan kepalanya.
Setelah selesai mandi Keisha dan Leon makan malam di ruang makan. Leon mengernyitkan keningnya melihat Keisha yang hanya mengaduk-aduk makanannya.
"Apa tidak enak?", tanya Leon.
Keisha terhenyak, "Ini sangat enak"
Keisha menyendok makanannya pelan.
Setelah selesai makan malam, Keisha pergi menuju perpustakaan di lantai bawah. Ia ingin menghindar dari Leon, Keisha tidak mau membuat Leon khawatir karena penculikan tadi siang.
Leon menyusul Keisha. Terlihat Keisha tengah duduk sambil membaca buku.
"Sudah malam. Tidurlah", kata Leon.
Keisha menghentikan bacaannya lalu menutup bukunya, memasukkan kembali kedalam rak.
"Baiklah", jawab Keisha.
Leon menggandeng tangan Keisha menuju lantai atas.
Sesampainya di kamar bukanya tidur, Leon mulai mencumbu Keisha. Ia sudah rindu dengan tubuh istrinya yang tengah mengandung membuatnya terlihat menggoda.
Keisha memejamkan matanya. Tanpa Keisha sadari Leon melihat sebuah luka goresan di lehernya.
"Sshh ... "
Dress Keisha sudah turun ke lantai lebih terkejut lagi Leon melihat luka di perut Keisha yang darahnya sudah mengering.
Leon jadi tidak tega menyentuhnya. Keisha mengernyitkan keningnya.
"Kenapa berhenti? Bukankah kau ingin?", tanya Keisha.
"Ada apa dengan lehermu?" , tanya Leon.
Keisha berjengit, " Itu ... hanya luka kecil. Tadi terkena ujung tembok "
"Benar terkena tembok?", tanya Leon melihat ada kebohongan si wajahnya.
"Lalu diperutmu?"
"Itu ..."
"Jangan bohong", kata Leon.
Akhirnya Keisha menceritakan kejadian tadi siang.
"Kau bisa kan menyuruh Lucy atau pengawal yang membelikanya ... ", kata Leon.
"Aku ingin makan disana Leon ... Aku pikir tempatnya sangat dekat dengan Mension jadi tidak perlu ada pengawal yang menjaga", kata keisha.
Keisha memeluk Leon, "Maafkan aku"
Leon berdiri keluar dari kamarnya memanggil para pengawalnya. Semuanya berkumpul.
"Bagaimana bisa istriku sampai diculik?! Bahkan terluka!. Sia-sia aku menggaji kalian!"
Cetas
Cetas
Suara cambuk bergema . Keisha memejamkan matanya melihat bagaimana kejamnya Leon mencambuk bawahannya.
"Sudah Leon. Aku yang salah. Aku yang memaksa mereka untuk tidak menjagaku", kata Keisha memohon di kakinya.
"Ini akibatnya jika kau keras kepala", kata Leon lalu berlalu pergi meninggalkan Keisha yang masih terduduk di lantai sambil menangis.
Margareth marah mengetahui rencananya untuk membunuh Keisha gagal.
"Dasar bodoh! Membunuh satu wanita saja tidak becus!" bentak Margareth di teleponya.
"Ada wanita yang menghalangiku."
Tut
"Wanita?. Siapa wanita yang menghalangi jalanku?", gumam Margareth dengan geram.
"Saya tidak tahu Nyonya. Wanita itu terlihat misterius."
Seorang pria bermata abu-abu berdiri di dekat balkon memandang ke arah halaman rumahnya. Sebuah mobil warna silver masuk ke halaman rumahnya siapa lagi kalau bukan Lidya kekasihnya, teman masa kecilnya sekaligus menjadi kekasihnya.
Tak berselang lama kedua tangan melingkari perutnya.
"Aku merindukanmu Arthur", kata Lidya. Arthur berbalik menghadapnya mencium bibirnya.
"Aku juga baby", kata Arthur membopong Lidya naik ke pangkuannya.
"Ada informasi mengenai istri Leon Keisha. Dia tadi diculik bahkan melukai lehernya. Untung saja aku datang disaat yang tepat, keisha ditusuk perutnya, baru terkena ujung pisaunya, tapi berhasil ku pukul itu penjahat suruhan", kata Lidya sambil meraba dadanya.
Lidya seorang detektif yang handal. Ia tumbuh tanpa kasih sayang orangtuanya yang selalu sibuk bekerja.
"Lusa aku akan mendekati Keisha untuk mengambil sampel tes DNA. Apa kau sudah membicarakannya dengan ayahmu?", tanya Lidya
"Sudah", jawab Arthur.
"Keisha sedang hamil, tadi aku lihat perutnya sedikit membuncit. Mungkin mereka menikah karena kecelakaan, Keisha terlalu muda untuk menjadi istri Leon", kata Lidya.
"Sebentar lagi aku akan punya keponakan ", kata Arthur terkekeh.
"Ya. Mereka terlihat pasangan yang bahagia", kata Lidya menerawang.
"Kapan kau akan melamarku? 5 tahun sudah kita pacaran tapi tidak ada tanda-tanda kau akan melamarku? Apa kau sudah ada wanita lain ... ", lirih Lidya.
"Secepatnya aku akan melamarmu ", kata Arthur.
"Secepatnya kapan?", tanya Lidya. Ia sudah sering bertanya pada Arthur, tapi tak pernah digubrisnya, hanya secepatnya dan secepatnya.
"Wanita lain tidak ada yang sepertimu", kata Arthur lalu mencium bibirnya bahkan melumatnya membuat Lidya lupa dengan topik yang sedang dibahasnya.
Keesokan harinya Arthur memberikan sebuah kartu hitam yang uangnya no limit.
"Pakailah. Gunakan sesukamu", kata Arthur.
"Kau memberikannya seolah aku istrimu saja. Padahal dilamar saja belum", kata Lidya.
"Lidya ... "
" Benarkan? seolah aku ini simpananmu", kata Lidya tapi tetap mengambil kartu sakti itu membawanya keluar.
Hari ini Lidya mengenakan dress putih dengan rambut yang di gerai indah.
Lidya ingin pergi ke mall memakan stek disana.
Lidya terkejut ada seseorang yang familiar disana.
"Keisha, sedang apa kau disini?", tanya Lidya.
"Aku sedang berbelanja", kata Keisha.
Tak berselang lama Leon manghanpiri Keisha.
"Lidya?", panggil Leon.
"Kau kenal Lidya?", tanya Keisha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments