Episode 6 Insiden

Vanisa hanya diam saja melihat apa yang terjadi di depannya. Bagaimana terjadi perdebatan dan saling sindir menyindir antara ibu mertuanya dan ibunya. Dia tidak berkutik sama sekali atau berusaha untuk menghentikannya.

"Saya sudah sangat muak mengikuti drama keluarga kalian. Mempermalukan di acara pernikahan dengan Putri pertamamu yang lari dan diganti dengan putrimu yang tidak bisa melakukan apapun. Hanya diam melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat,"

"Saya juga sangat muak dengan semua ini. Untuk apa juga saya harus tetap menutupi nama baik keluarga kalian yang menggantikan calon pengantin wanita kepada anakku. Jadi jangan salah paham jika sampai saat ini putrimu tidak dipublikasikan itu sama sekali bukan keinginan kami. Tetapi menantumu sendiri!" tegas Lara dengan penuh penekanan.

Sarah tampak kesal mendengarnya. Vanisa hanya diam saja dengan wajahnya yang terlihat murung. Seperti ada kekecewaan di dalam dirinya saat mendengar semua pernyataan dari ibu mertuanya.

Dia berpikir jika selama ini keluarga Arvin yang mungkin belum bisa menerima dirinya sebagai menantu karena memang seharusnya bukan dia yang menikahi Arvin dan ternyata Arvin sendirian tidak ingin mempublikasikan dirinya dan hanya mengurungnya di dalam penjara.

"Dia memang masih menunggu pengantin yang sebenarnya. Maka itu alasannya membuatku hanya menjadi patung," batin Vanisa dengan mata berkaca-kaca yang sejak tadi menahan diri.

"Sampai di sini saja pertemuan hari ini. Saya berharap kamu mendengarkan apa yang baru saja saya katakan. 1 lagi kamu tidak perlu mengajar lagi!" tegas Lara yang mengambil tasnya.

"Mahira. Nenek pulang dulu ya," Lara berpamitan dengan mencium Mahira dan Mahira yang melambaikan tangan sembari mulutnya yang juga tidak lupa berbicara dengan sangat random.

Lara yang tidak mengatakan apa-apa langsung keluar dari ruangan itu yang sudah menyampaikan hal yang menurutnya sangat penting kepada Vanisa.

Vanisa memejamkan mata yang berusaha untuk tenang dan membuka kembali yang ingin meneguk orange jus yang sejak tadi diaduk.

"Dasar keluarga gila!" umpat Sarah dengan kesal dan bahkan menarik gelas Vanisa sampai membuat minuman itu tumpah ke bajunya yang akhirnya tidak jadi membuat Vanisa minum.

"Ini semua gara-gara kebodohan kamu. Kamu dengar sendiri apa kata wanita itu hah! Dia sama saja ingin menyadarkan kamu. Bahwa kamu selama ini jadi istri memang sangat tidak berguna. Lihat saja suami kamu sendiri yang tidak ingin mempublikasikan kamu. Dia benar-benar tidak menganggap kamu ada!" tegas Sarah yang melampiaskan kemarahannya kepada Vanisa.

"Usia kamu bukan belasan tahun lagi. Kenapa sampai detik ini kamu masih saja bodoh yang kamu tahu hanya merawat cucunya saja. Kamu sadar tidak kalau kamu hanya dijadikan sebagai baby sitter dari anak itu!" tegas Sarah.

"Mama tidak perlu berbicara seperti itu di depan anak kecil. Walau Mahira masih kecil. Tetapi pendengarannya sangat kuat, ini tidak baik untuk psikolog Mahira," ucap Vanisa memberikan ingat.

"Alah! kamu terus saja memikirkan psikolog ini dan itu. Perbaiki dulu psikolog kamu agar cara berpikir kamu bagus. Kamu lihat anak itu hah! Kalau saja kamu berhasil memikat hati Arvin. Kamu pasti sudah menjadi seperti Mitha memiliki anak, dianggap sebagai menantu. Tidak hanya seperti patung di rumah!"

"Mereka sama sekali tidak akan peduli pada kamu, kamu punya anak atau tidak. Mereka tidak akan bertanya atau tidak akan mendesak kamu. Karena apa hah! Karena mereka sudah mendapatkan cucu dari putra pertama mereka dan tidak ada yang perlu mereka harapkan dari kamu. Kamu sampai kapanpun hanya akan tetap menjadi patung, hiasan yang tidak berguna dan tidak dilihat sama sekali!" tegas Sarah yang benar-benar emosi yang meluapkan semua kemarahannya kepada Vanisa dengan rasa kegeramannya.

"Cape Mama bicara dengan kamu!" tegas Sarah berdiri dari tempat duduknya yang mengambil tasnya.

"Jahat!" Sarah yang tidak jadi pergi ketika mendengar Mahira berbicara yang membuat Sarah mendengar dan menatap tajam Mahira.

Terlihat kebencian di wajah Sarah pada anak kecil yang tidak berdosa itu. Vanisa yang melihat hal itu langsung berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Mahira yang menggendong Mahira dengan cepat yang seolah takut terjadi sesuatu padanya karena membuat Sarah marah.

"Anak kecil sok tahu!" kesal Sarah yang langsung pergi.

Vanisa membuang nafas perlahan ke depan yang benar-benar sangat lega. Untung saja emosi ibunya tidak juga dilampiaskan kepada Mahira.

"Aunty pulang!" Mahira yang mulai merengek karena sangat bosan dengan suasana itu.

"Iya kita pulang," ucap Vanisa yang memang merasa tidak ada gunanya pertemuan itu. Bukan perutnya yang kenyang tetapi telinganya dan juga hatinya yang kenyang dengan semua kata-kata dari dua orang yang sepertinya tidak pernah memikirkan perasaannya.

****

Vanisa yang menyetir mobil dengan Mahira yang tertidur di box bayi. Vanisa beberapa kali membuang nafas kasar. Dia masih mengingat semua perkataan dari ibu mertuanya

"Aku memang harus menyelesaikan pernikahan ini. Untuk apa pernikahan ini dilanjutkan. Jika dia sampai detik ini masih menunggu pengantin yang sebenarnya," ucap Vanisa yang sudah yakin akan perceraian yang akan diajukan.

Vanisa memejamkan matanya sebentar dan baru saja terpejam. Tiba-tiba Vanisa dikejutkan dengan mobil yang menyerempet dirinya dan terus saja mepet-mepet padanya yang membuat Vanisa kaget.

"Ada apa ini?" ucapnya yang memikirkan jalannya.

Tetapi mobil tersebut sepertinya sengaja melakukan itu. Vanisa melihat dari kaca spion untuk memastikan keadaan Mahira untung saja aman. Tetapi tetap saja berkendara seperti itu yang membuat Vanisa khawatir akan membangunkan Mahira.

Untuk menghindari mobil tersebut membuat Vanisa melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tetapi mobil itu malah mengejar Vanisa.

"Ya. Allah siapa orang itu? Kenapa dia mengejarku?" Vanisa terus ketakutan yang bertanya-tanya.

Sampai mobil tersebut kembali menyerempet mobil Vanisa yang bagian ujung belakangnya sudah lecet yang membuat Vanisa beberapa kali terkejut karena suara hantaman. Vanisa yang mulai tidak fokus dengan kepanikan yang bolak-balik melihat kaca spion dan menyetir dengan kecepatan tinggi.

Sampai tiba Vanisa yang melihat ke depan dan betapa terkejutnya dia saat melihat mobil truk besar yang mengarah padanya membuat Vanisa langsung membanting stir ke kanan yang mengakibatkan Vanisa menabrak pembatas jalan.

Brukkkk.

Hantaman yang cukup kencang itu membuat Vanisa merem mendadak dan membuat kepalanya terbentur setir mobil.

Hah- hah-hah-hah

Suara nafasnya yang terdengar tidak stabil mengangkat kepalanya dan melihat ke belakang. Vanisa yang sangat khawatir dengan Mahira yang membuat Vanisa buru-buru keluar dari mobil dan membuka pintu mobil belakang yang langsung mengambil Mahira dari stroller bayi tersebut dan memeluk begitu erat.

"Alhamdulillah kamu tidak apa-apa," ucap Vanisa dengan nafas yang belum stabil dan untung saja Mahira tidak rewel yang tidak menangis sama sekali.

Tin-tin-tin-tin-tin.

Suara klakson mobil yang terdengar begitu kencang yang membuat Vanisa menoleh ke belakang yang ternyata mobil yang sejak tadi mengejar dia masih terus mengejar dan melaju dengan kecepatan.

Vanisa yang langsung menghindar memeluk Mahira begitu erat.

Brukk.

Mobil BMW hitam itu langsung menabrak mobilnya yang bahkan membuat mobil itu sampai terangkat dan kembali terjatuh ke aspal. Vanisa yang juga sudah terduduk di aspal terjatuh karena mengelakkan mobil tersebut kaget melihat semua kejadian itu di depan matanya. Dia benar-benar seperti orang yang sedang diserang.

Bersambung......

Terpopuler

Comments

mbok Darmi

mbok Darmi

semoga vanisa dan mahira ada yg nolong orang gila mana yg mau membunuh vanisa apakah mertua nya atau malah suami nya

2025-03-07

0

Teh Euis Tea

Teh Euis Tea

ya ALLAH itu siapa yg mau nyelakain vanesa, mudah"an vanesa ada yg nolongin kasian mana bawa" mahira lg

2025-03-07

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 Tidak Nyaman.
2 Episode 2 Kontrak Pernikahan.
3 Episode 3 Di Jalankan Selama 3 Tahun.
4 Episode 4 Tekanan.
5 Episode 5 Debat
6 Episode 6 Insiden
7 Episode 7 Ancaman Besar.
8 Episode 8 Khawatir.
9 Episode 9 Rencana Perceraian.
10 Episode 10 Mengetahui.
11 Episode 11 Hal Yang Tidak Diinginkan.
12 Episode 12 Tekanan.
13 Episode 13 Tindakan.
14 Episode 14 Perhatian.
15 Episode 15 Dugaan
16 Episode 16 Hal Buruk.
17 Episode 17 Kok Dekat.
18 Episode 18 Semakin Dekat.
19 Episode 19 Ada Saja.
20 Episode 20 Ketegasan Arvin.
21 Episode 13 Tidak Menemukan.
22 Episode 22 Insiden
23 Episode 23 Tidur Bersama
24 Episode 24 Malah Dekat.
25 Episode 25 Dia Akan kembali.
26 Episode 26 Ternyata Hanya Luka Yang Di Tunggu.
27 Episode 27 Kata-kata Pedas.
28 Episode 28 Semakin Sesak.
29 Episode 29 Ternyata.
30 Episode 30 Ungkapan Yang Terpendam.
31 Episode 30 Tegas.
32 Episode 32. Hampir.
33 Episode 33 Keputusan Tidak Akan Di Ubah.
34 Episode 34 Siapa Itu?
35 Episode 35 Khawatir.
36 Episode 36 Dia Kembali.
37 Episode 37 Keputusan.
38 Episode 38 Vanisa dan Arvin
39 Episode 39 Kebimbangan
40 Episode 40 Kembali
41 Episode 41 Kenyataan
42 Episode 42 Terjebak
43 Episode 43 Nyaris
44 Episode 44 Menyatakan
45 Episode 45 Berusaha Dekat.
46 Episode 46 Bantahan.
47 Episode 47 Meyakinkan
48 Episode 48 Saling Memberitahu.
49 Episode 49 Rencana Jahat.
50 Episode 50 Jebakan
51 Episode 51 Ada Sesuatu
52 Episode 56 Kenyataan Pahit.
53 Episode 53 Perceraian.
54 Episode 54 Apa Yang Harus Di Lakukan.
55 Episode 55
56 Episode 56 Apa Harus Pergi.
57 Episode 57 Tidak Terduga.
58 Episode 58 Tegas
59 Episode 59 Bucin
60 Episode 60 Pembatalan Perceraian.
61 Episode 61 Hilang
62 Episode 62 Keputusan Di Luar Nalar.
63 Episode 63 Mencurigai Sesuatu.
64 Episode 64 Merasa Aneh.
65 Episode 65 Menanyakan Langsung.
66 Episode 66 Rencana
67 Episode 67 Bekerja Sama
68 Episode 68 Hampir Saja.
69 Episode 69 Masih Bisa Selamat.
70 Episode 70 Kenyataan
71 Episode 71 Gebrakan Menyenangkan.
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Episode 1 Tidak Nyaman.
2
Episode 2 Kontrak Pernikahan.
3
Episode 3 Di Jalankan Selama 3 Tahun.
4
Episode 4 Tekanan.
5
Episode 5 Debat
6
Episode 6 Insiden
7
Episode 7 Ancaman Besar.
8
Episode 8 Khawatir.
9
Episode 9 Rencana Perceraian.
10
Episode 10 Mengetahui.
11
Episode 11 Hal Yang Tidak Diinginkan.
12
Episode 12 Tekanan.
13
Episode 13 Tindakan.
14
Episode 14 Perhatian.
15
Episode 15 Dugaan
16
Episode 16 Hal Buruk.
17
Episode 17 Kok Dekat.
18
Episode 18 Semakin Dekat.
19
Episode 19 Ada Saja.
20
Episode 20 Ketegasan Arvin.
21
Episode 13 Tidak Menemukan.
22
Episode 22 Insiden
23
Episode 23 Tidur Bersama
24
Episode 24 Malah Dekat.
25
Episode 25 Dia Akan kembali.
26
Episode 26 Ternyata Hanya Luka Yang Di Tunggu.
27
Episode 27 Kata-kata Pedas.
28
Episode 28 Semakin Sesak.
29
Episode 29 Ternyata.
30
Episode 30 Ungkapan Yang Terpendam.
31
Episode 30 Tegas.
32
Episode 32. Hampir.
33
Episode 33 Keputusan Tidak Akan Di Ubah.
34
Episode 34 Siapa Itu?
35
Episode 35 Khawatir.
36
Episode 36 Dia Kembali.
37
Episode 37 Keputusan.
38
Episode 38 Vanisa dan Arvin
39
Episode 39 Kebimbangan
40
Episode 40 Kembali
41
Episode 41 Kenyataan
42
Episode 42 Terjebak
43
Episode 43 Nyaris
44
Episode 44 Menyatakan
45
Episode 45 Berusaha Dekat.
46
Episode 46 Bantahan.
47
Episode 47 Meyakinkan
48
Episode 48 Saling Memberitahu.
49
Episode 49 Rencana Jahat.
50
Episode 50 Jebakan
51
Episode 51 Ada Sesuatu
52
Episode 56 Kenyataan Pahit.
53
Episode 53 Perceraian.
54
Episode 54 Apa Yang Harus Di Lakukan.
55
Episode 55
56
Episode 56 Apa Harus Pergi.
57
Episode 57 Tidak Terduga.
58
Episode 58 Tegas
59
Episode 59 Bucin
60
Episode 60 Pembatalan Perceraian.
61
Episode 61 Hilang
62
Episode 62 Keputusan Di Luar Nalar.
63
Episode 63 Mencurigai Sesuatu.
64
Episode 64 Merasa Aneh.
65
Episode 65 Menanyakan Langsung.
66
Episode 66 Rencana
67
Episode 67 Bekerja Sama
68
Episode 68 Hampir Saja.
69
Episode 69 Masih Bisa Selamat.
70
Episode 70 Kenyataan
71
Episode 71 Gebrakan Menyenangkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!