Bab 20. Menculik Marsha

Joey terkejut dengan sikap dingin yang tiba-tiba ditunjukkan Marsha.

"Kamu kenapa, Sya? Marah? Maaf ya, mungkin sikap aku ke kamu sering banget bikin jengkel," cetus Joseph dengan tatapan sendu.

Marsha menggeleng pelan. "Hanya takut ada Mas Gio. Dia akan marah nanti."

Mendengarnya, membuat mata Joseph mengedar ke sekitar jalanan. Ia berharap menemukan seseorang yang ia kenal. Sopir pribadi Giorgio, misalnya. Tetapi sayangnya nihil.

"Kupikir, kamu sudah memastikan tidak akan ada yang mengikuti," cela Joseph dengan brarti kecewa.

Marsha menghela napas panjang.

"Aku mengajak bertemu, karena ada hal serius yang ingin kubicarakan." Marsha berbicara dengan mata berkaca-kaca.

"Katakan, Sya."

"Anggap saja, semua yang pernah kuungkapkan dulu itu tidak pernah terjadi. Mari kita akhiri sebelum hubungan ini menghancurkan kita berdua," tandas Marsha.

Bulir bening lolos sudah dari pelupuk matanya, melewati pipi mulus seputih pualam.

Joseph sangat sedih dengan pengakuan itu. Tetapi ia pandai mencairkan suasana.

"Ummm, ya. Tentu. Aku berusaha, Sya. Tapi tolong kamu ingat ini, jika kamu butuh aku. Aku pastikan, akan selalu ada buat kamu. Jangan ragu, kapanpun waktunya ... aku siap!"

Marsha mengangguk setuju. Kemudian ia beranjak berdiri sambil meraih paper bag berwarna merah, hadiah yang diberikan Joseph untuknya.

"Aku akan antar, tidak perlu takut. Aku yang akan mempertanggung jawabkannya," cetus Joseph.

Sorot mata pemuda itu terlihat sangat menyedihkan. Sebelumnya, ia belum pernah sepatah ini.

"Sebaiknya tidak perlu, aku sudah memesan taksi, permisi!" pamit Marsha.

"Umm, Sya. Tunggu," cegah Joseph.

Seakan ia tak rela melihat Marsha pergi begitu cepat dari pandangannya. Membuat perempuan cantik itu tercekat, menahan langkahnya.

"Steven, sering menanyakan kamu

Bisakah kamu menemuinya sekali?" Joseph beranjak bangkit dari tempat duduknya, dan berjalan mendekati Marsha.

"Kita tinggal di atap yang sama, jadi aku akan mengusahakan," terang Marsha.

Kemudian ia melanjutkan langkahnya. Dan mulai mempercepat langkahnya setelah melihat sebuah mobil menunggunya di bahu jalan.

***

Siang ini cuaca sangat panas. Sebelum pulang ke rumah keluarga Abraham, Marsha menyempatkan diri untuk datang ke salah satu toko buku terbesar di kotanya.

Bukan tanpa alasan, ia ingin melihat seberapa pesat bukunya dipasarkan.

'Masih Best Seller,' batinnya, tersenyum senang.

Barulah kemudian ia memutuskan benar-benar pulang.

Setelah sekitar setengah jam berkendara, akhirnya ia sampai juga di rumah mertuanya. Rumah megah dan mewah, yang masih diisi oleh keluarga lengkap. Tuan Abraham dan istrinya, serta ketiga putra-putrinya.

Kakinya mulai melambat saat mulai mendekati ambang pintu. Tepat di depan pintu, sempat ada keraguan saat akan memutar knop.

Tetapi menyadari Joseph ada di lantai dasar sedang berbicara dengan suara keras, disengaja sepertinya, membuat gadis itu memutuskan langsung membuka pintu kamarnya.

CEKLEK!

Pintu terbuka perlahan, suaranya sempat berderit. Tetapi bukan itu yang mengejutkan Marsha. Tetapi keberadaan suaminya.

Giorgio sedang duduk menunggu dan kini menatapnya tajam sambil menyilangkan kaki.

"Mas Gio. Kapan pulang?" tanya Marsha dan buru-buru menutup pintu kamarnya.

"Aku sejak pagi di sini, Sya. Coba kamu cek ponsel kamu!" seru Giorgio.

Meski sedang kesal, pria itu tetap bersikap tenang. Dan benar katanya, ada puluhan panggilan telepon tam terjawab, dan beberapa pesan singkat yang telah dikirimkan untuknya.

Marsha memejamkan matanya sejenak, laku mendekati suaminya.

"Maaf, ya. Aku dari toko buku tadi," katanya.

"Yakin ke toko buku?" Giorgio mengernyitkan dahi menatap istrinya dari jarak dekat.

Jantung Marsha kembali berdebar hebat, setiap kali ia tahu Giorgio marah kepadanya.

Marsha hanya diam. Tak berani menjawab. Mungkin ia sudah tahu kalau Giorgio pasti memiliki banyak orang yang bisa ia suruh menjadi mata-mata kapanpun ia mau.

"Ganti baju, atau langsung pergi sekarang?" tanya Gio, suaranya terdengar berat dan memberi kesan menakutkan.

"Ke mana?" tanya Marsha, setelah menatap dua koper besar sudah dipersiapkan.

"Ikut saja, nanti kamu akan tahu sendiri."

Marsha masih lelah setelah nyaris seharian berada di luar. Tetapi ia harus pergi lagi walaupun belum sempat beristirahat.

Di bawah, mereka melewati beberapa asisten keluarga dan juga Joseph yang ternyata sedang makan sendirian.

"Ke mana, Ko?" tanyanya.

Sebenarnya selama ini, pertanyaan itu biasa. Tetapi setelah ada Marsha semua berubah. Ada rasa tak suka ketika Joseph selalu ingin tahu segala hal tentangnya. Giorgio menatap tajam.

"Aku rasa, terkadang beberapa hal kamu tidak perlu tahu!"

Ada rasa sesak di dada Joey. Ia belum pernah bertengkar selama ini dengan kaka keduanya. Biasanya mereka akrab membahas banyak hal. Penampilan, olahraga, dan juga bisnis mereka.

Giorgio yang memang memiliki postur tubuh dan wajah bak modelpun kerap memberikan bantuan promosi tanpa diminta.

Namun, kini kedekatan mereka berubah menjadi persaingan. Meskipun begitu, bagi Joseph, kakaknya itu tak lebih sekedar akting.

"Aku meragukanmu akan memiliki anak, Ko. Kasihan Marsha kalau hatinya cuma dipermainkan," bisik Joseph ketika berpapasan.

Semua itu benar-benar membuat, rahang Giorgio mengeras. Ia marah, kedua giginya terdengar beradu.

Kendatipun begitu, ia memilih tidak membalas apa yang dikatakan adiknya.

Giorgio langsung berteriak memanggil seseorang.

"Bi, tolong bantu bawa kedua kopernya. Masukkan ke bagasi mobilku!" perintah Giorgio.

Suaranya terdengar menggelegar memenuhi ruangan. Seolah menunjukkan kemarahan akibat ulah Joseph kepadanya.

Dua orang asisten perempuan langsung berlari dan segera membawa dua koper itu menuju mobil Giorgio berada.

Sesampainya di halaman, Joseph mengikuti mereka dan memperhatikan dari jauh. Seorang sopir pribadi yang biasa membawa mobil Giorgio segera berlari mendekat.

Namun, sikap Giorgio benar-benar mengejutkan semua orang.

"Aku akan mengemudi sendiri. Aku hanya akan pergi bersama istriku beberapa hari. Katakan saja pada Mama dan Papa, akh butuh waktu berdua. Maka jangan ganggu!" desisnya.

Sopirnya hanya mengangguk, meskipun sebenarnya ada rasa gelisah yang tergambar di wajah lelaki tua itu. Bagaimana tidak? Selama ini Giorgio belum pernah mengemudikan mobilnya sendirian.

Marsha tersentak, ketika Giorgio memintanya duduk di sebelah kursi kemudi. Ia kaku, bagai patung dengan tatapan ke depan. Tanpa ada secuil kalimatpun yang keluar dari bibir mungilnya.

Menit setelahnya, mobil sport yang dikendarai Giorgio melesat cepat. Membuat Joseph panik dan berteriak memanggil namanya.

"Ko Gio, hentikan Ko! Bahaya!"

Namun, Giorgio yang sedang emosi tidak mendengarkannya. Menyadari sedang diteriaki Marsha langsung panik.

"Mas—"

Kalimatnya terhenti, ia memilih menutup matanya, mengabaikan jantungnya yang terpacu cepat.

Tak lama berselang, ia menghentikan mobilnya di bahu jalan.

Tangannya bergerak cepat membuka telapak tangan Marsha yang sejak tadi menutupi wajahnya.

"Sya, lihat aku. Apakah kamu masih meragukan aku? Tatap aku, siapa aku bagimu! Apakah kamu menganggapku sama seperti cara pandang semua orang?"

Marsha menggeleng cepat, ia langsung memeluknya sambil sesenggukan.

"Jangan membuatku takut lagi, aku mau lakukan apapun. Tapi jangan begini," pintanya dengan suara serak khas orang menenangis.

"Aku sedang menculikmu, sekarang. Itu sebabnya aku tidak mengajak sopir atau siapapun. Apa kamu takut padaku, Sya?" tanyanya lagi.

Seolah ingin memastikan jika perempuan yang baru dinikahinya itu hanya memikirkan tentangnya.

Bersambung....

Episodes
1 Bab 1. Joseph Sebastian Abraham
2 Bab 2. Sang Presdir yang Tampan
3 Bab 3. Seorang Anak yang Merindukan Ibu
4 Bab 4. Bioskop
5 Bab 5. Makan Malam Bersama Presdir
6 Bab 6. Cincin di Jari Manis
7 Bab 7. Dilamar Presdir
8 Bab 8. Terkurung
9 Bab 9. Dia Satu-satunya
10 Bab 10. Sikap tak Biasa Giorgio
11 Bab 11. Halu, atau Tak Tahu Malu
12 Bab 12. Bukan Pernikahan Impian
13 Bab 13. Janji di Atas Luka
14 Bab 14. Malam Pertama
15 Bab 15. Insiden
16 Bab 16. Perubahan Giorgio
17 Bab 17. Undangan Dari Joseph
18 Bab 18. Api Cemburu
19 Bab 19. Kafe Biru
20 Bab 20. Menculik Marsha
21 Bab 21. Kamu Meragukanku, Sya?
22 Bab 22. Bermain Drama
23 Bab 23. Bikin Cemburu Bagian 1.
24 Bab 24. Bikin Cemburu Bagian 2.
25 Bab 25. Bikin Cemburu Bagian 3.
26 Bab 26. Ibu Steven
27 Bab 27. Ungkapan Hati Giorgio
28 Bab 28. Pengakuan Joseph
29 Bab 29. Berseteru
30 Bab 30. Penguntit
31 Bab 31. Pura-pura Sakit
32 Bab 32. Terjebak
33 Bab 33 Status Hak Asuh Steven
34 Bab 34. Kebucinan Giorgio
35 Bab 35. Perceraian
36 Bab 36. Tak Pernah Menyerah
37 Bab 37. Menarik Perhatian
38 Bab 38. Hukuman
39 Bab 39. Mantan yang Kejam
40 Bab 40. Obsesi Giorgio
41 Bab 41. Jangan Panggil Aku Gay
42 Bab 42: Noda Saat Pemotretan
43 Bab 43. Luka di Wajahmu
44 Bab 44. Kamera Tersembunyi
45 Bab 45. Kecewa
46 Bab 46. Berkunjung ke Rumah Ayah
47 Bab 47. Kemarahan Pak Tama
48 Bab 48. Rekatnya Kembali
49 Bab 49. Terjebak Di Tempat Mencekam
50 Bab 50. Kecelakaan
51 Bab 51. Buku Diary (Bagian 1)
52 Bab 52. Buku Diary Bagian 2
53 Bab 53. Kembalinya Giorgio
54 Bab 54. Membenci Joseph
55 Bab 55. Angel
56 Bab 56. Siapa Gio?
57 Bab 57. Pilih Aku atau Dia?
58 Bab 58. Menjadi Kejam
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Bab 1. Joseph Sebastian Abraham
2
Bab 2. Sang Presdir yang Tampan
3
Bab 3. Seorang Anak yang Merindukan Ibu
4
Bab 4. Bioskop
5
Bab 5. Makan Malam Bersama Presdir
6
Bab 6. Cincin di Jari Manis
7
Bab 7. Dilamar Presdir
8
Bab 8. Terkurung
9
Bab 9. Dia Satu-satunya
10
Bab 10. Sikap tak Biasa Giorgio
11
Bab 11. Halu, atau Tak Tahu Malu
12
Bab 12. Bukan Pernikahan Impian
13
Bab 13. Janji di Atas Luka
14
Bab 14. Malam Pertama
15
Bab 15. Insiden
16
Bab 16. Perubahan Giorgio
17
Bab 17. Undangan Dari Joseph
18
Bab 18. Api Cemburu
19
Bab 19. Kafe Biru
20
Bab 20. Menculik Marsha
21
Bab 21. Kamu Meragukanku, Sya?
22
Bab 22. Bermain Drama
23
Bab 23. Bikin Cemburu Bagian 1.
24
Bab 24. Bikin Cemburu Bagian 2.
25
Bab 25. Bikin Cemburu Bagian 3.
26
Bab 26. Ibu Steven
27
Bab 27. Ungkapan Hati Giorgio
28
Bab 28. Pengakuan Joseph
29
Bab 29. Berseteru
30
Bab 30. Penguntit
31
Bab 31. Pura-pura Sakit
32
Bab 32. Terjebak
33
Bab 33 Status Hak Asuh Steven
34
Bab 34. Kebucinan Giorgio
35
Bab 35. Perceraian
36
Bab 36. Tak Pernah Menyerah
37
Bab 37. Menarik Perhatian
38
Bab 38. Hukuman
39
Bab 39. Mantan yang Kejam
40
Bab 40. Obsesi Giorgio
41
Bab 41. Jangan Panggil Aku Gay
42
Bab 42: Noda Saat Pemotretan
43
Bab 43. Luka di Wajahmu
44
Bab 44. Kamera Tersembunyi
45
Bab 45. Kecewa
46
Bab 46. Berkunjung ke Rumah Ayah
47
Bab 47. Kemarahan Pak Tama
48
Bab 48. Rekatnya Kembali
49
Bab 49. Terjebak Di Tempat Mencekam
50
Bab 50. Kecelakaan
51
Bab 51. Buku Diary (Bagian 1)
52
Bab 52. Buku Diary Bagian 2
53
Bab 53. Kembalinya Giorgio
54
Bab 54. Membenci Joseph
55
Bab 55. Angel
56
Bab 56. Siapa Gio?
57
Bab 57. Pilih Aku atau Dia?
58
Bab 58. Menjadi Kejam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!