2022
Crack! Dor! Dor! Dor!
Suara gaduh itu membangunkan semua anak di panti.
Teriakan panik menggema di lorong-lorong sempit. Anak-anak berlarian keluar, tubuh mereka menabrak furnitur dan pintu yang terbuka. Aku melihat mereka berhamburan ke luar, tapi aku tidak ikut.
Aku merangkak ke bawah ranjang, menahan napas. Jantungku berdegup kencang, begitu keras hingga kupikir siapa pun bisa mendengarnya. Aku tak tahu… apakah aku bisa selamat.
Pintu kamar terbuka perlahan.
Dua pria bersenjata melangkah masuk, bayangan mereka menyatu dengan kegelapan.
"Kau sudah memeriksa semuanya?" bisik salah satu dari mereka.
"Ya, aku sudah memeriksa setiap sudut. Tak ada yang tersisa. Sebagian mati, sebagian lagi ditangkap." Ia terdiam sejenak. Suaranya merendah, ragu. "Tapi... apakah kita benar-benar tidak membunuh mereka semua?"
"Jangan bodoh. Mereka bukan tidak berguna. Kita bisa melatih mereka."
Sebelum mereka bisa bicara lebih jauh, suara deru mesin mobil terdengar mendekat.
"Ada mobil datang! Siapa mereka?!"
Salah satu pria itu melongok ke luar jendela.
Matanya melebar.
"Itu..."
Dia tak sempat menyelesaikan kata-katanya.
"Tembak! Tembak!!"
Dor! Dor! Dor!
DRRRRR! TATATATA!
Baku tembak pecah. Suara senjata menggema di seluruh gedung. Aku merapatkan tubuh di bawah ranjang, menahan napas.
...----------------...
"Apaan ini? Bukankah tidak ada yang tahu soal operasi kita?"
"Aku juga tidak tahu. Sepertinya itu bukan polisi."
Lalu siapa?
Dua pria yang berdiri di pintu tadi tersentak. Salah satunya berteriak, "Siapa itu!?"
Dor! Dor! — tembakan pistol meletus.
Drrrrr! Tatatata! — rentetan senapan otomatis menggema.
Mereka terlibat baku tembak dengan seseorang. Tapi aku tak tahu siapa.
Aku tetap diam, menahan napas.
Lalu—
"Bah, sepertinya di sini ada orang."
Darahku berdesir.
"Di mana?"
"Di bawah kasur. Sepertinya dia ketakutan."
Apa aku ketahuan?
Apa aku akan mati di sini?
Kenapa ini terjadi kepadaku?
Tangan muncul di depanku.
Aku menahan napas.
Saat aku mendongak, aku melihat wajah orang itu.
Dia tersenyum.
Dengan nada lembut, dia berkata:
"Apa kamu mau ikut dengan ku"
...----------------...
Beberapa Tahun Kemudian
Begitulah kisah hidupku.
Aku sekarang duduk di samping tempat tidur Abah. Mengawasinya. Merawatnya.
Abah sering tertidur lama. Awalnya hanya beberapa hari. Lalu seminggu.
Kini bisa sampai sebulan.
Tapi Abah tak pernah sadar bahwa ia telah tertidur selama itu.
Aku sudah terbiasa dengan kondisi ini, tapi tetap saja... setiap kali ia tidur lama, rasa takut itu muncul lagi.
Rasa takut kehilangan seseorang yang kusayangi.
Kadang, aku hanya bisa menangis di Sampingnya.
......................
......................
Beberapa bulan berlalu.
Minggu lalu, Abah akhirnya bangun.
Aku senang. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, dia kembali seperti semula—tidur hanya sehari, seperti orang normal.
Aku berharap keadaan ini bertahan lama.
Tapi aku tahu, ini hanya soal waktu sebelum penyakitnya kambuh lagi.
Jadi aku bersiap-siap.
Aku juga mencoba menghiburnya, meyakinkannya bahwa ini bukan masalah besar.
Tapi aku tahu, Abah mulai merasa tak enak hati.
Dia bilang aku terlalu banyak direpotkan olehnya.
Walaupun aku terus meyakinkannya bahwa aku baik-baik saja, dia tetap memberiku uang jajan
Jumlahnya tidak terlalu banyak. Hanya sekitar... satu miliar.
Inflasi memang gila tahun ini,kan?.
...----------------...
Dua Tahun Kemudian
Kondisi Abah semakin memburuk.
Karena sering tertidur lama, aku terkadang harus mengambil alih kepemimpinan di TCG.
Itu tidak mudah.
TCG adalah organisasi besar, dengan bisnis yang menjangkau banyak bidang. Bahkan beberapa pejabat negara adalah bagian dari TCG.
Sistem yang kami buat untuk para pejabat negara cukup menarik—pejabat yang berhasil membangun inovasi untuk masyarakat akan mendapat keringanan hutang atau jabatan di TCG, dan mendapatkan hukuman jika melanggar, seperti korupsi.
Ini menguntungkan semua pihak. Walaupun sebenarnya kupikir, Abah tidak perlu membuat sistem seperti ini, karena itu kewajiban mereka kepada rakyat.
Tapi... ada satu hal yang membuatku kesal.
Setiap kali Abah tertidur, anggota TCG selalu bertengkar soal jabatan dan hal-hal lainnya.
Aku sering mengingatkan mereka bahwa TCG ada bukan untuk kekuasaan, tapi karena kondisi Abah.
Kadang mereka terdiam.
Tapi setelah itu, mereka lanjut berdebat lagi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Aku selalu memperhatikan cara anggota TCG bertingkah saat Abah bangun.
Mereka selalu berusaha terlihat baik.
Mencari perhatian.
Seperti anak-anak yang ingin menghibur ayah mereka.
Aku tersenyum melihatnya.
Kadang aku berpikir... aku juga seperti mereka.
Kadang-kadang.
Dan kini...
Abah sudah tertidur lagi.
Sudah beberapa hari.
Aku tahu, ini akan terjadi lagi.
Kemarin, ia sempat bangun selama sebulan. Bahkan, ia mengqadha salatnya dengan begitu serius.
Aku tidak tahu apa yang Abah alami dalam tidurnya yang panjang.
Kadang, aku bertanya-tanya... apakah ia sedang berada di dunia lain?
Aku pernah berpikir—Abah lebih terlihat seperti orang yang koma daripada tidur biasa.
Rekor tidurnya yang paling lama adalah dua bulan.
Aku harap itu tidak terulang.
Aku harap dia cepat bangun.
Dan hidup seperti orang normal lagi.
Aku sering duduk di sampingnya, bercerita tentang kehidupanku.
Aku tidak tahu apakah dia bisa mendengarnya atau tidak.
Tapi aku berharap...
Pesanku Bisa sampai ke dalam mimpinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Daisuke Jigen
Senang banget bisa menemukan karya bagus kayak gini, semangat terus thor 🌟
2025-03-10
1