Episode 9 Rencana Perceraian.

Vanisa yang memang sangat menyukai anak kecil, sudah hampir 2 tahun dia menjadi guru di salah satu TK. Dia bahkan mengambil psikolog anak. Vanisa sangat nyaman melakukan pekerjaan itu dan walau tidak banyak yang menyukai pekerjaannya.

Bertemu dengan anak-anak membuatnya begitu semangat dan melupakan semua masalah yang terjadi di dalam hidupnya. Vanisa hanya menghabiskan waktunya dengan anak-anak dan setelah semua pekerjaannya selesai maka dia akan pulang.

Dia dan Arvin bukanlah pasangan suami istri pada umumnya yang sering bertemu dan sering berkomunikasi. Walau tinggal satu rumah tetapi pasangan suami istri itu pisah kamar, seperti orang asing yang hanya berbicara seperlunya dan bahkan paling panjang hanya satu paragraf saja.

Vanisa tersenyum lebar saat melihat anak-anak tersebut mengerumuni dirinya yang merebut agar Vanisa melihat hasil gambaran mereka. Hal-hal seperti itu yang sangat disenangi Vanisa dan tidak tahu bagaimana kalau benar-benar dia tidak diizinkan bekerja lagi.

Vanisa mungkin bisa menjadi stress, bagaimana tidak hal yang membuatnya bertahan saat ini hanya bisa melakukan hobinya dan berusaha melupakan bagaimana pernikahan. Tetapi tetap saja itu justru menjadi masalah bagi Lara Ibu mertuanya.

"Pelan-pelan sayang. Mis akan lihat satu-satu," ucapnya yang sedikit kesulitan menghadapi anak-anak itu.

"Mis, punya saya dulu di lihat," sahut yang satunya.

"Tidak, Mis, saya dulu,"

"Iya-iya. Mis lihat satu persatu punya kalian. Sudah ya, jangan merebut lagi," ucap Vanisa yang akhirnya membuat murid-muridnya menganggukkan kepala.

Setelah Vanisa selesai melakukan kegiatannya hari ini Vanisa yang langsung pulang. Karena mobilnya yang rusak membuat Vanisa harus menaiki Taxi untuk pulang kerumah.

Di tengah-tengah perjalanan Vanisa yang melihat keluar jendela. Gadis cantik itu mengerutkan dahinya.

"Arvin!" ucapnya yang melihat suaminya berbicara dengan seorang wanita di pinggir mobil.

Pembicaraan itu terlihat manis. Wanita itu yang terlihat asik sendiri yang tertawa-tawa sembari memukul manja lengan Arvin.

"Perselingkuhan!" ucapnya tiba-tiba.

"Pak berhenti!" titah Vanisa yang membuat supir taksi kaget yang akhirnya pak sopir harus mendadak dan untung saja Vanisa tidak menjungkal kedepan.

"Maaf, Pak!" ucap Vanisa yang merasa bersalah.

"Nona pelan-pelan kalau mau berhenti," protes supir Taxi itu.

"Maaf, Pak! Soalnya saya terburu-buru. Saya turun di sini saja!" Vanisa yang terlihat tergesa-gesa langsung mengeluarkan uang dari dompetnya dan memberikan kepada sopir taksi itu asal-asalan. Vanisa yang tidak membuang-buang waktu langsung keluar dari taxi. Supir itu hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Vanisa.

Vanisa yang masih melihat Arvin dengan wanita yang sama sekali tidak dia ketahui. Vanisa mencari tempat untuk bersembunyi di balik pohon yang ternyata membuat jarak mereka Vanisa semakin dekat dan semakin jelas melihat Arvin.

"Ini bisa aku jadikan alasan untuk perpisahan kami," ucapnya yang tiba-tiba saja memiliki ide.

Vanisa yang tidak membuang-buang waktu langsung mengambil ponselnya dan mengambil foto Arvin dan wanita itu secara diam-diam.

Foto-foto itu cukup mesra dan ditambah lagi ketika wanita itu sepertinya ingin berjalan dan tiba-tiba saja heels-nya yang tergelincir membuat Arvin dengan sigap menahan pinggang wanita itu dan sangat dekat foto yang begitu mesra diambil Vanisa.

Vanisa terus saja memotret sampai Arvin membuka pintu mobil untuk wanita itu. Arvin yang sepertinya menyadari jika ada yang mengikutinya melihat ke arah Vanisa dan Vanisa dengan cepat langsung bersembunyi.

"Untung saja aku tidak ketahuan," batinnya dengan memegang dadanya yang jantungnya berdebar begitu kencang.

Vanisa kembali mengintip dan ternyata mobil Arvin sudah berjalan.

"Syukurlah aku tidak ketahuan," ucapnya menghela nafas.

Vanisa memeriksa foto-foto yang dia ambil, "siapa wanita itu? mereka berdua tampak dekat?" Wajahnya terlihat begitu sangat penasaran.

"Sudahlah itu sama sekali tidak penting. Ini bisa aku gunakan sebagai bukti adanya perselingkuhan di dalam rumah tangga kami dan pihak pengadilan akan menerima gugatan perceraian ku. Arvin tidak akan bisa menolak. Karena sekarang dia juga sedang dalam masa pemilihan," batin Vanisa dengan membuang nafas perlahan ke depan.

***

Di rumahnya Vanisa yang berada di dalam kamar yang tampak tengkurap dengan bantal berada di bawah dadanya. Vanisa benar-benar sibuk di atas tempat tidur tersebut dengan beberapa lembar foto yang sudah dia cetak. Vanisa yang mulai menyiapkan berkas-berkas perceraiannya.

"Besok aku akan ke pengadilan dan akan mengajukan gugatan cerai padanya. Mungkin apa yang aku lakukan justru meringankan bebannya. Karena dia sama sekali tidak pernah ingin mengungkapkan siapa aku kepada publik. Dia masih mengharapkan pengantin yang sebenarnya dan terus menyembunyikan ku," ucap Vanisa yang sudah yakin dengan tindakan yang akan diambil.

"Jadi untuk apa aku tetap berada di lingkungan ini. Aku tidak ingin terus-terusan mendapatkan tekanan dari sana dan sini," ucapnya dengan menghela nafas.

Mata Vanisa melihat ke arah pintu, dia mendengar suara pintu rumahnya yang sepertinya tanda-tanda Arvin sudah pulang.

Vanisa yang buru-buru menyusun semua berkas-berkas tersebut yang sangat takut jika tiba-tiba saja Arvin datang dan padahal selama pernikahan tidak pernah sekalipun Arvin memasuki kamarnya.

Tetapi tetap saja Vanisa tidak ingin jika rencananya ketahuan dan lebih baik mencari aman saja. Vanisa menghela nafas yang sudah memasukkan semua berkas-berkas tersebut ke dalam laci.

Tok-tok-tok-tok.

Vanisa dengan cepat langsung terkejut mendengar suara pintu yang diketuk yang pasti untuk pertama kali.

"Kamu sudah tidur?" suara Arvin yang terdengar begitu berat.

"Tumben dia bertanya?" tanya Vanisa dengan dahi mengkerut.

"Keluarlah sebentar aku ingin bicara!" sahut Arvin. Vanisa masih saja sibuk dengan lamunannya.

Dia kembali dikejutkan dengan pintu kamar yang terbuka. Vanisa mendadak begitu takut yang mendorong pelan laci yang masih terbuka dan tampak menutupi laci itu dengan tubuhnya. Arvin menautkan kedua alisnya melihat istrinya tersebut yang sejak tadi tidak merespon ucapannya yang padahal masih bangun.

"Kau tidak mendengarkanku?" tanya Arvin.

"Ada apa?" tanya Vanisa sedikit gugup.

"Keluarlah!" titah Arvin dengan kepalanya mengarahkan keluar.

Vanisa membuang nafas perlahan ke depan lalu berjalan yang melewati Arvin yang sejak tadi kepala Vanisa menunduk ke bawah. Arvin yang melihat ke dalam kamar yang mungkin saja ada perasaan yang tidak enak, tetapi tanpa dia peduli yang langsung menutup pintu kamar kembali dan menyusul Vanisa.

Vanisa yang duduk di sofa dan kemudian disusul Arvin yang duduk di depannya.

"Besok pagi kamu ikut denganku ke puncak," ucap Arvin. Vanisa menatap Arvin serius.

"Jangan salah paham," sahut Arvin.

"Kakek akan berulang tahun dan akan dirayakan di puncak bersama dengan keluarga dan juga keluarga kamu akan datang. Jadi besok pagi-pagi sekali bersiaplah dan jangan membuatku menunggu," ucap Arvin mengingatkan.

"Kenapa harus besok pagi. Bukankah aku harus menyerahkan data-data perceraian itu ke pengadilan. aku tidak mungkin menggunakan pengacara untuk mengurus semua ini yang ada aku bisa ketahuan," batin Vanisa.

"Ada apa?" tanya Arvin.

"Tidak ada apa-apa?" jawab Vanisa dengan menggelengkan kepala.

"Aku hanya ingin menyampaikan itu saja. Istirahatlah," ucap Arvin.

Vanisa yang tidak merespon dan Arvin berdiri dari tempat duduknya yang terlihat memasuki area dapur.

"Aku harus menunda sampai pulang dari puncak. Mungkin saja aku akan mendapatkan bukti yang lebih banyak lagi untuk memperkuat proses perceraian ini," batin Vanisa dengan menghela nafas.

Bersambung.......

Terpopuler

Comments

Teh Euis Tea

Teh Euis Tea

vanesa sebaiknya jgn berhenti bekerja lanjutkan aj, ga usah dengar ibu mertuamu km akan bosen tanpa kegiatan

2025-03-09

2

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 Tidak Nyaman.
2 Episode 2 Kontrak Pernikahan.
3 Episode 3 Di Jalankan Selama 3 Tahun.
4 Episode 4 Tekanan.
5 Episode 5 Debat
6 Episode 6 Insiden
7 Episode 7 Ancaman Besar.
8 Episode 8 Khawatir.
9 Episode 9 Rencana Perceraian.
10 Episode 10 Mengetahui.
11 Episode 11 Hal Yang Tidak Diinginkan.
12 Episode 12 Tekanan.
13 Episode 13 Tindakan.
14 Episode 14 Perhatian.
15 Episode 15 Dugaan
16 Episode 16 Hal Buruk.
17 Episode 17 Kok Dekat.
18 Episode 18 Semakin Dekat.
19 Episode 19 Ada Saja.
20 Episode 20 Ketegasan Arvin.
21 Episode 13 Tidak Menemukan.
22 Episode 22 Insiden
23 Episode 23 Tidur Bersama
24 Episode 24 Malah Dekat.
25 Episode 25 Dia Akan kembali.
26 Episode 26 Ternyata Hanya Luka Yang Di Tunggu.
27 Episode 27 Kata-kata Pedas.
28 Episode 28 Semakin Sesak.
29 Episode 29 Ternyata.
30 Episode 30 Ungkapan Yang Terpendam.
31 Episode 30 Tegas.
32 Episode 32. Hampir.
33 Episode 33 Keputusan Tidak Akan Di Ubah.
34 Episode 34 Siapa Itu?
35 Episode 35 Khawatir.
36 Episode 36 Dia Kembali.
37 Episode 37 Keputusan.
38 Episode 38 Vanisa dan Arvin
39 Episode 39 Kebimbangan
40 Episode 40 Kembali
41 Episode 41 Kenyataan
42 Episode 42 Terjebak
43 Episode 43 Nyaris
44 Episode 44 Menyatakan
45 Episode 45 Berusaha Dekat.
46 Episode 46 Bantahan.
47 Episode 47 Meyakinkan
48 Episode 48 Saling Memberitahu.
49 Episode 49 Rencana Jahat.
50 Episode 50 Jebakan
51 Episode 51 Ada Sesuatu
52 Episode 56 Kenyataan Pahit.
53 Episode 53 Perceraian.
54 Episode 54 Apa Yang Harus Di Lakukan.
55 Episode 55
56 Episode 56 Apa Harus Pergi.
57 Episode 57 Tidak Terduga.
58 Episode 58 Tegas
59 Episode 59 Bucin
60 Episode 60 Pembatalan Perceraian.
61 Episode 61 Hilang
62 Episode 62 Keputusan Di Luar Nalar.
63 Episode 63 Mencurigai Sesuatu.
64 Episode 64 Merasa Aneh.
65 Episode 65 Menanyakan Langsung.
66 Episode 66 Rencana
67 Episode 67 Bekerja Sama
68 Episode 68 Hampir Saja.
69 Episode 69 Masih Bisa Selamat.
70 Episode 70 Kenyataan
71 Episode 71 Gebrakan Menyenangkan.
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Episode 1 Tidak Nyaman.
2
Episode 2 Kontrak Pernikahan.
3
Episode 3 Di Jalankan Selama 3 Tahun.
4
Episode 4 Tekanan.
5
Episode 5 Debat
6
Episode 6 Insiden
7
Episode 7 Ancaman Besar.
8
Episode 8 Khawatir.
9
Episode 9 Rencana Perceraian.
10
Episode 10 Mengetahui.
11
Episode 11 Hal Yang Tidak Diinginkan.
12
Episode 12 Tekanan.
13
Episode 13 Tindakan.
14
Episode 14 Perhatian.
15
Episode 15 Dugaan
16
Episode 16 Hal Buruk.
17
Episode 17 Kok Dekat.
18
Episode 18 Semakin Dekat.
19
Episode 19 Ada Saja.
20
Episode 20 Ketegasan Arvin.
21
Episode 13 Tidak Menemukan.
22
Episode 22 Insiden
23
Episode 23 Tidur Bersama
24
Episode 24 Malah Dekat.
25
Episode 25 Dia Akan kembali.
26
Episode 26 Ternyata Hanya Luka Yang Di Tunggu.
27
Episode 27 Kata-kata Pedas.
28
Episode 28 Semakin Sesak.
29
Episode 29 Ternyata.
30
Episode 30 Ungkapan Yang Terpendam.
31
Episode 30 Tegas.
32
Episode 32. Hampir.
33
Episode 33 Keputusan Tidak Akan Di Ubah.
34
Episode 34 Siapa Itu?
35
Episode 35 Khawatir.
36
Episode 36 Dia Kembali.
37
Episode 37 Keputusan.
38
Episode 38 Vanisa dan Arvin
39
Episode 39 Kebimbangan
40
Episode 40 Kembali
41
Episode 41 Kenyataan
42
Episode 42 Terjebak
43
Episode 43 Nyaris
44
Episode 44 Menyatakan
45
Episode 45 Berusaha Dekat.
46
Episode 46 Bantahan.
47
Episode 47 Meyakinkan
48
Episode 48 Saling Memberitahu.
49
Episode 49 Rencana Jahat.
50
Episode 50 Jebakan
51
Episode 51 Ada Sesuatu
52
Episode 56 Kenyataan Pahit.
53
Episode 53 Perceraian.
54
Episode 54 Apa Yang Harus Di Lakukan.
55
Episode 55
56
Episode 56 Apa Harus Pergi.
57
Episode 57 Tidak Terduga.
58
Episode 58 Tegas
59
Episode 59 Bucin
60
Episode 60 Pembatalan Perceraian.
61
Episode 61 Hilang
62
Episode 62 Keputusan Di Luar Nalar.
63
Episode 63 Mencurigai Sesuatu.
64
Episode 64 Merasa Aneh.
65
Episode 65 Menanyakan Langsung.
66
Episode 66 Rencana
67
Episode 67 Bekerja Sama
68
Episode 68 Hampir Saja.
69
Episode 69 Masih Bisa Selamat.
70
Episode 70 Kenyataan
71
Episode 71 Gebrakan Menyenangkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!