Hahhaha
Suara tawa yang dikeluarkan oleh Theodore menarik perhatian banyak orang. Biasanya sang grand duke jarang sekali bisa menikmati pesta semacam ini. Tapi melihat dia yang tertawa demikian membuat semua orang penasaran perihal apa yang ditertawakan.
Hal tersebut berlaku juga dengan Ariga. Dia yang ingin bisa dekat dengan keluarga sang grand duke pun berjalan mendekat. Namun saat hanya tinggal beberapa langkah, kakinya terhenti. Ariga sangat terkejut melihat ada Arinsa di sana.
" Kenapa dia ada disana dan bagaimana bisa dia bisa datang kemari?"
Rupanya ketika Arinsa datang tadi, Ariga sedang tidak ada di aula pesta sehingga dia sangat terkejut saat melihat keberadaan adiknya itu. Wajah Ariga penuh dengan rasa kesal, terlebih saat ini Arinsa terlihat sangat akrab dengan keluarga dari wanita yang ingin ia dekati.
" Sialan, kenapa lagi-lagi dia ada di tempat yang aku hanya ingin aku saja di sana. Dia benar-benar murni pengganggu. Persis seperti yang dibilang Ibu. Dasar darah rendahan."
Ariga akhirnya urung untuk menghampiri keluarga Grand Duke Adentine. Dia sudah merasa malas lebih dulu karena ada Arinsa. Namun saat ia berbalik dan berjalan beberapa langkah, tubuh seseorang yang ada di tepat di depannya membuat dirinya mau tidak mau berhenti.
" Pangeran Ariga De Rouglas, saya lihat Anda tadi ingin menghampiri keluarga saya, kenapa tidak jadi. Mari saya ajak bertemu ayah dan ibu saya."
Glen tersenyum penuh arti, dia tentu saja sudah mengamati Ariga dari tadi. Dan wajah Ariga yang terkejut serta kesal ketika melihat adiknya itu bagai hiburan tersendiri bagi Glen. Ia tahu hubungan mereka tidak baik dan itu membuat Ariga sangat membenci Arinsa.
Padahal dari pandangan perspektif Glen, tidak ada yang harus dibenci dari Arinsa. Tidak ada yang ingin lahir dari seorang pelayan. Tidak ada yang ingin dipanggil darah rendahan. Semua itu murni kesalahan raja yang tidak bisa manahan nafsuu pribadinya.
" Ayah, Ibu, aku datang bersama Pangeran Mahkota Ariga. Aah ada Tuan Putri Arinsa juga di sini. Ini sungguh seperti reuni keluarga bukan. Tunggu, reuni apa bukan ya?"
Glen sungguh pandai sekali mempermainkan orang. Glencia hanya bisa mendengus mendengar ucapan kakaknya.
" Yang Mulia Duke Muda, terimakasih sudah membawa kakak saya. Dia sedikit malu jika bersama adiknya, mungkin karena ibu saya adalah pelayan jadi seolah saya tidak pantas untuk berada di sisi pangeran yang agung."
Kikikiki
Glen tertawa cekikikan mendengar ucapan Arinsa. Ia sungguh tidak menyangka bahwa gadis ini bisa bicara demikian. Sedangkan Ariga dia hanya diam sambil mengepalkan tangannya erat. Tanpa membalas ucapan Arinsa, Ariga pergi begitu saja.
" Waah Tuan Putri, Anda sungguh sangat luar biasa bisa membuat pangeran itu pergi tanpa perlawanan."
" Kak diam lah. Kau sungguh pengacau."
Glencia lalu membawa pergi Arinsa di susul oleh Rubia. Adiknya itu tahu betul bahwa Glen sengaja melakukan itu. Glen sengaja membuat Ariga kesal melalui Arinsa.
Glen sungguh tidak suka dengan Ariga, terlebih saat dia mendengar rumor bahwa Ariga mengincar Glencia. Meskipun dia dan adiknya itu sering sekali bertengkar, namun mereka saling menyayangi. Terbukti mereka mengkhawatirkan satu sama lain..
" Kau ini suka sekali membuat kembaranmu kesal, Glen."
" Alah Ayah, dia aja yang perasa dan pemarah."
Theodore hanya menggelengkan kepalanya. Meskipun sudah berusia dewasa, tapi sikap kedua anaknya jika dijadikan satu masih sepeti bocah.
Gruduk gruduk gruduk
Keluarga Grand Duke kembali ke kediaman, Arinsa juga ikut karena dia memang ingin membicarakan sesuatu dengan Theodore. Ini akan jadi tujuannya datang kemari dan dia harus berhasil.
" Apa Anda pergi secara sembunyi-sembunyi, Tuan Putri?"
" Benar Paduka Grand Duchess. Saya datang hanya bedua dengan kesatria saja. Kami berdua menyamar saat perjalanan kemari. Entah apakah saya ketahuan atau tidak, tapi sepertinya sekarang sudah ketahuan."
Ada nada sendu dalam ucapan Arinsa yang Rubia tahu betul itu. Jika rumor itu benar bahwa Arina hidup dipinggiran kota, pasti Arinsa merasakan kesulitan dan kesepian. Rasa seperti itu pernah ia rasakan meski berbeda kasusnya.
" Anda hebat sekali Tuan Putri."
" Terimakasih Paduka."
Rasanya senang sekali mendapat pujian atas apa yang dilakukan. Terdengar sederhana namun membuat hati terasa puas.
Sesampainya di kediaman, Theodore langsung membawa Arinsa ke ruang kerjanya. Ia tidak sabar apa yang gadis kecil itu ingin bicarakan. Jika melihat dari ekspresinya, tampaknya bukan sesuatu yang bagus.
" Jadi apa yang ingin Anda bicarakan pada ku Tuan Putri?"
" Paduka, tolong bantu saya menghancurkan Kerajaan Rou."
" Heee apa? Maaf, aku tidak salah dengar kan?"
Arinsa menggelengkan kepalanya. Inilah tujuannya, tujuan yang bagaimanapun caranya harus berhasil. Tujuan yang harus ia dapatkan untuk membalas kematian Tuan Putri Arinsa yang asli dan juga ibunya. Balas dendam itu harus terbalaskan.
Theodore yang mendengar tentu sangat terkejut. Bagaimana seroang putri yang baru saja dewasa dan ia menganggapnya masih kecil itu, bisa bicara demikian.
" Tunggu Tuan Putri, Anda tidak salah bicara kan. Anda ingin meminta bantuan saya untuk menghancurkan Rou? Menghancurkan tanah kelahiran Anda?"
" Benar Paduka, saya ingin membuat nama Rou hilang dari peta benua."
Jawaban yang tegas dan lugas itu sama sekali tidak mengandung keraguan. Sorot mata, gesture tubuh, dan juga nafas yang begitu tenang, menunjukkan bahwa semua itu sudah dipikirkan dengan matang.
" Aku tidak bisa menghancurkan negara orang begitu saja. Apa alasan Anda datang kemari meminta bantuan saya. Dan apa yang membuat Anda ingin menghancurkan Rou."
" Rou bukanlah rumah saya, tidak ada rumah yang membuat penghuninya sengsara. Mereka membunuh ibu saya dan hampir membuat saya mati, sebenarnya yang asli sudah mat. Dan saya datang kemari karena Anda merupakan keturunan naga. Rou bisa memiliki salju yang abadi karena kutukan Naga Es. Raja dan Ratu begitu bangga akan salju abadi itu, dan saya akan menghancurkan kebanggaan mereka."
Degh!
Theodore terkejut mendengar ucapan Arinsa. Padahal rumor yang beredar dia terkurung di kastel yang jauh dari istana dan kota. Tapi bagaimana bisa dia mengetahui banyak hal tentang terutama tentang dirinya dan keturunan Naga.
" Jika Anda tidak bisa membantu, paling tidak Duke Muda. Karena beliau juga keturunan Naga."
" Tunggu, dari mana Anda mendapat informasi itu."
" Dari petunjuk. Yakni Tuan Putri Arinsa yang sudah mati."
" Apa?"
Theodore tambah tidak mengerti ucapan Arinsa. Namun dia tiba-tiba teringat akan sang istri. Istrinya dulu pernah berkata bahwa dia mengulang kehidupan. Apakah Arinsa juga demikian?
" Tuan Putri sebentar."
Theodore keluar drai ruangan, meminta seseorang untuk memanggilkan istrinya, tak berselang lama Rubia datang. Theodore lalu berbisik tentang apa yang Arinsa katakan tadi.
" Anda mengalami regresi, Tuan Putri?"
" Tidak Grand Duchess, saya tidak regresi. Saya bukan Tuan Putri Arinsa yang mati lalu hidup kembali. Saya ... Saya adalah Arinsa yang datang dari dunia yang berbeda dari sini."
Doengggh
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Rizky Fadillah
Thor ah elah udah aku bilangin banyakin up nanggung ingat,tpi aku suka di ending chap nya ikon sekali ada suara deggggggg hahaha
2025-03-16
1
Osie
thor..aku beliin baca sehabis berbuka..ngarep banyakkan bab nya eh ternyata oh ternyata..dahlah
2025-03-16
0
marie_shitie💤💤
bener banget karena pikiran licik sang ratu yg takut kalah saing
2025-03-16
0