KELUARGA

Azam berusaha mengingat kejadian setelah dia bangun, tetapi tidak bisa. Semakin dia mencoba, semakin jauh ingatan itu terasa. Hal itu mengganggu pikirannya.

Di luar, Yorde, Tetua, dan Guardian sempat panik karena Azam sempat tidak bangun 1 hari, tetapi kekhawatiran mereka sirna ketika Azam bangun pada hari kedua.

Namun, ada sesuatu yang aneh.

Azam tidak banyak bicara dengan mereka. Awalnya, mereka mengira dia hanya mengalami mimpi buruk, tetapi sikapnya terus berlanjut selama dua hari berturut-turut.

Azam jarang keluar. Ia lebih sering mengurung diri di dalam rumah. Hal itu mulai membuat mereka gelisah.

Di dalam kamar

"Aku tahu mereka gelisah karena tidak keluar beberapa hari terakhir… tetapi aku tidak bisa berbuat apa-apa."

Perasaan kehilangan ini sangat mengganggu pikiranku.

Aku mencoba mencari jawaban dari buku harianku—hal yang sepertinya berkaitan dengan apa yang kulupakan. Aku membaca halaman demi halaman:

Mimpi pertama

Mimpi kedua

Mimpi ketiga

Sampai di halaman mimpi keempat.

Di sana, aku mencatat bahwa aku pernah menghindari sebuah gubuk. Aku pernah melawan naga dan makhluk kuat lainnya… Tapi… apakah semua ini benar?

Aku menatap catatan lain di halaman itu.

Ada sesuatu tentang kategori energi.

Energi eksternal dan energi internal.

Aku memejamkan mata, mencoba mengingat.

"Apa aku benar-benar pernah mengalami semua ini?".

Di setiap dunia, sistem tingkatan kekuatan bisa berbeda-beda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti jenis energi yang tersedia, kepadatan energi di suatu wilayah, budaya, bahasa, dan bahkan cara makhluk di dunia tersebut memahami serta memanipulasi kekuatan mereka. Karena itulah, sulit untuk menentukan satu standar mutlak yang berlaku di semua tempat.

Namun, dengan memahami pola yang muncul di berbagai ranah kekuatan, aku pernah menciptakan sistem tersendiri—sebuah jembatan yang menyatukan perbedaan-perbedaan itu. Sistem ini tidak hanya menampung dan menyesuaikan berbagai variasi yang ada, tetapi juga memungkinkan perbandingan antara tingkatan kekuatan, meskipun berasal dari latar yang berbeda.

Ranah

1. Mortal Genesis (1-6)

Makhluk di tahap ini masih sepenuhnya terikat oleh hukum alam, tanpa kemampuan untuk mempengaruhi dunia secara supranatural. Mereka tetap tunduk pada batasan fisik seperti kelelahan, rasa sakit, dan kebutuhan biologis.

Kekuatan fisik, daya tahan, dan stamina mengalami peningkatan, meskipun masih dalam batas manusiawi. Perubahan ini terjadi secara alami seiring dengan perkembangan tubuh, sering kali tanpa disadari oleh individu itu sendiri.

Energi dalam tubuh mulai terbentuk, tetapi masih dalam kondisi liar dan belum dapat dikendalikan dengan baik. Beberapa individu mungkin merasakan getaran halus atau sensasi hangat di dalam tubuh mereka saat sedang fokus atau berada dalam kondisi emosional tertentu.

Regenerasi tubuh sedikit lebih cepat dibandingkan manusia biasa, memungkinkan luka ringan sembuh lebih cepat. Dalam beberapa kasus, individu di tahap ini bisa mengalami pemulihan sedikit lebih baik dari kelelahan, dibanding manusia biasa.

Pikiran menjadi lebih jernih, meningkatkan fokus dan ketajaman berpikir. Kesadaran terhadap energi mulai berkembang, memungkinkan individu merasakan aliran energi di dalam tubuh dan sekitarnya. Beberapa individu yang lebih peka mungkin mulai mengalami pengalaman unik seperti mendengar denyut energi di alam atau merasakan perubahan suhu tanpa alasan yang jelas.

Pada tahap ini, perkembangan setiap individu bisa bervariasi. Ada yang mulai merasakan energi dengan lebih cepat, sementara yang lain hanya menyadari perubahan pada fisik mereka. Faktor lingkungan, keturunan, dan metode latihan bisa mempengaruhi kecepatan perkembangan seseorang.

Puncaknya adalah pemahaman dasar tentang energi dan bagaimana mengolahnya. Pada titik ini, individu mulai menyadari potensi mereka untuk melampaui batasan manusia biasa. Mereka mungkin bisa mengatur napas dan aliran energi dalam tubuh mereka secara lebih sadar, meskipun masih sangat terbatas.

Ascended Mortal (1-6)

3.Soul Transcender (1-6)

4.Eternal Dominion (1-6)

5.Cosmic Orbital (1-6)

6.Transcendent Divinity (1-6)

7.Omniversal Paragon (1-6)

8.Unknown Manifest (1-6)

9.Zero Absolute (1-6)

10.Final Anomaly (1-6)

Dan di atas tahap ini, masih ada 19 ranah lagi—jumlah yang membuatku terdiam tanpa kata. Apakah tingkatan ini benar-benar ada? Atau hanya hasil kegabutanku di masa lalu, secara tidak sadar mengikuti pola-pola yang sudah ada? Namun, jika kupikirkan lagi, menciptakannya memang tidak sulit setelah memahami polanya.

Setiap ranah memiliki 6 level, kecuali dua ranah ini:

Ranah ke-11, Endless Oblivion

Ranah ke-29, The Endlessness, sebuah ranah yang mungkin mustahil bagi makhluk hidup untuk mencapainya.

Semakin kupikirkan, semakin sulit untuk memahami apakah semua ini nyata atau sekadar konsep yang terbentuk dalam pikiranku.

Azam menutup buku itu perlahan. Meskipun ia belum bisa mengingat semuanya, setidaknya kini ia mulai memahami beberapa hal. Ada ketenangan yang muncul dalam hatinya, seolah-olah sesuatu di dalam dirinya menerima kebenaran yang tertulis di dalam buku itu.

Namun, tetap saja... sulit rasanya mempercayai semua ini.

..........

Tujuh hari telah berlalu.

Di dalam rumah Azam.

"Yorde," panggil Azam.

"Iya, Bah? Ada apa?" Yorde menoleh.

"Bagaimana dengan orang yang koma?" tanya Azam.

Yorde sedikit terkejut. Kenapa Abah tiba-tiba menanyakan ini? pikirnya. Namun, ia tetap menjawab, "Masih belum ada perubahan, Bah, Dari informasi yang kudapat, mereka belum sadar."

"Itu laporan minggu lalu, kan?" Azam menatapnya.

Yorde mengangguk. "Iya, Bah. Untuk saat ini, belum ada info terbaru dari Wakil."

Azam terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, "Baiklah. Kita akan menyelesaikan urusan di sini secepatnya."

"Tapi... kita belum menemukan siapa dalang di balik semua ini," ujar Yorde ragu.

Azam berdiri, menatap Yorde. "Ikut Abah."

Yorde ingin bertanya, tapi entah kenapa, rasanya tidak perlu. Ada sesuatu dalam sikap Azam. Tanpa banyak berpikir, ia pun bangkit dan mengikuti langkah Azam.

......................

diluar rumah

"Yorde, lihat orang di sana," ujar Azam sambil menunjuk ke arah rumah yang berada tepat di samping mereka.

"Iya..." Yorde mengangguk, meski sedikit bingung.

"Dia langsung menoleh ke arah kita begitu kita keluar," lanjut Azam. "Tapi saat aku membalas tatapannya, dia buru-buru mengalihkan pandangan. Polanya juga berbeda setiap hari—kadang menoleh, kadang malah menyapa."

Yorde masih belum sepenuhnya mengerti maksud Azam.

"Mari kita mengunjungi nya" ajak Azam.

Tanpa banyak bicara, Yorde mengikuti Azam mendekati rumah sebelah.orang yang tadi diperhatikan Azam menyadari keberadaan mereka.

"Halo, kalian orang yang tinggal di sebelah, kan? Apa ada perlu sesuatu?" tanyanya dalam bahasa Inggris.

Azam langsung mengajukan permintaan yang terdengar tidak biasa. "Bisakah aku meminjam ponselmu?, sebentar saja."

Ekspresinya berubah sesaat sebelum ia bertanya dengan nada hati-hati, "Bolehkah saya tahu alasan Anda meminta ponsel saya?"

Azam tetap tenang. "Aku ingin melakukan sesuatu yang tidak bisa kulakukan dengan ponselku"

Orang itu tampak ragu, Dengan sedikit enggan, ia menyerahkan ponselnya.

Azam menerimanya, lalu mulai menelpon seseorang.

..........

Setelah beberapa saat,Azam mengembalikan ponselnya. "Oke, ini ponselnya. Terima kasih sudah meminjamkannya kepadaku. Kalau begitu, aku pamit dulu," ucapnya sebelum berbalik menuju rumahnya bersama Yorde.

Sesampainya di rumah, Yorde tak bisa menahan rasa penasarannya. "Abah, kenapa Abah melakukan itu tadi?"

Azam tersenyum kecil sambil menatap layar ponselnya. "Kenapa tidak? Aku perlu mengambil nomor ponselnya."

Yorde mengangguk pelan, baru mulai memahami maksud Azam.

Azam kemudian melihat nomor yang baru saja ia dapatkan. "Hmm... jadi ini nomornya. Kalau begitu, mari kita pergi ke tempat Orion dikurung. Panggil Tetua dan Guardian juga."

"Siap, Abah!" jawab Yorde tanpa ragu.

...****************...

Di Tempat Orion Dikurung

Orion duduk dengan kepala tertunduk, kedua tangannya diborgol di belakang. Tubuhnya tampak lebih kurus, wajahnya kusam, dan napasnya terdengar lemah.

Hmm, sepertinya dia terlihat lebih kurus… pikir Azam. Ia menatap Orion sejenak sebelum akhirnya memberi perintah.

"Lepaskan dia."

Salah satu anggota TCG langsung bergerak. "Baik."

Tepat saat borgol dilepaskan, Orion yang sejak tadi diam tiba-tiba berbicara.

"Kenapa kamu melepaskanku? Apa kamu mulai takut sekarang?" suaranya terdengar serak.

Azam tersenyum kecil. "Takut? Takut dengan siapa?" tanyanya santai, lalu merogoh sakunya dan mengeluarkan ponsel. Ia memperlihatkan sebuah nomor kepada Orion.

"Apa kamu tahu nomor ini?"

Orion sempat terdiam sebelum akhirnya bertanya balik dengan suara yang masih serak, "Dari mana kamu mendapatkan nomor itu?"

"Tidak penting dari mana aku mendapatkannya." Azam menatapnya. "Pertanyaanku, apakah kamu mengenali nomor ini?"

Orion menatap layar ponsel dengan ekspresi ragu, lalu menggeleng.

"Kalau begitu, bantu aku menelepon orang ini."

Orion menatap Azam dengan curiga, tapi tidak langsung menjawab. Azam pun mulai menjelaskan rencananya secara detail. Awalnya, Orion menolak. Namun, setelah beberapa saat berkompromi, akhirnya ia setuju.

Sebelum menjalankan rencana, Azam mengambil sebuah botol air dan menyerahkannya kepada Orion. "Minumlah."

......................

Suara dari ponsel Azam terdengar, "Halo, ini siapa?"

Dengan suara serak, Orion berkata, "Oi, apa kau sudah memberi tahu bos tentang situasiku? Aku ingin dia segera menjemputku. Aku sudah bersembunyi dari mereka cukup lama, dan ini mulai menggangguku."

Sejenak, suara di telepon terdiam sebelum akhirnya menjawab, "Maaf, ini siapa?"

"Jangan pura-pura tidak tahu. Aku, Orion. Beri tahu bos kalau sesuatu akan terjadi. Kalian sadar, kan, kenapa Azam tidak keluar rumah selama beberapa hari? Bukankah aneh kalau selama tujuh hari penuh dia tidak terlihat sama sekali setelah mengalahkanku?"

Suasana di telepon kembali sunyi untuk beberapa saat. Lalu, suara itu terdengar lagi, "Aku tidak tahu bagaimana kau bisa mendapatkan nomorku, tapi bisakah kau menjelaskan lebih lanjut?"

Orion tertawa kecil. "Ya, ya. Kenapa kau tidak mengaku dari tadi? Kirimkan lokasi tempat kita berkumpul. Aku akan datang bersama pasukanku."

"Baiklah, aku akan mengirimkan lokasinya. Tapi sebelum itu, bisakah kau memberi informasi yang bisa meyakinkanku?"

"Tentu saja. Aku akan memberitahumu satu informasi penting: Azam memiliki penyakit, dan ini berkaitan dengan seseorang yang koma bertahun-tahun lalu hingga sekarang."

Suara di telepon terdengar lebih serius. "Sepertinya aku memang butuh informasi itu. Datang tepat jam 2 siang. Kita akan membahas masalah ini dengan bos."

...****************...

Jam 2 siang

Orion tiba di sebuah restoran kecil, tempat pertemuan yang telah direncanakan. Dari luar, tempat itu tampak sepi, hanya ada beberapa pelanggan yang duduk menikmati makan siang mereka. Di dalam, seorang pria bersandar di bangku dekat jendela, menatap keluar dengan tenang.

Orion melangkah masuk, mengamati sekeliling sebelum akhirnya berjalan menuju pria itu. Ia duduk di hadapannya.

Pria itu mengenakan jaket hitam, dengan tudung yang menutupi sebagian wajahnya. Suaranya terdengar dalam namun santai saat ia berbicara, "Jadi, apa informasi yang kau dapatkan?"

Orion menyilangkan tangannya, lalu menatap pria itu dengan tajam. "Di mana bos? Bukankah aku sudah bilang dia harus menemuiku langsung?"

Pria itu tersenyum tipis "Kami tidak menyangka kau masih dalam kondisi baik-baik saja. Sepertinya aku salah menilai. Jadi, kalian benar-benar berhasil kabur dari kelompok Azam, huh?" Ia menatap Orion lebih lekat. "Bagaimana lukamu? dan apakah kau memang sekurus ini?."

Orion mengangkat bahu. "Bukan masalah besar. Aku hanya kurang makan akhir-akhir ini."

Tak lama kemudian, seseorang masuk ke dalam restoran. Langkahnya tenang, tapi penuh wibawa. Orang itu—yang dulunya merekrut Orion.

Ia berdiri di samping Orion, kedua tangannya di dalam saku jaketnya. "Baiklah," ucapnya tanpa basa-basi, "katakan semua yang kau ketahui."

Orion meliriknya sebentar lalu tersenyum miring. "Jadi, kau benar-benar datang? Apa kau tidak mau duduk dulu?"

Orang itu hanya diam, tidak memberikan reaksi apa pun. Suasana terasa tegang sejenak sebelum akhirnya Orion menghela napas dan berkata, "Aakh, baiklah… Azam terkena penyakit tidur panjang."

Pria yang berdiri di sampingnya mengangkat alis. "Dari mana kau mendapatkan informasi ini?"

Orion tersenyum tipis, lalu menunjuk ke belakang dengan ibu jarinya. "Tentu saja darinya."

Pria itu tiba-tiba tersenyum, ekspresinya berubah dari dingin menjadi tertarik. "Menarik."

Sosok yang sebelumnya duduk diam dengan jaket hoodie perlahan berdiri.Suara langkah kaki terdengar pelan. Ia menurunkan tudungnya sedikit, memperlihatkan sebagian wajahnya. "Sepertinya kau sudah tahu siapa aku," ucap Azam dengan tenang.

Azam menatap pria yang selama ini mengacaukan TCG. Matanya tajam, penuh ketenangan yang mengintimidasi. "Bisa kutahu namamu?"

Di sekitar restoran, beberapa orang mulai bangkit satu per satu. Dari luar, suara langkah kaki lainnya terdengar—anggota TCG telah bersiap.

Pria di hadapan Azam tersenyum kecil, lalu berkata, "Bukankah tidak sopan menanyakan nama begitu saja?" Ia berhenti sejenak sebelum melanjutkan, "Tapi kalau kau mau, panggil saja aku… Sipalsu."

tanpa berkata apa pun, Azam berbalik, berjalan mundur sambil mengangkat satu tangan. Dalam sekejap, semua orang di restoran mengepalkan tangan mereka—siap bertindak kapan saja.

Azam kembali duduk, kini menghadap langsung ke Sipalsu. Dengan nada sedikit mengejek, ia berkata, "Sipalsu… nama yang menjijikkan."

Azam menjentikkan jarinya

BRUGH! DUAK!

Sipalsu bergerak cepat, menumbangkan satu anggota TCG dengan satu pukulan telak. Tidak berhenti di situ, tubuhnya melesat, menghindari serangan lain sambil melumpuhkan mereka satu per satu.

Di luar, anggota lain langsung menerobos masuk. Namun, hasilnya tetap sama—setiap orang yang mencoba menyerangnya tumbang dalam satu serangan. Tidak ada perlawanan yang berarti. Gerakannya begitu efisien, seolah setiap pukulan dan tendangan yang ia lepaskan sudah diperhitungkan dengan sempurna.

Di tengah kekacauan itu, Azam tetap Diam. Ia hanya menyaksikan dengan ekspresi datar, seolah semua ini bukanlah hal yang mengejutkan. Perlahan, ia menyelipkan tangannya ke dalam saku jaket, mengambil pistol dengan gerakan tenang.

Tanpa terburu-buru, ia mengangkat senjatanya dan membidik.

DOR!

Suara letusan menggema. Peluru melesat dengan presisi, mengenai dada Sipalsu. Tubuh pria itu terhuyung sejenak sebelum akhirnya terjatuh ke lantai.

Namun, tidak ada darah. Tidak ada erangan kesakitan.

Sipalsu hanya terdiam di sana—pingsan.

...****************...

Dalam ruangan gelap, Azam duduk di sebuah kursi dengan santai, kakinya bersilang. Di depannya, Sipalsu terikat erat dengan rantai, kedua tangan dan kakinya terkunci rapat.

Sipalsu menghela napas, lalu menyeringai tipis. "Jadi, apa yang akan kau lakukan padaku sekarang?" suaranya terdengar santai, seolah tak terpengaruh dengan situasinya.

Azam menatapnya dingin. "Kenapa kamu datang ke dunia ini...? Tidak, biarkan aku mengubah pertanyaannya." Ia berhenti sejenak sebelum melanjutkan, suaranya tetap datar. "Apa yang membuat alien seperti kalian berani menggangguku?"

Sipalsu terkekeh pelan, ekspresinya mengejek. "Menyebut orang lain alien itu sungguh tidak sopan, loh..."

Namun, tawanya segera mereda. Raut wajahnya berubah serius dalam sekejap. "Tunggu, Sejak kapan kamu mengetahui keberadaan kami?" suaranya kali ini lebih tajam, penuh ketegangan.

Tiba-tiba, ruangan berguncang. Suara krek! terdengar saat salah satu rantai yang mengikat Sipalsu mulai meregang, lalu patah.

Namun, Azam tak bergeming. Wajahnya tetap datar, tatapannya kosong. Tanpa peringatan, ia berdiri dan melayangkan tendangan tepat ke wajah Sipalsu.

DUGH!

Kepala Sipalsu terhantam keras ke belakang, tubuhnya tersentak.

"Apa hakmu menanyaiku?" suara Azam terdengar dingin, tanpa emosi.

Bagaimana mungkin seseorang yang mengacaukan organisasinya tiba-tiba justru bersikap seolah dia yang berhak marah?.

"Apa kau kira kekuatanmu itu cukup untuk menakutiku?" suaranya rendah, penuh tekanan.

Sipalsu merasakan sesuatu yang aneh—sensasi yang sama seperti yang dirasakan Orion sebelumnya. Rasa tidak nyaman menjalar ke seluruh tubuhnya, pikirannya terasa gelisah, seolah ada sesuatu yang mengusik keberadaannya. Ia tidak menyangka bahwa Azam tidak menunjukkan sedikit pun ketakutan padanya.

Merasa terancam, Sipalsu mengerahkan kekuatannya. Dengan satu tarikan napas, ia meretakkan rantai yang membelenggunya.

TING! TING!

Satu per satu rantai besi terlepas, bunyinya bergema di ruangan yang sunyi.

Azam tetap tenang. Dengan gerakan santai, ia mengeluarkan pistolnya sekali lagi, hanya untuk memastikan sesuatu.

DOR! DOR!

Namun, sesuatu yang aneh terjadi. Peluru-peluru itu berhenti di udara, hanya beberapa sentimeter dari tubuh Sipalsu.

SSSSSST! TING TIRIRING!

Kedua peluru jatuh ke lantai, berguling perlahan sebelum akhirnya diam.

Azam teringat catatan dalam buku harian yang pernah ia baca. Berdasarkan informasi di dalamnya, ranah kekuatan orang ini kemungkinan berada pada tahap Third Ascended Mortal – Medium.

2. Ascended Mortal (1-6)

di mana makhluk mulai benar-benar terhubung dengan energi dunia, melampaui batas manusia biasa. Pada tahap ini, tubuh mengalami perubahan mendasar.

Tubuh mulai beradaptasi dengan energi, memperkuat organ dan tulang hingga jauh lebih kuat dibandingkan manusia biasa. Luka ringan bisa sembuh dalam hitungan jam, dan daya tahan terhadap racun serta penyakit meningkat drastis.

Pikiran menjadi lebih tajam, meningkatkan persepsi, refleks, dan kepekaan terhadap lingkungan. mereka mulai dapat merasakan aliran energi di sekitar mereka dan perlahan-lahan mengarahkannya sesuai keinginan.

Ketahanan terhadap suhu ekstrem meningkat, memungkinkan mereka bertahan di lingkungan yang lebih keras tanpa banyak kesulitan. Pada tahap akhir Ascended Mortal, inti energi pertama mulai terbentuk dalam tubuh mereka.

Makhluk di tahap ini masih terbatas pada kemampuan fisik dan energi dasar. Namun, mereka sudah jauh melampaui batas manusia normal dan mampu menghadapi ancaman yang sebelumnya mustahil mereka hadapi.

Manusia dengan level ini sangatlah langka. Tapi yang lebih mengganggunya adalah perkataan Sipalsu sebelumnya—"kami".

"Kami?" pikir Azam. Jadi, dia tidak sendirian? Awalnya, Azam hanya menebak dengan menggunakan kata "Kalian."

Situasi ini semakin rumit. Jika Sipalsu saja sudah memiliki kekuatan sebesar ini, maka ada kemungkinan orang-orang yang datang bersamanya jauh lebih kuat.

Azam sudah mengantisipasi hal ini. Di dalam ruangan, anggota TCG bersiaga dengan senapan otomatis

TATATATATA!

Rentetan peluru membanjiri tubuh Sipalsu. Mustahil baginya untuk menghindari semuanya, apalagi menahannya.

DUAGH!

Tubuh Sipalsu terdorong ke belakang, menabrak dinding dengan keras. Ia jatuh terduduk, punggungnya menempel di tembok. Napasnya tersengal.

Dengan suara lemah, ia bertanya, "Apa... kamu sudah tahu tentang kekuatanku?"

Azam tetap santai, menatapnya tanpa ekspresi. "Katakan, apa motifmu?"

Sipalsu terkekeh pelan. "Haha... aku hanya bersenang-senang," jawabnya.

Azam menahan amarahnya. "Kalau begitu, aku akan bersenang-senang dengan keluargamu juga."

"Kamu!!!" Ekspresi Sipalsu langsung berubah, tatapannya penuh kemarahan.

DUAGH!

Azam menendang luka-lukanya dengan kuat.

Sipalsu meringis kesakitan.

"Kamu mengganggu orang lain dengan alasan bersenang-senang, tapi tidak suka kalau orang lain melakukannya padamu?"

Selama berhari-hari,Azam mengurung Sipalsu dan menyiksanya , memaksanya untuk mengungkap siapa saja yang datang bersamanya, namun ia tetap bungkam tentang identitas mereka.

Meski begitu, ada dua informasi penting yang akhirnya berhasil Azam gali: mereka dibawa ke dunia ini oleh seseorang, dan mereka sudah tinggal di sini selama tiga tahun.

Azam termenung. Hanya satu kalimat yang terlintas di pikirannya—"tidak seimbang."

Jika benar ada seseorang yang membawa Sipalsu dan kelompoknya ke dunia ini, maka ada kemungkinan orang itu berada paling tidak di ranah Cosmic Orbital.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!