Episode 20 Ketegasan Arvin.

Sarah menghela nafas, "Mama sudah mengatakan kepada Arvin kalau Mama menemani papa kamu ke Amerika. Ada masalah pada Perusahaan di sana dan Mama harus mendampinginya. Jadi Mama baru bisa melihat kamu sekarang dan syukurlah jika Mama melihat kamu sudah sembuh, jadi tidak ada yang perlu di khawatirkan,"

"Ini merupakan kabar baik Vanisa. Kamu benar-benar berjuang sangat hebat. Mama suka dengan apa yang kamu lakukan, kamu hebat dan hasil perjuangan kamu tidak sia-sia," ucap Sarah begitu santainya yang seolah tidak peduli bahwa justru dirinya yang terlalu menekan Vanisa sehingga dia mengalami Afasia.

Sarah juga tidak berusaha untuk berada di sisi putrinya saat masa sulit itu ada. Vanisa benar-benar tidak mengerti bagaimana mungkin seorang ibu bisa terlihat begitu sangat santai menanggapi keadaannya.

"Acara makan malam keluarga Arvin dan kamu juga diajak. Ini bukan hanya acara malam 2 keluarga inti besar. Tetapi keluarga besar Arvin akan ada di sana. Mama sudah membelikan kamu dress dan dandan lah dengan cantik agar perhatian orang-orang tertuju pada kamu," ucap Sarah meletakkan paper bag itu di atas meja.

"Vanisa kamu harus bersikap baik di sana, ingat di sana ada keluarga besar Arvin dan besar harapan Mama jika kamu akan dipublikasikan secepatnya. Setelah kamu menikah dengan Arvin ini pertama kali kamu berada di acara makan malam keluarga besar. Jadi gunakan kesempatan ini dengan baik!" ucap Sarah.

Vanisa tiba-tiba saja melepas alat pendengaran di telinganya di saat Sarah terus saja menyuruhnya untuk melakukan ini dan itu dan mulut Sarah tidak berhenti sejak tadi berbicara yang membuat Vanisa tampak kesal dan Sarah belum menyadari ketika apa yang dilakukan Vanisa.

"Kapan lagi kamu akan diakui dan akhirnya seluruh dunia tahu bahwa kamu adalah istri Arvin Ananta," lanjut Sarah melihat ke arah Vanisa yang sejak tadi diam.

Mata Sarah melihat ke arah tangan Vanisa yang memegang alat pendengaran itu.

"Jadi dari tadi kamu tidak mendengar Mama?" tanya Sarah dengan nada kesal.

"Kenapa melepasnya di saat Mama berbicara pada kamu!" Sarah langsung terpancing oleh putrinya itu.

"Kamu ingin melihat Mama seperti orang gila hah! berbicara tidak didengar!"

"Cepat pakai!" Sarah menarik alat pendengar itu dari tangan Vanisa dan yang benar saja Vanisa tidak ingin memasangnya dan sampai di paksa Sarah.

"Kenapa kamu membantah Mama. Cepat pakai. Kamu harus dengarkan semua instruksi Mama dan semua tidak memiliki kamu. Cepat!" tegas Sarah semakin emosi yang memaksa dengan kasar.

Sampai akhirnya Vanisa menghentikan Sarah dan membuang alat pendengar itu yang benar-benar mengungkapkan rasa amarahnya.

"Vanisa kau...." umpat Sarah dengan mata melotot yang wajahnya langsung memerah.

Plakkk.

Vanisa langsung mendapatkan tamparan dari Sarah yang membuat wajah Vanisa menoleh kesamping dengan memegang pipinya dan air matanya jatuh.

"Ada apa ini?" Sarah kaget mendengar suara itu dan menoleh ke arah pintu yang ternyata Arvin sudah ada di sana yang sudah dapat dipastikan bahwa Arvin melihat semuanya

"Menantuku," sahut Sarah. Vanisa saat itu juga langsung pergi memasuki kamarnya.

"Vanisa!" suara Sarah yang seketika berubah menjadi lembut. Arvin melihat alat pendengar Vanisa di dekat sofa yang ternyata cukup jauh juga lemparan itu.

"Ini hanya salah paham saja Arvin. Vanisa sepertinya marah pada Mama karena tidak pernah datang untuk melihatnya di saat dia sakit dan bukankah Mama sudah memberitahu kepada kamu bahwa Mama berada di Luar Negeri. Kamu tidak menyampaikan kepada Vanisa?" Sarah berusaha membela diri agar image-nya tidak terlalu buruk di depan menantinya itu.

"Saya pikir pamitan itu adalah untuk saya dan bukan untuk menyampaikan kepada Vanisa. Dia putri Anda dan seharusnya mengatakan kepadanya secara langsung dan bukan menitipkan kepada saya," jawab Arvin datar.

"Oh. Iya benar. Itu memang kesalahan Mama. Seharusnya jika tidak sempat berbicara langsung dengan Vanisa. Mama harus melengkapkan kalimat Mama kepada kamu agar kamu menyampaikan kepada Vanisa. Ini memang bukan kesalahan kamu dan hanya saja Vanisa salah paham," ucap Sarah yang tetap tidak ingin disalahkan.

"Apa tidak bisa mengabarinya lewat telepon atau apapun?" tanya Arvin.

"Iya. Arvin itu memang kesalahan Mama. Vanisa mungkin sangat sensitif dengan keadaannya. Jadi sudahlah jangan terlalu diperpanjang," sahut Sarah.

"Dia marah dan tidak mau mendengarkan Mama yang padahal mama sudah meminta maaf dan Vanisa melempar alat pendengarnya. Vanisa sepertinya sangat membutuhkan kamu untuk terus berada di dekatnya agar dia bisa pelan-pelan menerima kondisinya. Mama berharap kamu selalu mendampinginya," ucap Sarah.

Suatu hal yang menyenangkan bagi Sarah jika menantunya itu perhatian kepada Vanisa dan bahkan terlihat ngotot membela Vanisa. Karena Sarah memang menginginkan Vanisa dan Arvin seperti pasangan suami istri pada umumnya.

"Segala sesuatu bisa dibicarakan dengan baik dan tidak perlu bermain kasar. Apa Mama tahu Vanisa mengalami kelumpuhan pada tubuhnya, karena banyak saraf yang tidak berfungsi karena tekanan yang dia dapatkan. Mama harus mengurangi untuk berbicara atau menekan Vanisa!" tegas Arvin.

"Mama senang jika kamu memberikan perhatian lebih seperti itu kepada Vanisa. Tapi Arvin alangkah baiknya kamu membicarakan semua ini kepadamu Mama kamu. Bukankah dia yang selalu menekan Vanisa dan mungkin saja Vanisa juga mendapatkan tekanan karena kamu sendiri tidak memperkenalkan dia kepada publik sebagai istri kamu," ucap Sarah yang benar-benar tidak ingin disalahkan.

Dia membawa nama besannya dan justru secara tidak langsung menyalahkan menantunya.

"Arvin kalian sudah menikah lebih dari 3 tahun dan Mau sampai kapan Vanisa tidak diakui oleh siapa-siapa. Apa gunanya kalian tinggal satu rumah, adanya ikatan pernikahan jika orang-orang tidak mengetahui siapa dia,"

"Tadinya saya berpikir jika keluarga kamu kurang menerima Vanisa. Karena yang seharusnya menjadi istri kamu adalah Angela. Tetapi ternyata kamu sendiri yang memutuskan untuk tidak mempublikasikan Vanisa," ucap Sarah yang benar-benar memanfaatkan situasi untuk mendesak Arvin.

"Saya memiliki alasan untuk melakukan semua itu," jawab Arvin.

"Baiklah! Saya tidak punya kuasa untuk memaksa kamu. Selagi kamu masih menjadi suami Vanisa itu masih tidak masalah. Jadi saya hanya berharap kamu secepatnya mempublikasikan Vanisa dan mungkin saja itu salah satu tekanan yang dia hadapi," ucap Sarah.

"Baiklah Mama harus pulang. Mama hanya ingin mengantarkan dress untuk Vanisa. Kamu suruh dia memakainya, Permisi!" ucap Sarah dengan tersenyum dan langsung berlalu dari hadapan Arvin.

Sarah memang benar-benar seorang ibu yang sangat egois, bahkan sudah jelas terjadi di depan Arvin dia masih tidak ingin mengakui bahwa apa yang dia lakukan salah dan justru membawa orang lain ke dalam masalah itu dan tidak segan-segan juga menyalahkan Arvin.

Arvin yang terlihat menghela nafas dan mengambil alat pendengar Vanisa. Kemudian Arvin menuju kamar Vanisa yang membuka pintu kamar itu. Arvin melihat Vanisa yang terbaring miring membelakangi dirinya.

Arvin yang menghampiri ranjang dan terlihat ingin memasangkan alat pendengar tersebut di telinga Vanisa dan ternyata hal itu membuat Vanisa kaget dengan spontan berbalik dan menepis tangan Arvin. Posisi berdiri Arvin yang ternyata tidak stabil membuatnya kaget dan alhasil jatuh ke atas tubuh Vanisa yang mending di tubuh istrinya itu dengan wajah mereka yang sejajar dengan jarak yang hanya beberapa senti saja.

Bersambung.......

Terpopuler

Comments

Teh Euis Tea

Teh Euis Tea

ada ya orangtua egois ky gitu ha ngakuin kesalahan, pdhal anaknya sampe struk jg karna ulahnya yg selalu menekan dan menyakiti hati dan fisik anaknya

2025-03-15

0

Herman Lim

Herman Lim

ga tau gimn ne Arvin sama vanisa apa hanya tangung jawab apa mank ada cinta di antara mereka

2025-03-15

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 Tidak Nyaman.
2 Episode 2 Kontrak Pernikahan.
3 Episode 3 Di Jalankan Selama 3 Tahun.
4 Episode 4 Tekanan.
5 Episode 5 Debat
6 Episode 6 Insiden
7 Episode 7 Ancaman Besar.
8 Episode 8 Khawatir.
9 Episode 9 Rencana Perceraian.
10 Episode 10 Mengetahui.
11 Episode 11 Hal Yang Tidak Diinginkan.
12 Episode 12 Tekanan.
13 Episode 13 Tindakan.
14 Episode 14 Perhatian.
15 Episode 15 Dugaan
16 Episode 16 Hal Buruk.
17 Episode 17 Kok Dekat.
18 Episode 18 Semakin Dekat.
19 Episode 19 Ada Saja.
20 Episode 20 Ketegasan Arvin.
21 Episode 13 Tidak Menemukan.
22 Episode 22 Insiden
23 Episode 23 Tidur Bersama
24 Episode 24 Malah Dekat.
25 Episode 25 Dia Akan kembali.
26 Episode 26 Ternyata Hanya Luka Yang Di Tunggu.
27 Episode 27 Kata-kata Pedas.
28 Episode 28 Semakin Sesak.
29 Episode 29 Ternyata.
30 Episode 30 Ungkapan Yang Terpendam.
31 Episode 30 Tegas.
32 Episode 32. Hampir.
33 Episode 33 Keputusan Tidak Akan Di Ubah.
34 Episode 34 Siapa Itu?
35 Episode 35 Khawatir.
36 Episode 36 Dia Kembali.
37 Episode 37 Keputusan.
38 Episode 38 Vanisa dan Arvin
39 Episode 39 Kebimbangan
40 Episode 40 Kembali
41 Episode 41 Kenyataan
42 Episode 42 Terjebak
43 Episode 43 Nyaris
44 Episode 44 Menyatakan
45 Episode 45 Berusaha Dekat.
46 Episode 46 Bantahan.
47 Episode 47 Meyakinkan
48 Episode 48 Saling Memberitahu.
49 Episode 49 Rencana Jahat.
50 Episode 50 Jebakan
51 Episode 51 Ada Sesuatu
52 Episode 56 Kenyataan Pahit.
53 Episode 53 Perceraian.
54 Episode 54 Apa Yang Harus Di Lakukan.
55 Episode 55
56 Episode 56 Apa Harus Pergi.
57 Episode 57 Tidak Terduga.
58 Episode 58 Tegas
59 Episode 59 Bucin
60 Episode 60 Pembatalan Perceraian.
61 Episode 61 Hilang
62 Episode 62 Keputusan Di Luar Nalar.
63 Episode 63 Mencurigai Sesuatu.
64 Episode 64 Merasa Aneh.
65 Episode 65 Menanyakan Langsung.
66 Episode 66 Rencana
67 Episode 67 Bekerja Sama
68 Episode 68 Hampir Saja.
69 Episode 69 Masih Bisa Selamat.
70 Episode 70 Kenyataan
71 Episode 71 Gebrakan Menyenangkan.
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Episode 1 Tidak Nyaman.
2
Episode 2 Kontrak Pernikahan.
3
Episode 3 Di Jalankan Selama 3 Tahun.
4
Episode 4 Tekanan.
5
Episode 5 Debat
6
Episode 6 Insiden
7
Episode 7 Ancaman Besar.
8
Episode 8 Khawatir.
9
Episode 9 Rencana Perceraian.
10
Episode 10 Mengetahui.
11
Episode 11 Hal Yang Tidak Diinginkan.
12
Episode 12 Tekanan.
13
Episode 13 Tindakan.
14
Episode 14 Perhatian.
15
Episode 15 Dugaan
16
Episode 16 Hal Buruk.
17
Episode 17 Kok Dekat.
18
Episode 18 Semakin Dekat.
19
Episode 19 Ada Saja.
20
Episode 20 Ketegasan Arvin.
21
Episode 13 Tidak Menemukan.
22
Episode 22 Insiden
23
Episode 23 Tidur Bersama
24
Episode 24 Malah Dekat.
25
Episode 25 Dia Akan kembali.
26
Episode 26 Ternyata Hanya Luka Yang Di Tunggu.
27
Episode 27 Kata-kata Pedas.
28
Episode 28 Semakin Sesak.
29
Episode 29 Ternyata.
30
Episode 30 Ungkapan Yang Terpendam.
31
Episode 30 Tegas.
32
Episode 32. Hampir.
33
Episode 33 Keputusan Tidak Akan Di Ubah.
34
Episode 34 Siapa Itu?
35
Episode 35 Khawatir.
36
Episode 36 Dia Kembali.
37
Episode 37 Keputusan.
38
Episode 38 Vanisa dan Arvin
39
Episode 39 Kebimbangan
40
Episode 40 Kembali
41
Episode 41 Kenyataan
42
Episode 42 Terjebak
43
Episode 43 Nyaris
44
Episode 44 Menyatakan
45
Episode 45 Berusaha Dekat.
46
Episode 46 Bantahan.
47
Episode 47 Meyakinkan
48
Episode 48 Saling Memberitahu.
49
Episode 49 Rencana Jahat.
50
Episode 50 Jebakan
51
Episode 51 Ada Sesuatu
52
Episode 56 Kenyataan Pahit.
53
Episode 53 Perceraian.
54
Episode 54 Apa Yang Harus Di Lakukan.
55
Episode 55
56
Episode 56 Apa Harus Pergi.
57
Episode 57 Tidak Terduga.
58
Episode 58 Tegas
59
Episode 59 Bucin
60
Episode 60 Pembatalan Perceraian.
61
Episode 61 Hilang
62
Episode 62 Keputusan Di Luar Nalar.
63
Episode 63 Mencurigai Sesuatu.
64
Episode 64 Merasa Aneh.
65
Episode 65 Menanyakan Langsung.
66
Episode 66 Rencana
67
Episode 67 Bekerja Sama
68
Episode 68 Hampir Saja.
69
Episode 69 Masih Bisa Selamat.
70
Episode 70 Kenyataan
71
Episode 71 Gebrakan Menyenangkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!