Bab 6. Cincin di Jari Manis

Marsha masih terperangkap dalam lamunannya, ketika beberapa macam makanan selesai dihidangkan.

Membuat Gio tak sabar melihatnya.

"Buka mulutmu!" perintahnya tiba-tiba.

Marsha tersentak. Ia langsung menatap bingung ke arah Giorgio.

"Aku bisa makan sendiri. Gak enak dilihat orang," sergah Marsha menahan tangan Gio yang sudah mengangkat sendok tepat di depan bibirnya.

Gio menghela napas, ia meletakkan sendoknya kembali di atas piring lalu memperhatikan beberapa orang bodyguard yang berdiri di belakangnya, dan juga dua orang pelayan restoran. Kemudian ia memberikan perintah.

"Bisa tinggalkan kami berdua? Kami butuh privasi," pintanya dengan sopan.

Dua orang pelayan bergegas pergi, tetapi bodyguard di belakang memilih tetap di sana.

"Tolong pergi, di sini aman," seloroh Gio, membuat pria berseragam hitam di belakangnya seketika meninggalkan tempat setelah mengangguk.

Tatapan mata pria tampan bak model berkelas itu kini tertuju pada Marsha. Membuat pipi gadis itu bersemu merah, lalu mengalihkan pandangannya.

"Buka mulut!" perintahnya, lagi.

Marsha menoleh terkejut.

"Aku bisa makan sendiri," tolaknya langsung menggapai sendok di tangan Gio.

Tetapi, sayangnya pria itu menahan pergerakan tangan Marsha.

"Habis, dari tadi aku sudah bilang kalau makanan yang aku pesan sudah datang, bukannya langsung makan malah melamun, buka mulut. Biar cepet selesai."

Akhirnya, gadis itu menurut juga. Sesekali ia mencuri pandang ke arah Giorgio.

'Sebenarnya, kalau dilihat-lihat ... wajahnya mirip juga sama pangeranku si Joseph itu. Tapi yang ini lebih tampan dan matang, tapi sayang, dia itu munafik. Perhatiannya seperti ini, masih mengaku pura-pura. Bilang suka aja kenapa? Sok jaim banget nih cowok,' batin Marsha sambil menatap tanpa kedip.

Gio terlihat tidak peduli. Ia justru fokus mengiris daging di piringnya.

"Nggak suka sayur, ya?" tanya Marsha membuatnya mengangkat wajahnya.

"Makan! Setelah selesai makan ... baru ngobrol. Habisin makanannya," ketus Gio, membuat bibir Marsha mengerucut.

Ia tak menjawab, tetapi langsung membuka mulutnya lebar-lebar lalu memasukkan makanan dengan suapan besar. Dan Gio langsung mual melihatnya.

"Huuueeeek!"

Marsha langsung menyodorkan segelas air putih yang baru saja ia tuangkan sendiri.

"Dih, sok perfect," ejek Marsha.

Gio tidak menjawab, ia malah langsung menyesap menyesap air di genggamannya hingga tandas.

Lalu pemuda tampan itu langsung mengelap bibirnya sendiri hingga bersih dan menghentikan makan malamnya.

Bibir merah muda yang sensual pasti membuat siapapun menatapnya langsung jatuh hati dibuatnya.

Kemudian, Marsha hendak menyelesaikan ritual makannya, tetapi tangan Gio langsung mengambil piring sekaligus isinya. Membuat mata Marsha seketika melebar menatapnya.

"Apa-apaan ini?" tanya Marsha, kesal.

"Aku suapi. Lihat caraku, jangan banyak-banyak. Orang bisa mual melihatmu. Mengerti? Kamu itu perempuan, tahu 'kan perempuan itu harus elegan," omelnya sembari membantu Marsha menyelesaikan makan malamnya.

Setelah sekitar setengah jam, akhirnya makan malam mereka selesai juga. Tak lama lama kemudian ia memanggil salah seorang perempuan yang nampaknya sudah dari tadi menunggu.

Gio melambaikan tangan. Membuat perempuan cantik yang memakai heels silver itu berjalan cepat tapi tetap terlihat elegan saat menuju ke arahnya.

Marsha mengamatinya, sembari mencebikkan bibirnya.

"Jadi kamu sudah punya pacar?" tuduh Marsha.

Giorgio tidak menjawab, ia hanya menghela napas panjang saja sambil menyunggingkan sedikit senyuman.

"Jangan asal tuduh. Cari tahu dulu, kalau sudah pasti, akurat, baru berargumen ... ya," tukas Gio sambil mengelus puncak kepala Marsha.

Gadis itu langsung menepis tangan Gio. Tetapi pria itu tak peduli.

Tepat di depan Marsha, perempuan tadi langsung meminta asistennya membuka beberapa kotak perhiasan yang sengaja ditata di atas meja berjajar.

Marsha benar-benar dibuat terkejut oleh perlakuan Giorgio.

"Pilihlah, cincin yang mana yang cocok untuk pertunangan kita besok? Tidak ada waktu lagi, mangkanya kulakukan di sini," terangnya.

Mata Marsha memperhatikan satu demi satu cincin, lalu memberanikan diri berucap.

"Aku tidak paham tentang perhiasan," akunya, polos.

Membuat Gio tersenyum setengah mengejek.

"Wah, kamu bercanda 'kan? Papa kamu itu pemilik beberapa gerai perhiasan. Mana mungkin kamu ...."

Giorgio menghentikan kalimatnya setelah mengamati penampilan gadis di depannya. Ya, Marsha memang tak suka mengenakan perhiasan.

Bisa dibilang, penampilannya tergolong biasa untuk ukuran putri pengusaha kaya.

"Baiklah, biar aku pilihkan," kata Gio kemudian.

Akhirnya, pilihannya jatuh pada sepasang cincin berbahan emas putih berhiaskan berlian.

Tak berhenti di sana, Gio memberikan satu cincin khusus dan langsung menyematkannya di jari manis Marsha.

"Cincin ini, adalah hadiahku karena kamu sudah bersedia untuk makan malam," katanya.

Marsha tersenyum tipis. Ada rasa berbeda yang ia rasakan. Debaran aneh itu muncul lagi. Mungkinkah itu hanya sekedar rasa takut?

***

Pagi ini Marsha bangun pagi sekali, ia berdandan cantik. Riasan yang jauh berbeda dari biasanya.

Di ambang pintu, seperti biasa. Ia menemukan Danu mengintipnya yang sedang mematut diri di depan cermin.

Tatapan mata nakal itu sangat membuat Marsha tak nyaman akan keberadaannya.

Menyadari itu ia langsung pergi meninggalkan kamar, tetapi ketika telah sampai tepat di depan Danu, langkahnya terhenti.

PLAAAK!

"Aku tidak suka diintip!" seru Marsha, lengkap dengan tatapan mata tajamnya.

Danu terkekeh.

"Kamu akan jatuh dalam pelukanku, Marsha. Gak akan lama lagi," ejek pria yang terlihat kumal itu.

Marsha langsung menatapnya jijik.

"Ngaca dulu, mandi. Mimpi kamu," balas Marsha yang terlalu berani mengejeknya.

Tak Mau membuang waktu, Marsha langsung berlari menunju halaman rumahnya.

Hari ini gadis berpapasan cantik itu memiliki janji untuk mengantarkan Steven ke sekolahnya. Ia sangat riang dan bersemangat ketika menemukan mobil Joseph sudah terparkir di sana.

Marsha terkejut, karena kali ini Joseph membawa sopir bersamanya. Tak biasanya pria itu mengajak seseorang untuk mengantarnya ke suatu tempat.

"Duduk di sebelahku ya," sapa Joseph yang sekaligus memberikan perintah kemudian.

Marsha menurut saja. Ketika di mobil, Steven duduk di tengah. Di antara dirinya dan Joseph.

Sepanjang perjalanan, Marsha asik mengobrol dengan bocah kecil di sampingnya. Bahkan pagi itu Marsha berubah menjadi seorang pendongeng dadakan.

"Cincinnya bagus banget, Sya," celetuk Joseph.

Tatapan mata tajam pria itu tidak sedetikpun pergi dari jari manis Marsha.

Marsha tersentak, ia refleks menyembunyikan jemarinya dibalik kain yang membalut tubuhnya.

Wajahnya berubah pias. Pria tampan itu memperhatikan ekspresinya.

"Ada apa? Kamu sudah punya seseorang ya? Kenapa gak cerita?" tanya Joseph mencecar.

"Pak Jo, ini hanya perjodohan antar keluarga," kilahnya cepat.

"Panggil Joey aja. Kalau benaran gakpapa kok, Sya. Aku hanya sedikit kecewa," ungkapnya.

Mendadak wajah Joseph berubah mendung.

"Aku bisa jelaskan," ujar Marsha setelahnya.

Waktu berlalu begitu cepat.

Setelah selesai mengantarkan Steven, Marsha langsung memeluk erat Joseph di dalam mobil. Ia menangis sejadi-jadinya.

Dan sikapnya itu membuat Joseph tercekat.

Gadis itu benar-benar merasa bersalah.

Bukan tanpa alasan, Marsha benar-benar tak menduga jika Joseph akan kecewa dan semarah itu padanya.

"Aku menyukaimu, Pak Joseph. Tidak peduli meskipun aku ini perempuan dan tabu untuk mengungkapkan rasa itu. Tapi aku ingin kamu tahu ini," pungkasnya sambil sesenggukan.

Joseph memejamkan matanya, bersamaan dengan itu, bulir bening mengalir membasahi pipinya. Mungkinkah hatinya sedang patah? Tapi yang jelas, ia tak pernah seperti ini. Mungkinkah Steven alasannya? Entah.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Samantha

Samantha

cemburu si bos muda

2025-03-03

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Joseph Sebastian Abraham
2 Bab 2. Sang Presdir yang Tampan
3 Bab 3. Seorang Anak yang Merindukan Ibu
4 Bab 4. Bioskop
5 Bab 5. Makan Malam Bersama Presdir
6 Bab 6. Cincin di Jari Manis
7 Bab 7. Dilamar Presdir
8 Bab 8. Terkurung
9 Bab 9. Dia Satu-satunya
10 Bab 10. Sikap tak Biasa Giorgio
11 Bab 11. Halu, atau Tak Tahu Malu
12 Bab 12. Bukan Pernikahan Impian
13 Bab 13. Janji di Atas Luka
14 Bab 14. Malam Pertama
15 Bab 15. Insiden
16 Bab 16. Perubahan Giorgio
17 Bab 17. Undangan Dari Joseph
18 Bab 18. Api Cemburu
19 Bab 19. Kafe Biru
20 Bab 20. Menculik Marsha
21 Bab 21. Kamu Meragukanku, Sya?
22 Bab 22. Bermain Drama
23 Bab 23. Bikin Cemburu Bagian 1.
24 Bab 24. Bikin Cemburu Bagian 2.
25 Bab 25. Bikin Cemburu Bagian 3.
26 Bab 26. Ibu Steven
27 Bab 27. Ungkapan Hati Giorgio
28 Bab 28. Pengakuan Joseph
29 Bab 29. Berseteru
30 Bab 30. Penguntit
31 Bab 31. Pura-pura Sakit
32 Bab 32. Terjebak
33 Bab 33 Status Hak Asuh Steven
34 Bab 34. Kebucinan Giorgio
35 Bab 35. Perceraian
36 Bab 36. Tak Pernah Menyerah
37 Bab 37. Menarik Perhatian
38 Bab 38. Hukuman
39 Bab 39. Mantan yang Kejam
40 Bab 40. Obsesi Giorgio
41 Bab 41. Jangan Panggil Aku Gay
42 Bab 42: Noda Saat Pemotretan
43 Bab 43. Luka di Wajahmu
44 Bab 44. Kamera Tersembunyi
45 Bab 45. Kecewa
46 Bab 46. Berkunjung ke Rumah Ayah
47 Bab 47. Kemarahan Pak Tama
48 Bab 48. Rekatnya Kembali
49 Bab 49. Terjebak Di Tempat Mencekam
50 Bab 50. Kecelakaan
51 Bab 51. Buku Diary (Bagian 1)
52 Bab 52. Buku Diary Bagian 2
53 Bab 53. Kembalinya Giorgio
54 Bab 54. Membenci Joseph
55 Bab 55. Angel
56 Bab 56. Siapa Gio?
57 Bab 57. Pilih Aku atau Dia?
58 Bab 58. Menjadi Kejam
59 Bab 59. Menghilangkan Seseorang
60 Bab 60. Hari Pertama Bersama Liam
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Bab 1. Joseph Sebastian Abraham
2
Bab 2. Sang Presdir yang Tampan
3
Bab 3. Seorang Anak yang Merindukan Ibu
4
Bab 4. Bioskop
5
Bab 5. Makan Malam Bersama Presdir
6
Bab 6. Cincin di Jari Manis
7
Bab 7. Dilamar Presdir
8
Bab 8. Terkurung
9
Bab 9. Dia Satu-satunya
10
Bab 10. Sikap tak Biasa Giorgio
11
Bab 11. Halu, atau Tak Tahu Malu
12
Bab 12. Bukan Pernikahan Impian
13
Bab 13. Janji di Atas Luka
14
Bab 14. Malam Pertama
15
Bab 15. Insiden
16
Bab 16. Perubahan Giorgio
17
Bab 17. Undangan Dari Joseph
18
Bab 18. Api Cemburu
19
Bab 19. Kafe Biru
20
Bab 20. Menculik Marsha
21
Bab 21. Kamu Meragukanku, Sya?
22
Bab 22. Bermain Drama
23
Bab 23. Bikin Cemburu Bagian 1.
24
Bab 24. Bikin Cemburu Bagian 2.
25
Bab 25. Bikin Cemburu Bagian 3.
26
Bab 26. Ibu Steven
27
Bab 27. Ungkapan Hati Giorgio
28
Bab 28. Pengakuan Joseph
29
Bab 29. Berseteru
30
Bab 30. Penguntit
31
Bab 31. Pura-pura Sakit
32
Bab 32. Terjebak
33
Bab 33 Status Hak Asuh Steven
34
Bab 34. Kebucinan Giorgio
35
Bab 35. Perceraian
36
Bab 36. Tak Pernah Menyerah
37
Bab 37. Menarik Perhatian
38
Bab 38. Hukuman
39
Bab 39. Mantan yang Kejam
40
Bab 40. Obsesi Giorgio
41
Bab 41. Jangan Panggil Aku Gay
42
Bab 42: Noda Saat Pemotretan
43
Bab 43. Luka di Wajahmu
44
Bab 44. Kamera Tersembunyi
45
Bab 45. Kecewa
46
Bab 46. Berkunjung ke Rumah Ayah
47
Bab 47. Kemarahan Pak Tama
48
Bab 48. Rekatnya Kembali
49
Bab 49. Terjebak Di Tempat Mencekam
50
Bab 50. Kecelakaan
51
Bab 51. Buku Diary (Bagian 1)
52
Bab 52. Buku Diary Bagian 2
53
Bab 53. Kembalinya Giorgio
54
Bab 54. Membenci Joseph
55
Bab 55. Angel
56
Bab 56. Siapa Gio?
57
Bab 57. Pilih Aku atau Dia?
58
Bab 58. Menjadi Kejam
59
Bab 59. Menghilangkan Seseorang
60
Bab 60. Hari Pertama Bersama Liam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!