Senyum Arinsa mengembang ketika melihat kastel nya setelah beberapa waktu tidak melihatnya. Namun senyuman nya itu berbanding terbalik dengan kesatria dan penyihir dari Adentine yang ikut mengantarkan Arinsa kembali.
" Maaf kalau saya lancang Tuan Putri, apa benar Anda tinggal di sini?"
Pertanyaan itu mengandung rasa ketidakpercayaan dari mereka. Ya itu adalah reaksi yang wajar. Bagaimana nisa seorang putri raja tinggal ditempat yang jauh dari kata layak itu.
" Hahahha, ini tidak seburuk yang Sir dan Tuan pikirkan kok. Di dalamnya sungguh sangat layak untuk ditempati. Nyatanya aku tetap masih bisa hidup hingga sekarang. Meksipun sebenarnya Arinsa Asli sudah mati."
Kestaria dan penyihir itu dipersilakan masuk oleh Arinsa. Namun sebuah suara memekik membuat semuanya urung untuk masuk ke kastel.
" Hei gadis rendahan, apa yang telah kau lakukan di Kekaisaran Sein hah! Apa yang sudah kau lakukan kepada putraku sehingga dia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan! Jangan hanya karena Baginda memberimu sedikit perhatian, lalu kamu bisa bersikap congkak!"
Arinsa mengerutkan keningnya, ia sedikit terkejut dengan kedatangan Ratu Beatrix yang tiba-tiba itu. Namun Arinsa yang datang dari dunia lain sudah kebal dalam menghadapi tantrum nya atasan dan juga wali pasien, jadi melihat Beatrix yang seperti ini tentu dia tidak gentar barang secuil pun.
" Salam kepada Ratu Beatrix, ada apa gerangan Ratu yang agung datang ke tempat kumuh seperti ini?"
" Cuih! Jangan pura-pura bodoh kamu. Kamu yang mengacaukan semua yang Ariga lakukan bukan? Muali dari kemunculan mu di pesta ulang tahunnya, hingga keberadaan mu di kediaman Grand Duke Adentine, semua sungguh membuat Ariga tidak bisa melakukan apa yang semestinya."
Fufufugu
Arinsa tertawa kecil, di sana semua orang sedang menyaksikan apa yang Ratu Beatrix lakukan terhadap Arinsa. Termasuk dua orang yang berasal dari Adentine. Dan agaknya Ratu Beatrix belum juga menyadari keberadaan dua orang itu.
" Oh Baginda Ratu, bukankah saya ini adalah putri yang bodoh sehingga saya dibuang ke pinggiran kota? Lalu mengapa Anda berkata saya pura-pura bodoh? Agaknya Anda ini mungkin kurang pintar dari pada saya ya? Kalau di pikir-pikir siapa saya sampai-sampai membuat Baginda Ratu dan Pangeran Mahkota khawatir. Saya lho tidak melakukan apapun, putri bodoh ini bahkan tidak mampu membeli gaun karena tidak memiliki apapun, tidak bisa belajar tata krama karena tidak disediakan guru. Lalu, dimana letak saya mengacaukan Anda dan Pangeran?"
Degh!
Bak senjata makan tuan, Ratu Beatrix diam seribu bahasa. Memang benar dia sendiri yang melabeli Arinsa sebagai putri yang bodoh. Jadi mengapa dia harus merasa terancam dengan gadis ingusan ini?
" Jangan sok kamu, Arinsa. Semua aku perintahkan bahwa Putri Arinsa tidak diperbolehkan keluar dari kastel ini. Kemanapun tidak boleh!"
" Maaf Ratu Beatrix De Rouglas, saya adalah Kesatria Adentine dan ini penyihir dari Adentine. Kami di sini diminta Grand Duke untuk mengawal Sang Putri hingga tim ekspedisi Adentine menjemput. Tuan Putri dan Grand Duke telah membuat kerja sama yakni Tuan Putri akan ikut dalam ekspedisi pemantauan monster."
" Apa?"
Ratu Beatrix terkejut sekali. Wajahnya juga nampak syok. Sedangkan Arinsa tidak menyangka bahwa dua orang dari Adentine itu datang bukan hanya untuk mengantarnya, akan tetapi sekaligus mengawalnya.
Arinsa berusaha tetap tenang. Wajahnya mengisyaratkan seolah dia juga sudah tahu akan hal itu. " Padahal Grand Duke belum memberiku tahu kapan waktunya, aah terserah saja, yang penting ikuti alur saja." Begitulah ucapan Arinsa dalam hati.
" Apa-apaan ini. Ekspedisi apa? Jangan asal bicara. Dia mana bisa memutuskan sendiri."
Sriiiinggg
Tuan Penyihir mengambil bola kristal, disana muncul wajah Grand Duke Adentine. Agaknya hal ini sudah diprediksi oleh Theodore sehingga semua persiapan dibuat dengan sangat matang.
" Selamat sore menjelang malam Baginda Ratu Beatrix, saya Grand Duke Adentine. Apa yang diucapkan dua orang saya itu benar adanya. Dan saya juga sudah membuat surat kesepakatan dengan Baginda Raja. Ini suratnya, meskipun saya tidak menemui beliau secara langsung namun saya dan Baginda Raja Flamenco sudah sepakat atas kerjasama ekspedisi ini."
Sriiing
Setelah selesai bicara, bola kristal itu kemudian dimasukkan kembali. Wajah Beatrix nampak pucat, bukan karena sakit karena merasa sangat kesal.
" Sialan, kenapa Baginda tidak memberitahuku? Kembali ke Istana sekarang juga!"
" Baik Baginda."
Gruduk gruduk gruduk
Kereta luda milik Ratu Beatrix meninggalkan kastel. Setelah mereka tidak terlihat, Arinsa langsung menatap kesatria dan penyihir dari Adentine. Tatapan itu jelas tatapan tanya yang membutuhkan penjelasan.
" Kami tidak tahu rinciannya, tapi semua itu adalah perintah dari Paduka."
" Haaah, baiklah. Sekarang Anda berdua silakan masuk. Barina?"
" Aah maaf Yang Mulia, maafkan saya. Mari Tuan-tuan, saya tunjukkan kamara Anda. Maaf jika tempatnya tidak sesuai dan kurang nyaman."
Dalam satu waktu, Barina sungguh dibuat terkejut berkali-kali. Pulangnya Arinsa dengan kereta Adentine dan bahkan membawa orang Adentine, kedatangan Ratu Beatrix, dan keberanian Arinsa dalam melawan ratu. Semua hal itu sungguh membuat Barina seolah mati berkali-kali.
" Tuan Putri sungguh sudah berubah sepenuhnya," gumam Barina.
Di sisi lain, Ratu Beatrix degan kemarahannya langsung menuju ke ruang Raja. Semua orang langsung paham dan seketika itu juga mereka meninggalkan dua orang dengan kedudukan tertinggi di kerajaan ini.
" Kenapa Anda memberinya izin?"
" Siapa? Aah Putri Arinsa. Itu kan bagus, kita bisa menarik Grand Duke. Itu merupakan sebuah peluang, Ratu."
" Kenapa bukan Ariga, kenapa malah Arinsa. Itu sama saja membuat pamornya naik. Arinsa, gadis itu sangat licik apa Anda tahu?"
Raja Flamenco hanya menaikkan kedua bahunya. Dia enggan sebenarnya bicara banyak saat ini dengan istrinya. Sehingga pada akhirnya dia memilih diam.
Sebenarnya bagi Raja Flamenco, tidak peduli siapa yang mendapat perhatian, asalkan itu bisa mendatangkan manfaat mala ia akan dengan mudah menyetujuinya.
Termasuk Arinsa. Jika memang Arinsa lebih berpotensi untuk bisa masuk dan dekat dengan satu-satunya Grand Duke di Sein, kenapa harus meributkan Ariga. Seperti itulah isi kepala pria itu. Semua yang dilakukan harus berdasarkan manfaat yang akan ia terima.
" Sudahlah Ratu, aku begini karena memang itu kesempatan baik untuk kita membangun hubungan. Siapa tahu Arinsa bisa menarik hatinya Duke Muda."
" Tidak, tidak bisa. Ariga lah yang harus bisa menikahi Putri Adentine. Putri Glencia lah yang harus jadi istri Ariga. Dia adalah kandidat calon ratu yang mumpuni."
" Haah terserahlah, kau atur saja sendiri untuk itu. Tapi yang jelas, saat ini Arinsa yang membuka jalan."
Ratu Beatrix hanya diam, dia sangat marah namun tidak mampu meluapkan kemarahannya. Dan akhirnya dia memilih pergi.
" Sialan! Arinsa, gadis itu benar-benar benalu dan sampah."
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
marie_shitie💤💤
iyalah dia usaha sendiri tanpa campur tangan kau
lah klo si ariga mah anak mami mana mau glecia m model laki bgtu
2025-03-18
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
bagus Arinsa lawan jngn mau kalah apalagi sama Ariga yg msh di bawah ketek mama nya 😏😏
2025-03-18
0
GiZaNy
lahhh yang sampah itu Ariga... bisa2nya dia ngga bisa deket sama Glen dan kembarannya kan..
2025-03-18
0