Episode 16 Hal Buruk.

"Ya Allah apa lagi ini? kenapa Mama menimbulkan spekulasi seperti ini. Bagaimana aku harus menghadapi semua ini," batin Vanisa.

"Sudah-sudah. Ini adalah hari ulang tahun Kakek dan apa yang kita bahas tidak seharusnya di bahas lagi. Jika Vanisa sekarang mengandung. Itu merupakan kabar yang baik dan nanti Vanisa bisa memeriksakan kandungannya," sahut Daniel.

"Mari kita lanjutkan makan malam ini," sahut Kakek.

"Vanisa ini kamu makan sup kacang hijau. Ini bagus untuk kandungan kamu," ucap Sarah yang sejak tadi terlihat begitu semangat.

Sementara Lara menghela nafas sejak tadi yang benar-benar sangat muak dengan Sarah yang sangat berlebihan terlalu semangat.

"Ayo kamu dan calon anak kamu harus sehat!" Sarah mendesak Vanisa.

"Tidak. Mah!" Vanisa jelas menolak kacang-kacangan karena baru saja dia mengalami Alergi dan itu sama saja membuat alerginya semakin parah.

"Ini bagus untuk kandungan kamu! Jadi makanlah! Kamu jangan membantah mama dan mama dulu pertama kali hamil dan sudah berpengalaman. Anak kamu juga akan cantik atau tampan jika menurut apa yang mama katakan!" tegas Sarah yang baru saja mendesak Vanisa.

Arvin yang kelihatan ingin mencegah. Tetapi tampak dia tidak bisa bertindak apa-apa. Sementara Sarah sebagai seorang ibu seolah tidak tahu apa yang dialami putrinya.

Karena situasi yang dia hadapi terlihat begitu sulit yang tidak mempunyai pilihan apa-apa yang pada akhirnya membuat Vanisa menyendokkan sup kacang hijau itu.

"Setelah pulang dari puncak. Kita akan langsung ke Dokter," ucap Sarah dengan semangat.

Vanisa hanya menunduk. Mitha yang tiba-tiba melihat ke arah Vanisa dan cukup dikagetkan dengan tangan Vanisa mendadak memerah

"Vanisa kamu baik-baik saja?" tanya Mitha.

"Aku ke toilet sebentar," ucap Vanisa yang langsung berdiri dari tempat duduknya dengan tangannya mulai gatal tampak menggaruk-garuk.

"Kamu itu kebiasaan apa-apa langsung pergi meninggalkan meja makan. Sudah datang paling lama dan sekarang malah mau pergi lagi!" tegur Lara.

Pandangan mata Vanisa yang tiba-tiba saja tidak stabil dan akhirnya membuat Vanisa jatuh pingsan yang mengejutkan semua orang.

"Vanisa!" pekik Sarah.

Arvin yang kaget langsung berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Vanisa begitu juga dengan semua orang yang ingin melihat keadaan Vanisa dan saat Arvin merebahkan kepala istrinya di atas pahanya. Terlihat Arvin yang menyibakkan rambut yang menutupi wajah itu yang tampak wajah istrinya memerah yang mengejutkan semua orang.

"Vanisa!" semua orang benar-benar terkejut.

"Ya. Ampun Vanisa kenapa?" Sarah juga terlihat panik.

"Kita sebaiknya bawa ke rumah sakit," sahut Daniel.

"Iya pah," sahut Sarah.

Arvin yang langsung membawa Vanisa dengan menggendong ala bridal style yang melarikan kerumah sakit.

Lara menghela nafas dengan Ronald yang berdiri di sampingnya, mereka ternyata tidak ikut dan hanya melihat saja bagaimana keluarga Vanisa tampak panik dan Arvin juga ada di sana.

"Lihatlah acara ulang tahun ini berantakan karena anak itu. Aku tidak menyangka jika keluarga kita akan sial dengan mereka yang menyerahkan putri kedua mereka pada Arvin hanya untuk menutup skandal dan ternyata membuat kacau di keluarga kita," ucap Lara.

"Kamu sebaiknya diam dan jangan berkomentar," tegur Dharma.

"Aku akan ke rumah sakit bersama dengan Mohan untuk melihat keadaan Vanisa," sahut Mitha.

Mohan setuju dengan menganggukkan kepala.

"Kalian tidak perlu ke rumah sakit dan sebaiknya jaga Mahira. Jangan membuat Villa ini menjadi sepi, bagaimanapun ini adalah acara perayaan ulang tahun Kakek!" tegas Lara.

Mohan Lara saling melihat dan sepertinya mereka tidak bisa berbuat apapun. Padahal terlihat dari wajah Mitha yang ingin sekali mengetahui bagaimana kondisi dari iparnya itu.

***

1 Minggu kemudian.

Pintu terbuka silahkan masuk.

Suara bel Apartemen otomatis yang terdengar di kediaman Vanisa dan Arvin.

Vanisa yang berada di kursi roda yang di dorong oleh Suster. Dengan wajah Vanisa yang terlihat murung yang memakai sweater coklat dengan selimut yang menutupi pahanya.

"Di sana kamarnya? Bawalah dia?" titah Arvin dengan suara berat yang membuat Suster menganggukkan kepala.

"Baik tuan!" ucap wanita itu yang langsung mendorong kursi roda Vanisa.

Setelah sampai kamar. Suster yang membantu Vanisa turun dari kursi roda dan di bantu berbaring di atas ranjang.

"Nona membutuhkan sesuatu?" tanya Suster.

Tidak ada jawaban dari Vanisa yang mana Vanisa langsung berbaring miring dengan kedua tangannya yang menyatu berada di bawa pipinya.

Suster itu menarik selimut yang menyelimuti Vanisa sampai bahunya, "kalau begitu saya permisi dulu!" ucap Suster itu.

"Jika membutuhkan sesuatu bisa memanggil saya," ucap Suster itu lagi. Tetapi saja Vanisa tidak merespon dan Suster yang langsung keluar dari kamar.

Flashback.

"Nona Vanisa mengalami Afasia," ucap pria berjubah putih yang berbicara di depan pintu ruang perawatan bersama dengan Arvin.

"Maksudnya Dokter?" tanya Arvin.

"Ini yang dinamakan dengan gejala stroke ringan. Saraf tubuh tidak dapat berfungsi, pita suara bermasalah yang akhirnya mengakibatkan kelumpuhan fisik," jawab Dokter. Arvin benar-benar sangat terkejut mendengarnya.

"Vanisa bisu?" tanya Arvin memastikan yang pasti cukup kaget.

"Adanya masalah pada pita suaranya dan juga pada saraf pendengarannya yang membuat pasien mengalami permasalahan untuk berbicara dan mendengar. Jadi ada kebisuan dan ketulian," jawab Dokter.

"Apah!" Arvin yang cukup kaget mendengarnya.

"Kenapa bisa terjadi?" tanya Arvin.

"Awal mula hal yang spele, Alergi yang berkelanjutan, muntah-muntah dan beban pikiran dengan tekanan dari banyak sisi yang membuat saraf pasien tidak mudah menerimanya dan akhirnya terjadi perusakan saraf dan semua ini juga diakibatkan adanya paksaan dan terguncangnya batin, rasa lelah yang menyebabkan frustasi," jelas Dokter singkat.

"Astaga!" Arvin tampak tidak percaya sampai mengusap wajahnya menggunakan kedua tangan.

"Lalu apa ini bisa sembuh?" tanya Arvin.

"Jika melakukan pengobatan yang rutin dan rajin terapi. Maka akan bisa sembuh. Stroke ringan masih banyak kemungkinan untuk kembali normal. Asalkan mengikuti prosedur pengobatan yang benar," jawab Dokter.

Flashback of.

Air mata Vanisa jatuh ketika mengingat semua perkataan Dokter saat di rumah sakit. Bahkan dia tidak bisa merespon saat mendengar semua tentang dirinya. Karena dia tidak bisa bersuara sama sekali. Vanisa bener-bener tidak menyangka jika hidupnya akan berakhir seperti itu.

Vanisa hanya bisa menangis tanpa suara yang meratapi nasibnya. Semua tekanan yang di alaminya yang akhirnya membuatnya lumpuh. Tubuh tidak berfungsi dan berbicara juga tidak bisa bahkan tidak bisa mendengar yang memang saat ini hanya memakai alat pendengar.

Luar biasa tekanan selama ini yang dia dapatkan dan akhirnya membuat dirinya seolah tidak berdaya dan sekarang berimbas pada tubuhnya dan padahal usianya masih begitu sangat muda.

Ternyata Arvin yang berdiri di depan pintu kamar yang melihat punggung sang istri yang bergerak-gerak yang seperti menahan tangis. Arvin menghela nafas yang tidak bisa melakukan apa-apa. Dia tahu situasi yang dihadapi istrinya saat ini begitu sulit.

Dia sendiri juga shock dan keluarga Arvin juga kaget dan begitu juga dengan keluarga Vanisa. Mereka hanya kaget saja tanpa tahu kenapa semua itu bisa terjadi. Memang itulah yang di hadapi Vanisa. Orang-orang yang selalu menginginkan dia untuk lebih dan akhirnya menyiksa dirinya sendiri dan sekarang dia yang dirugikan.

Terlalu banyak tuntutan yang dia dapatkan. Apa yang bisa dia lakukan saat ini.

Bersambung......

Terpopuler

Comments

Teh Euis Tea

Teh Euis Tea

puas sekarng bu sarah bu lala, ini kan yg kaluan inginkan skrng vanisa udah ga berdaya karna terlalu byk tekanan sana sini

2025-03-13

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 Tidak Nyaman.
2 Episode 2 Kontrak Pernikahan.
3 Episode 3 Di Jalankan Selama 3 Tahun.
4 Episode 4 Tekanan.
5 Episode 5 Debat
6 Episode 6 Insiden
7 Episode 7 Ancaman Besar.
8 Episode 8 Khawatir.
9 Episode 9 Rencana Perceraian.
10 Episode 10 Mengetahui.
11 Episode 11 Hal Yang Tidak Diinginkan.
12 Episode 12 Tekanan.
13 Episode 13 Tindakan.
14 Episode 14 Perhatian.
15 Episode 15 Dugaan
16 Episode 16 Hal Buruk.
17 Episode 17 Kok Dekat.
18 Episode 18 Semakin Dekat.
19 Episode 19 Ada Saja.
20 Episode 20 Ketegasan Arvin.
21 Episode 13 Tidak Menemukan.
22 Episode 22 Insiden
23 Episode 23 Tidur Bersama
24 Episode 24 Malah Dekat.
25 Episode 25 Dia Akan kembali.
26 Episode 26 Ternyata Hanya Luka Yang Di Tunggu.
27 Episode 27 Kata-kata Pedas.
28 Episode 28 Semakin Sesak.
29 Episode 29 Ternyata.
30 Episode 30 Ungkapan Yang Terpendam.
31 Episode 30 Tegas.
32 Episode 32. Hampir.
33 Episode 33 Keputusan Tidak Akan Di Ubah.
34 Episode 34 Siapa Itu?
35 Episode 35 Khawatir.
36 Episode 36 Dia Kembali.
37 Episode 37 Keputusan.
38 Episode 38 Vanisa dan Arvin
39 Episode 39 Kebimbangan
40 Episode 40 Kembali
41 Episode 41 Kenyataan
42 Episode 42 Terjebak
43 Episode 43 Nyaris
44 Episode 44 Menyatakan
45 Episode 45 Berusaha Dekat.
46 Episode 46 Bantahan.
47 Episode 47 Meyakinkan
48 Episode 48 Saling Memberitahu.
49 Episode 49 Rencana Jahat.
50 Episode 50 Jebakan
51 Episode 51 Ada Sesuatu
52 Episode 56 Kenyataan Pahit.
53 Episode 53 Perceraian.
54 Episode 54 Apa Yang Harus Di Lakukan.
55 Episode 55
56 Episode 56 Apa Harus Pergi.
57 Episode 57 Tidak Terduga.
58 Episode 58 Tegas
59 Episode 59 Bucin
60 Episode 60 Pembatalan Perceraian.
61 Episode 61 Hilang
62 Episode 62 Keputusan Di Luar Nalar.
63 Episode 63 Mencurigai Sesuatu.
64 Episode 64 Merasa Aneh.
65 Episode 65 Menanyakan Langsung.
66 Episode 66 Rencana
67 Episode 67 Bekerja Sama
68 Episode 68 Hampir Saja.
69 Episode 69 Masih Bisa Selamat.
70 Episode 70 Kenyataan
71 Episode 71 Gebrakan Menyenangkan.
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Episode 1 Tidak Nyaman.
2
Episode 2 Kontrak Pernikahan.
3
Episode 3 Di Jalankan Selama 3 Tahun.
4
Episode 4 Tekanan.
5
Episode 5 Debat
6
Episode 6 Insiden
7
Episode 7 Ancaman Besar.
8
Episode 8 Khawatir.
9
Episode 9 Rencana Perceraian.
10
Episode 10 Mengetahui.
11
Episode 11 Hal Yang Tidak Diinginkan.
12
Episode 12 Tekanan.
13
Episode 13 Tindakan.
14
Episode 14 Perhatian.
15
Episode 15 Dugaan
16
Episode 16 Hal Buruk.
17
Episode 17 Kok Dekat.
18
Episode 18 Semakin Dekat.
19
Episode 19 Ada Saja.
20
Episode 20 Ketegasan Arvin.
21
Episode 13 Tidak Menemukan.
22
Episode 22 Insiden
23
Episode 23 Tidur Bersama
24
Episode 24 Malah Dekat.
25
Episode 25 Dia Akan kembali.
26
Episode 26 Ternyata Hanya Luka Yang Di Tunggu.
27
Episode 27 Kata-kata Pedas.
28
Episode 28 Semakin Sesak.
29
Episode 29 Ternyata.
30
Episode 30 Ungkapan Yang Terpendam.
31
Episode 30 Tegas.
32
Episode 32. Hampir.
33
Episode 33 Keputusan Tidak Akan Di Ubah.
34
Episode 34 Siapa Itu?
35
Episode 35 Khawatir.
36
Episode 36 Dia Kembali.
37
Episode 37 Keputusan.
38
Episode 38 Vanisa dan Arvin
39
Episode 39 Kebimbangan
40
Episode 40 Kembali
41
Episode 41 Kenyataan
42
Episode 42 Terjebak
43
Episode 43 Nyaris
44
Episode 44 Menyatakan
45
Episode 45 Berusaha Dekat.
46
Episode 46 Bantahan.
47
Episode 47 Meyakinkan
48
Episode 48 Saling Memberitahu.
49
Episode 49 Rencana Jahat.
50
Episode 50 Jebakan
51
Episode 51 Ada Sesuatu
52
Episode 56 Kenyataan Pahit.
53
Episode 53 Perceraian.
54
Episode 54 Apa Yang Harus Di Lakukan.
55
Episode 55
56
Episode 56 Apa Harus Pergi.
57
Episode 57 Tidak Terduga.
58
Episode 58 Tegas
59
Episode 59 Bucin
60
Episode 60 Pembatalan Perceraian.
61
Episode 61 Hilang
62
Episode 62 Keputusan Di Luar Nalar.
63
Episode 63 Mencurigai Sesuatu.
64
Episode 64 Merasa Aneh.
65
Episode 65 Menanyakan Langsung.
66
Episode 66 Rencana
67
Episode 67 Bekerja Sama
68
Episode 68 Hampir Saja.
69
Episode 69 Masih Bisa Selamat.
70
Episode 70 Kenyataan
71
Episode 71 Gebrakan Menyenangkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!