Episode 17 Kok Dekat.

Mentari pagi sudah tiba. Suster membawa Vanisa jalan-jalan di luar Apartemen untuk mencari udara segar.

"Nona tempat ini benar-benar sangat luas sekali. Pasti sangat menyenangkan bukan jika setiap hari jalan-jalan seperti ini. Nona pasti sering berenang di sana bukan?" tanya Suster.

Suster iya sih memang sangat ramah yang selalu mengajak Vanisa mengobrol walau Vanisa tidak pernah merespon. Selain dia tidak bisa berbicara dia juga sepertinya tidak mood untuk membahas hal apapun

Mata Vanisa melihat tempat itu. Sama sekali dia tidak pernah melakukan apa yang dikatakan Suster. Dia juga tidak tahu apa yang dia lakukan selama ini di Apartemen itu. Dia seperti dipenjara dan bahkan untuk berkeliling saja melihat fasilitas di sana dia tidak pernah melakukan hal itu.

Vanisa benar-benar menyia-nyiakan hidupnya selama 3 tahun dan bahkan niatnya untuk bercerai sudah di depan mata dan sekarang dia malah mendapatkan musibah. Tiba-tiba kursi roda itu terhenti yang ternyata Arvin yang sudah ada di depan yang membuat Vanisa mengangkat kepalanya.

"Tinggalkan kami sebentar," ucap Arvin.

"Baik tuan!" jawab Suster tersebut dan langsung pergi.

Arvin mengambil kursi dan duduk di depan Vanisa

"Aku tahu ini akan menjadi sulit untukmu. Untuk sementara Suster akan menemani kamu yang akan merawat kamu dan menentukan semua jadwal kamu untuk praktek. Kamu pasti akan kembali normal seperti awal dan semua hanya membutuhkan waktu," ucap Arvin.

"Karena kondisi kamu yang seperti ini membuat kamu tidak memungkinkan untuk mengajar. Jadi mulai sekarang kamu fokus pada kesembuhan kamu, berusaha menggerakkan diri dan berlatih dengan giat. Penyakit yang kamu derita hanya bersifat sementara dan semua akan sembuh tergantung pada kamu!" tegas Arvin.

"Sekarang aku sudah seperti ini. Seharusnya ini jalan perpisahan yang paling tepat," batin Vanisa yang masih saja memikirkan perceraian.

"Apapun yang kamu butuhkan kamu bisa memintanya pada Suster!" ucap Arvin.

****

Karena kondisi Vanisa yang lumpuh sementara membuat Vanisa harus berusaha sendiri. Dia terus melakukan terapi dari mulai belajar menggerakkan kakinya sampai belajar berjalan.

Kemajuan Vanisa bisa dikatakan sebenarnya sudah jauh lebih meningkat dibandingkan saat pertama kali dia dinyatakan menderita afasia.

Pada awal-awal tubuhnya benar-benar tidak bisa bergerak, mengalami kesulitan untuk menggerakkan jari saja. Sekarang sudah jauh lebih baik dengan jari-jarinya yang bisa digerakkan. Vanisa juga bisa memegang ponsel, kalau masih begitu sangat berat dan masih butuh berlatih.

"Nona perkembangan hari ini benar-benar sangat luar biasa. Saya senang dengan telapak kaki Nona sudah bisa menyentuh lantai. Semoga Nona bisa dengan cepat berdiri," ucap Suster.

Vanisa menganggukkan kepala.

Vanisa mengambil ponselnya dan terlihat mengetik di ponselnya tersebut dengan jari-jarinya yang sangat lambat.

"Aku membutuhkan alat untuk bantuan berjalan!" tulisnya.

"Baik Nona saya akan sediakan itu besok. Ini sudah malam. Saya harus pulang karena tugas saya sudah selesai," ucap Suster yang memang tidak menginap di rumah Vanisa. Dia datang jam 06.00 pagi dan pulang jam 09.00 malam.

Vanisa menganggukkan kepalanya.

"Saya antar Nona ke kamar!" ucap Suster.

Vanisa menggelengkan kepala dan kembali menulis di ponselnya.

"Kamu pulanglah, aku bisa memutar kursi rodaku. Aku harus membiasakan diri agar pergerakan tubuhku semakin lancar," tulisnya.

"Apa Nona yakin?" tanya Suster ragu. Vanisa menganggukkan kepala.

"Baiklah kalau begitu semoga Nona berhasil melakukannya. Saya permisi pulang dulu!" ucap Suster. Vanisa menganggukkan kepala dan Suster itu tidak mengatakan apa-apa lagi yang langsung pergi.

Vanisa menghela nafas yang mulai mendorong kursi rodanya. Ternyata tidak semudah yang Vanisa bayangkan. Bahkan roda itu sama sekali tidak bergerak.

"Astaga kenapa ini sudah sekali. Tanganku ternyata tidak mampu untuk mendorongnya," batinnya yang masih saja berusaha.

Vanisa melihat ke arah pintu yang baru saja pintu itu tertutup. Suster sudah pergi dan seandainya dia bisa berbicara. Vanisa kemungkinan akan berteriak untuk mengubah keputusannya.

"Huhhhh, ternyata tidak semudah yang aku bayangkan. Vanisa memegang ponsel saja dan mengetik saja jari-jarimu masih sangat lemah, kamu saja makan masih sangat sulit. Kamu seperti anak balita yang mengalami pertumbuhan. Seharusnya kamu bersabar dan tidak perlu memaksakan diri seperti ini," batin Vanisa.

"Sekarang aku tidak tahu mau sampai kapan aku berada di sini. Aku tidak bisa kemana-mana," Vanisa hanya bisa menghela nafas yang sekarang dirinya harus benar-benar pasrah.

Mobil Arvin yang tiba di parkiran. Arvin yang langsung keluar dari mobilnya memasuki Apartemen.

Pintu terbuka silakan masuk.

Suara otomatis itu terdengar. Arvin menghidupkan lampu dan cukup terkejut yang melihat keberadaan Vanisa tetap di tempatnya di atas kursi roda yang ternyata sudah tertidur dengan kepala yang jatuh dan wajahnya tertutup di rambutnya.

"Kenapa dia tidur di sini!" batin Arvin kebingungan.

Kepalanya berkeliling yang melihat apakah Suster masih ada atau tidak dan rumah itu memang tampak sangat sepi, kalaupun ada pasti lampu tidak dimatikan yang artinya memang Suster sudah pergi. Arvin menelan salivanya dan berjalan menghampiri Vanisa.

Arvin berjongkok di depan Vanisa yang menyingkirkan anak rambut tersebut dari wajah cantik istrinya sehingga wajah polos yang tertidur lelap itu akhirnya terlihat.

Mata Vanisa bergerak-gerak yang menyadari jika ada yang menatapnya dan membuat Vanisa membuka matanya yang langsung terkejut dengan kehadiran Arvin yang tiba-tiba.

Vanisa langsung menegakkan kepalanya dengan raut wajahnya yang panik.

"Aku tidak bermaksud untuk membangunkanmu. Kamu kenapa bisa tidur di sini?"

"Apa Suster sudah pulang?" tanya Arvin.

Vanisa ambil ponselnya yang sejak tadi diletakkan di pahanya dan jarinya mulai mengetik

"Tadi aku menyuruhnya pulang terlebih dahulu. Aku ingin mencoba sendiri ke kamar dengan mendorong kursi roda ku dan ternyata aku belum mampu," tulis Vanisa.

"Aku tahu kamu sangat excited sekali ingin sembuh. Tetapi segala sesuatu yang diburu-buru juga tidak akan menghasilkan. Jadi jangan terlalu berekspektasi tinggi dan pelan-pelan menjalani semuanya," ucap Arvin yang memberikan saran.

"Di saat aku tidak bisa melakukan apa-apa, kenapa dia sangat boros sekali dengan kata-kata yang sering berceramah kepadaku," batin Vanisa.

"Aku akan membantumu ke kamar," ucap Arvin. Vanisa belum sempat merespon Arvin sudah mendorong kursi roda tersebut dengan memutarkan ke arah kamar.

Vanisa hanya menurut saja, kepalanya cukup sakit yang tertidur dengan cara seperti itu dan untung saja Arvin pulang.

Setiba di kamar. Tidak seperti suster yang memapah Vanisa untuk menaiki ranjang dan ternyata Arvin yang langsung menggendong Vanisa ala bridal style yang membuat Vanisa kaget dengan matanya melotot.

Wajar saja. Karena hal itu baru terjadi sekian lama pernikahan mereka. Jantung Vanisa juga berdebar dengan kencang yang sangat tidak biasanya. Arvin dengan sangat hati-hati membaringkan tubuh kecil itu di atas ranjang. Vanisa yang begitu gugup sampai mengalihkan pandangannya ke kiri yang tidak berani menatap wajah yang sangat tampan itu yang sangat dekat sekali dengannya.

Suara hembusan nafas berat itu bahkan terdengar, aroma tubuh suaminya yang begitu memiliki khas yang sangat memabukkan.

"Istirahatlah!" ucap Arvin yang sangat baik hati sekali menyelimuti sang istri. Vanisa hanya menggerakkan matanya saja.

Arvin yang tidak mengatakan apa-apa lagi langsung pergi dari kamar Vanisa yang membiarkan Vanisa untuk beristirahat.

Vanisa melihat kepergian suaminya itu yang lagi-lagi dia hanya menghela nafas saja.

Bersambung.......

Terpopuler

Comments

Teh Euis Tea

Teh Euis Tea

cepet sembuh vanisa dan setelah sembuh carilah kebahagiaanmu sendiri, pergilah dari keluarga tonix ygga bisa menghargai km

2025-03-13

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 Tidak Nyaman.
2 Episode 2 Kontrak Pernikahan.
3 Episode 3 Di Jalankan Selama 3 Tahun.
4 Episode 4 Tekanan.
5 Episode 5 Debat
6 Episode 6 Insiden
7 Episode 7 Ancaman Besar.
8 Episode 8 Khawatir.
9 Episode 9 Rencana Perceraian.
10 Episode 10 Mengetahui.
11 Episode 11 Hal Yang Tidak Diinginkan.
12 Episode 12 Tekanan.
13 Episode 13 Tindakan.
14 Episode 14 Perhatian.
15 Episode 15 Dugaan
16 Episode 16 Hal Buruk.
17 Episode 17 Kok Dekat.
18 Episode 18 Semakin Dekat.
19 Episode 19 Ada Saja.
20 Episode 20 Ketegasan Arvin.
21 Episode 13 Tidak Menemukan.
22 Episode 22 Insiden
23 Episode 23 Tidur Bersama
24 Episode 24 Malah Dekat.
25 Episode 25 Dia Akan kembali.
26 Episode 26 Ternyata Hanya Luka Yang Di Tunggu.
27 Episode 27 Kata-kata Pedas.
28 Episode 28 Semakin Sesak.
29 Episode 29 Ternyata.
30 Episode 30 Ungkapan Yang Terpendam.
31 Episode 30 Tegas.
32 Episode 32. Hampir.
33 Episode 33 Keputusan Tidak Akan Di Ubah.
34 Episode 34 Siapa Itu?
35 Episode 35 Khawatir.
36 Episode 36 Dia Kembali.
37 Episode 37 Keputusan.
38 Episode 38 Vanisa dan Arvin
39 Episode 39 Kebimbangan
40 Episode 40 Kembali
41 Episode 41 Kenyataan
42 Episode 42 Terjebak
43 Episode 43 Nyaris
44 Episode 44 Menyatakan
45 Episode 45 Berusaha Dekat.
46 Episode 46 Bantahan.
47 Episode 47 Meyakinkan
48 Episode 48 Saling Memberitahu.
49 Episode 49 Rencana Jahat.
50 Episode 50 Jebakan
51 Episode 51 Ada Sesuatu
52 Episode 56 Kenyataan Pahit.
53 Episode 53 Perceraian.
54 Episode 54 Apa Yang Harus Di Lakukan.
55 Episode 55
56 Episode 56 Apa Harus Pergi.
57 Episode 57 Tidak Terduga.
58 Episode 58 Tegas
59 Episode 59 Bucin
60 Episode 60 Pembatalan Perceraian.
61 Episode 61 Hilang
62 Episode 62 Keputusan Di Luar Nalar.
63 Episode 63 Mencurigai Sesuatu.
64 Episode 64 Merasa Aneh.
65 Episode 65 Menanyakan Langsung.
66 Episode 66 Rencana
67 Episode 67 Bekerja Sama
68 Episode 68 Hampir Saja.
69 Episode 69 Masih Bisa Selamat.
70 Episode 70 Kenyataan
71 Episode 71 Gebrakan Menyenangkan.
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Episode 1 Tidak Nyaman.
2
Episode 2 Kontrak Pernikahan.
3
Episode 3 Di Jalankan Selama 3 Tahun.
4
Episode 4 Tekanan.
5
Episode 5 Debat
6
Episode 6 Insiden
7
Episode 7 Ancaman Besar.
8
Episode 8 Khawatir.
9
Episode 9 Rencana Perceraian.
10
Episode 10 Mengetahui.
11
Episode 11 Hal Yang Tidak Diinginkan.
12
Episode 12 Tekanan.
13
Episode 13 Tindakan.
14
Episode 14 Perhatian.
15
Episode 15 Dugaan
16
Episode 16 Hal Buruk.
17
Episode 17 Kok Dekat.
18
Episode 18 Semakin Dekat.
19
Episode 19 Ada Saja.
20
Episode 20 Ketegasan Arvin.
21
Episode 13 Tidak Menemukan.
22
Episode 22 Insiden
23
Episode 23 Tidur Bersama
24
Episode 24 Malah Dekat.
25
Episode 25 Dia Akan kembali.
26
Episode 26 Ternyata Hanya Luka Yang Di Tunggu.
27
Episode 27 Kata-kata Pedas.
28
Episode 28 Semakin Sesak.
29
Episode 29 Ternyata.
30
Episode 30 Ungkapan Yang Terpendam.
31
Episode 30 Tegas.
32
Episode 32. Hampir.
33
Episode 33 Keputusan Tidak Akan Di Ubah.
34
Episode 34 Siapa Itu?
35
Episode 35 Khawatir.
36
Episode 36 Dia Kembali.
37
Episode 37 Keputusan.
38
Episode 38 Vanisa dan Arvin
39
Episode 39 Kebimbangan
40
Episode 40 Kembali
41
Episode 41 Kenyataan
42
Episode 42 Terjebak
43
Episode 43 Nyaris
44
Episode 44 Menyatakan
45
Episode 45 Berusaha Dekat.
46
Episode 46 Bantahan.
47
Episode 47 Meyakinkan
48
Episode 48 Saling Memberitahu.
49
Episode 49 Rencana Jahat.
50
Episode 50 Jebakan
51
Episode 51 Ada Sesuatu
52
Episode 56 Kenyataan Pahit.
53
Episode 53 Perceraian.
54
Episode 54 Apa Yang Harus Di Lakukan.
55
Episode 55
56
Episode 56 Apa Harus Pergi.
57
Episode 57 Tidak Terduga.
58
Episode 58 Tegas
59
Episode 59 Bucin
60
Episode 60 Pembatalan Perceraian.
61
Episode 61 Hilang
62
Episode 62 Keputusan Di Luar Nalar.
63
Episode 63 Mencurigai Sesuatu.
64
Episode 64 Merasa Aneh.
65
Episode 65 Menanyakan Langsung.
66
Episode 66 Rencana
67
Episode 67 Bekerja Sama
68
Episode 68 Hampir Saja.
69
Episode 69 Masih Bisa Selamat.
70
Episode 70 Kenyataan
71
Episode 71 Gebrakan Menyenangkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!