Episode 5 Debat

"Kakak kenapa menatapku seperti itu. Apa Kakak memikirkan suatu hal yang buruk tentangku?" tanya Vanisa.

"Aku hanya heran saja dengan tiba-tiba kamu membahas masalah perceraian. Kamu biasanya tidak pernah membahas hal-hal seperti ini. Jadi bukankah wajar jika aku memikirkan sedikit negatif," jawab Mitha.

"Tapi aku hanya bertanya saja dan tidak ada maksud yang lain," ucap Vanisa.

"Syukurlah kalau kamu tidak punya pikiran seperti itu. Aku tahu Vanisa dalam rumah tangga itu memang sangat tidak mudah, rumah tangga yang 1 tahun 2 tahun 3 tahun akan mengalami naik turun. Terkadang dalam pasangan suami istri juga ada jenuhnya dan selalu merasa kurang atau banyak mau. Tetapi kembali lagi tergantung pada diri kita sendiri bagaimana menyikapi diri kita untuk pasangan kita,"

"Aku bukan menceramahi kamu atau memberi pesan. Kita sama-sama masih baru dalam pernikahan dan aku hanya berusaha melakukan yang terbaik sebagai seorang istri dan memahami pasanganku untuk menjalani rumah tangga kami. Dengan aku yang sebagai pengacara yang sudah menemukan sangat banyak sekali kasus perpisahan dalam rumah tangga yang membuatku belajar dan bukan malah ikut-ikutan," ucap Mitha yang memberikan sedikit masukkan kepada Vanisa.

"Iya Kakak benar!" sahut Vanisa dengan tersenyum.

"Huhhh! Aku terlalu banyak mengobrol," ucap Mitha yang melihat arloji di tangannya.

"Aku sudah hampir telat. Aku harus pergi. Aku titip Mahira ya. Kalau ada apa-apa kamu tinggal kabari aku saja," ucap Mitha.

"Iya. Kakak hati-hati," jawab Vanisa.

Mitha yang berpamitan pada putrinya itu dengan mencium lembut Mahira. Sudah sangat biasa ditinggalkan oleh Mitha yang membuat Mahira tidak menangis sama sekali.

"Aku boleh, kan. Membawa Mahira keluar nanti?" tanya Vanisa sebelum Mitha keluar dari Apartemennya.

"Boleh," jawab Mitha yang langsung pergi.

Vanisa tersenyum dan melihat ke arah Mahira yang punya dunianya sendiri bermain dengan bola-bola yang mengeluarkan suara itu.

"Andai pernikahan ini adalah pernikahan yang waras. Mungkin aku sudah menjadi seorang ibu dan akan melihat perkembangan anakku dan tidak kesepian seperti ini," batin Vanisa yang terus memperhatikan Mahira begitu tulus.

Dia sangat begitu excited sekali jika Mahira sudah bersamanya.

"Dratttt-dratt-drattt-drattt!"

Vanisa yang melihat ponselnya dengan kontak nama ibu mertua. Vanisa menghela nafas dan langsung mengangkat panggilan telepon itu.

"Kamu di mana?"

"Di rumah,"

"Kerumah sekarang!" titah Lara dengan suara datar.

"Tapi aku sedang bersama Mahira," jawab Vanisa.

"Apa jika bersama Mahira kamu tidak bisa menemui saya?" tanya wanita itu yang terdengar suaranya begitu ketus.

"Baiklah!" Vanisa yang tidak bisa menolak.

Tut-tut-tut-tut-tut-

Telpon itu langsung dimatikan secara sepihak yang membuat Vanisa kembali menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan. Wajah tampak lelah menghadapi orang-orang yang berada di sekitarnya. Dia merasa sangat tertekan yang apa-apa diperintah dan tidak memiliki kebebasan sendiri.

Vanisa menghampiri Mahira.

"Sayang kita harus pergi. Nanti kita lanjut main," ucap Vanisa dan anak itu hanya diam saja yang tidak mengerti apa yang dikatakan Vanisa yang mana Mahira masih sibuk bermain.

**

Mobil yang di kendarai Vanisa berhenti di salah satu Restaurant mewah di pusat kota. Sejak tadi Vanisa menyetir sendiri dan tidak lupa membawa Vanisa yang lengkap dengan tempat duduk bayi yang diletakkan di belakang. Vanisa memang sudah sangat terbiasa membawa Mahira. Jadi semua alat-alat di dalam mobil untuk kenyamanan Mahira juga sudah disediakan.

"Pasti capek sekali ya, sampai ngantuk seperti itu," ucap Vanisa dengan menoleh ke belakang yang mengajak bocah cantik itu berbicara Mahira menganggukkan kepala dengan tertawa cengengesan yang mulutnya ingin berbicara banyak.

Anak seusia Mahira memang masih meraba-raba dalam berbicara. Jadi kerap kali banyak yang ingin dia omongkan tetapi belum bisa keluar dari mulutnya. Vanisa yang tidak membuang-buang waktu langsung keluar dari mobil dan membawa Mahira juga ikut keluar.

Vanisa berjalan mengikuti langkah anak kecil yang masih tertatih-tatih itu dengan tangannya yang tidak lepas dari genggamannya dan sampai pelayan mengantarkan Vanisa ke salah satu ruangan VIP dengan pintu yang dibuka yang ternyata dia bukan hanya bertemu dengan Lara Ibu mertuanya dan di sana juga ada Sarah.

"Nenek!" kata itu langsung diucapkan Mahira ketika melihat orang yang dia kenal.

"Mahira kemari sayang!" Lara yang keluar dari tempat duduknya yang berjongkok dengan mengulurkan kedua tangannya menunggu Mahira berlari menghampirinya dan memeluknya.

"Mahira sudah makan?" tanya Lara.

"Sudah!" jawabnya dengan lancar yang membuat seorang Nenek pasti sangat senang sekali jika melihat perkembangan cucunya yang semakin pintar berbicara.

Tetapi wajah Sarah tampak sewot dengan ujung bibirnya yang naik. Dia terlihat tidak suka dalam situasi itu. Sementara Vanisa yang sudah menarik kursi dan duduk di samping Sarah.

"Pelayan tolong ambilkan kursi untuk cucu saya!" titah Lara pada pelayan yang sejak tadi berdiri di depan pintu. Pelayan itu menganggukkan kepala dan mengambilkan kursi yang khusus untuk anak seusia Mahira.

Vanisa juga langsung dihidangkan minuman dengan Vanisa yang mengaduk-ngaduk minuman itu menggunakan sedotan.

"Kamu tahu sendiri Vanisa sebentar lagi peresmian Perusahaan akan laksanakan. Arvin akan dinobatkan menjadi pengusaha termudah yang terpilih yang sudah bersaing dengan banyaknya para pengusaha yang hebat-hebat. Jadi saya meminta sama kamu untuk tidak melakukan kesalahan apapun yang akan menghambat semua ini. Kamu harus tahu dalam situasi yang panas seperti ini. Para pesaing berlomba-lomba mencari sedikit saja celah dari Arvin dan jika kamu ceroboh. Maka Arvin tidak akan mendapatkan posisinya!" ucap Lara yang langsung berbicara to the point yang mungkin itu tujuan dia menemui Vanisa.

Vanisa tidak menjawab yang hanya mengaduk-aduk minumannya.

"Bagaimana mungkin Vanisa akan melakukan kesalahan apapun. Apapun yang dia lakukan tidak akan ada yang peduli. Orang-orang juga tidak tahu bahwa dia adalah istri dari Arvin," sahut Sarah.

"Apa kamu ingin saya mengumumkan kepada semua orang. Jika Vanisa adalah istri Arvin yang sebenarnya?" tanya Lara yang sangat mengerti dengan sindiran dari besannya itu.

"Lalu sampai kapan Vanisa akan terus disembunyikan. Kenapa kalian tidak juga mempublikasikan Vanisa. Arvin dan Vanisa sudah menikah 3 tahun!" sahut Sarah dengan tegas yang hanya ingin kejelasan status dari putrinya.

"Jadi tolong kalian pikirkan bagaimana anak saya yang tidak dipublikasikan. Mau sampai kapan kalian melakukan ini?" tanyanya lagi yang paling menatap dengan Lara.

"Jangan tanya saya. Tetapi tanyalah pada menantumu," jawab Lara.

Kepala Vanisa terangkat dengan dahi mengkerut saat mendengar pernyataan Ibu mertuanya itu.

"Apa maksudnya. Apa anda ingin mengatakan bahwa selama ini yang tidak ingin mempublikasikan hubungan pernikahan ini adalah Arvin?" tanya Sarah memastikan.

"Lalu selama ini kau berpikiran. Jika aku yang menahan semua ini?" Lara kembali bertanya.

"Aku sangat tidak punya pekerjaan untuk melakukan hal-hal seperti itu. Kami keluarga yang terpandang memiliki kualitas dan bukan berurusan dengan hal kampungan!" tegas Monica.

"Apa maksud Anda kampungan. Keluarga kami juga adalah keluarga yang terpandang. Suami saya seorang pengusaha kaya raya. Jadi Anda bisa menjaga sikap berbicara kepada siapa," sahut Sarah yang merasa tersinggung.

"Suami Anda dan bukan Anda," jawaban menu hok itu yang diberikan Lara.

Bersambung......

Terpopuler

Comments

Teh Euis Tea

Teh Euis Tea

nah loh 2 besan saling berdebat saling bersaing

2025-03-07

0

meris dawati Sihombing

meris dawati Sihombing

bnysk banget typonya..nm bersalahan

2025-03-24

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 Tidak Nyaman.
2 Episode 2 Kontrak Pernikahan.
3 Episode 3 Di Jalankan Selama 3 Tahun.
4 Episode 4 Tekanan.
5 Episode 5 Debat
6 Episode 6 Insiden
7 Episode 7 Ancaman Besar.
8 Episode 8 Khawatir.
9 Episode 9 Rencana Perceraian.
10 Episode 10 Mengetahui.
11 Episode 11 Hal Yang Tidak Diinginkan.
12 Episode 12 Tekanan.
13 Episode 13 Tindakan.
14 Episode 14 Perhatian.
15 Episode 15 Dugaan
16 Episode 16 Hal Buruk.
17 Episode 17 Kok Dekat.
18 Episode 18 Semakin Dekat.
19 Episode 19 Ada Saja.
20 Episode 20 Ketegasan Arvin.
21 Episode 13 Tidak Menemukan.
22 Episode 22 Insiden
23 Episode 23 Tidur Bersama
24 Episode 24 Malah Dekat.
25 Episode 25 Dia Akan kembali.
26 Episode 26 Ternyata Hanya Luka Yang Di Tunggu.
27 Episode 27 Kata-kata Pedas.
28 Episode 28 Semakin Sesak.
29 Episode 29 Ternyata.
30 Episode 30 Ungkapan Yang Terpendam.
31 Episode 30 Tegas.
32 Episode 32. Hampir.
33 Episode 33 Keputusan Tidak Akan Di Ubah.
34 Episode 34 Siapa Itu?
35 Episode 35 Khawatir.
36 Episode 36 Dia Kembali.
37 Episode 37 Keputusan.
38 Episode 38 Vanisa dan Arvin
39 Episode 39 Kebimbangan
40 Episode 40 Kembali
41 Episode 41 Kenyataan
42 Episode 42 Terjebak
43 Episode 43 Nyaris
44 Episode 44 Menyatakan
45 Episode 45 Berusaha Dekat.
46 Episode 46 Bantahan.
47 Episode 47 Meyakinkan
48 Episode 48 Saling Memberitahu.
49 Episode 49 Rencana Jahat.
50 Episode 50 Jebakan
51 Episode 51 Ada Sesuatu
52 Episode 56 Kenyataan Pahit.
53 Episode 53 Perceraian.
54 Episode 54 Apa Yang Harus Di Lakukan.
55 Episode 55
56 Episode 56 Apa Harus Pergi.
57 Episode 57 Tidak Terduga.
58 Episode 58 Tegas
59 Episode 59 Bucin
60 Episode 60 Pembatalan Perceraian.
61 Episode 61 Hilang
62 Episode 62 Keputusan Di Luar Nalar.
63 Episode 63 Mencurigai Sesuatu.
64 Episode 64 Merasa Aneh.
65 Episode 65 Menanyakan Langsung.
66 Episode 66 Rencana
67 Episode 67 Bekerja Sama
68 Episode 68 Hampir Saja.
69 Episode 69 Masih Bisa Selamat.
70 Episode 70 Kenyataan
71 Episode 71 Gebrakan Menyenangkan.
72 Episode 72 Terbongkar.
73 Episode 72 Obrolan Mendalam
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Episode 1 Tidak Nyaman.
2
Episode 2 Kontrak Pernikahan.
3
Episode 3 Di Jalankan Selama 3 Tahun.
4
Episode 4 Tekanan.
5
Episode 5 Debat
6
Episode 6 Insiden
7
Episode 7 Ancaman Besar.
8
Episode 8 Khawatir.
9
Episode 9 Rencana Perceraian.
10
Episode 10 Mengetahui.
11
Episode 11 Hal Yang Tidak Diinginkan.
12
Episode 12 Tekanan.
13
Episode 13 Tindakan.
14
Episode 14 Perhatian.
15
Episode 15 Dugaan
16
Episode 16 Hal Buruk.
17
Episode 17 Kok Dekat.
18
Episode 18 Semakin Dekat.
19
Episode 19 Ada Saja.
20
Episode 20 Ketegasan Arvin.
21
Episode 13 Tidak Menemukan.
22
Episode 22 Insiden
23
Episode 23 Tidur Bersama
24
Episode 24 Malah Dekat.
25
Episode 25 Dia Akan kembali.
26
Episode 26 Ternyata Hanya Luka Yang Di Tunggu.
27
Episode 27 Kata-kata Pedas.
28
Episode 28 Semakin Sesak.
29
Episode 29 Ternyata.
30
Episode 30 Ungkapan Yang Terpendam.
31
Episode 30 Tegas.
32
Episode 32. Hampir.
33
Episode 33 Keputusan Tidak Akan Di Ubah.
34
Episode 34 Siapa Itu?
35
Episode 35 Khawatir.
36
Episode 36 Dia Kembali.
37
Episode 37 Keputusan.
38
Episode 38 Vanisa dan Arvin
39
Episode 39 Kebimbangan
40
Episode 40 Kembali
41
Episode 41 Kenyataan
42
Episode 42 Terjebak
43
Episode 43 Nyaris
44
Episode 44 Menyatakan
45
Episode 45 Berusaha Dekat.
46
Episode 46 Bantahan.
47
Episode 47 Meyakinkan
48
Episode 48 Saling Memberitahu.
49
Episode 49 Rencana Jahat.
50
Episode 50 Jebakan
51
Episode 51 Ada Sesuatu
52
Episode 56 Kenyataan Pahit.
53
Episode 53 Perceraian.
54
Episode 54 Apa Yang Harus Di Lakukan.
55
Episode 55
56
Episode 56 Apa Harus Pergi.
57
Episode 57 Tidak Terduga.
58
Episode 58 Tegas
59
Episode 59 Bucin
60
Episode 60 Pembatalan Perceraian.
61
Episode 61 Hilang
62
Episode 62 Keputusan Di Luar Nalar.
63
Episode 63 Mencurigai Sesuatu.
64
Episode 64 Merasa Aneh.
65
Episode 65 Menanyakan Langsung.
66
Episode 66 Rencana
67
Episode 67 Bekerja Sama
68
Episode 68 Hampir Saja.
69
Episode 69 Masih Bisa Selamat.
70
Episode 70 Kenyataan
71
Episode 71 Gebrakan Menyenangkan.
72
Episode 72 Terbongkar.
73
Episode 72 Obrolan Mendalam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!