Bab 15. Insiden

Cahaya mentari menerobos masuk melalui celah kaca jendela kamar suite, membuat gadis itu segera membuka matanya yang sempat terpejam.

Kelopak matanya tampak bergetar sebelum akhirnya terbuka sempurna, seolah berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya lembut yang menerangi ruangan.

Hal pertama yang ia sadari adalah, ranjangnya terasa luas dan kosong.

Ia langsung menoleh ke sisi kasur, lalu memeriksa selimut dan menelusuri tubuhnya. Memastikan jika ia masih berpakaian lengkap. Setelahnya ia menghela napas lega.

Setelah menyadari Giorgio tidak tidur di ranjang yang sama dengannya, Marsha langsung menoleh ke arah sofa, betapa terkejutnya ia ketika menemukan suaminya tidur dalam posisi duduk, dengan laptop di depannya yang masih menyala.

Perlahan, ia bergerak turun sambil membawa bantal dan selimut. Tak sengaja, ia mengamati lekuk wajah suaminya dari jarak dekat.

'Kamu sangat tampan, Mas. Sayangnya ini hanya pernikahan drama saja,' batin Marsha.

Detik setelahnya, ia dibuat terkejut karena Giorgio membuka matanya.

"Huuuuaaa, kamu ngapain melotot di depanku!" teriak Giorgio, kaget.

"Laptop masih menyala, aku baru tahu kalau ada pria tampan gila kerja. Pindah ke ranjang, ya Mas," kilah Marsha sambil menoleh dan menunjuk ke arah laptop.

Giorgio tidak langsung menjawab, tetapi ia langsung merapikan pekerjaannya, menyimpan file miliknya, lalu menekan tombol shutdown.

KLIK!

Layar menjadi gelap san mati.

"Kalau sudah bangun, aku gak bisa tidur lagi. Kita mandi saja, terus bergegas sarapan," ajak Giorgio.

Kening Marsha seketika berkerut. Ingatannya berputar pada malam sebelum ia tidur. Di mana adegan di kamar mandi yang sempat membuatnya ketakutan.

"Aku mandi lebih dulu," lirihnya, sambil bibirnya mengerucut ke depan.

Giorgio tertawa geli. "Memangnya siapa yang mau ngajak kamu mandi bareng? Semalam itu kecelakaan, Sya. Kecuali kamu mau, itu beda lagi. Aku gak mau maksa meski sebenarnya aku bisa."

"Oke, maaf. Berarti kita salah paham. Dan masalah selesai," cetus Marsha.

Kemudian, ia berjalan cepat menuju kamar mandi. Segera mengunci pintu sebelum akhirnya ia memulai ritual membersihkan diri.

Setelah sekitar lima belas menit berlalu, Marsha keluar dari kamar mandi. Tepat ketika kakinya berada di ambang pintu kamar mandi, ia melihat jam dinding menunjukkan pukul 06.00 wib pagi hari.

Ia berniat menghampiri Giorgio, ingin mengatakan jika kali ini adalah gilirannya mandi.

Namun, ia dikejutkan dengan Giorgio ternyata sudah dalam kondisi tertidur pulas.

Ada rasa tak tega di hati Marsha. Ia menatap lekat waja itu lagi. Wajah dengan sikap yang dirasa Marsha kerap berubah-ubah.

Terkadang tegas, terkadang suka menggoda, kadang serius. Ia bingung mencari tahu karakter seperti apa sebenarnya pria yang batu dinikahinya itu.

Giorgio menggeliat, merenggangkan otot-otot tubuhnya yang kaku karena posisi tidurnya sejak semalam yang kurang nyaman.

Entah apa yang ada di pikiran Marsha saat itu. Ia langsung mengangkat tengkuk Giorgio, memberi kepala pria itu sebuah bantal empuk. Lalu kemudian menyelimuti seluruh tubuhnya.

Marsha nyaris pergi, tetapi gerakan cepat Giorgio mengejutkannya.

Pria itu menarik tangan Marsha hingga gadis itu jatuh dalam posisi di atas tubuh kekar Giorgio.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Gio dengan sorot mata tajam.

Ia terus menekan tengkuk Marsha, hingga jarak kedua wajah mereka saling berdekatan satu sama lain.

"Aku hanya kasihan padamu, tidurmu semalam tidak nyaman," jawab Marsha jujur.

Setelah mendengar semua itu, tiba-tiba cengkeraman tangan Giorgio mengendur. Ia melepaskan gadis itu.

Menyadari lolos dari cengkeraman suaminya, Marsha segera beranjak berdiri dan berjalan menjauh.

Sementara itu, mata Giorgio menelusuri seluruh lekuk tubuh istrinya. Kemudian ia tertawa kecil.

"Apa yang sedang kau tertawakan, Mas? Aku tidak akan menggodamu," ketus Marsha memasang wajah kesalnya.

Giorgio langsung duduk, lalu ia menyilangkan kedua kakinya.

"Kamu bilang gak menggoda? Lalu kenapa mendekatiku, sementara kamu masih pakai handuk berbentuk kimono seperti itu?" Mata Giorgio menatap takjub ke arah Marsha.

Marsha tidak menjawab, ia langsung pergi dan berlari meninggalkan Giorgio yang masih diam dan duduk di sofa.

***

Marsha sedang sibuk merias wajahnya. Seperti biasa, riasan tipis tapi lumayan mampu menarik perhatian para pria karena kecantikannya yang alami.

Tak lama berselang, Giorgio datang sambil membenarkan kemejanya, membuat Marsha menoleh ke arahnya.

"Butuh bantuan?" Marsha menawarkan diri, setelah melihat Giorgio kesulitan merapikan pakaiannya.

"Boleh," sahutnya cepat.

Marsha bergerak cepat mendekatinya.

Dengan cekatan, gadis itu langsung memasangkan kancing kemeja yang dipakai Giorgio satu demi satu.

Dalam jarak yang sedekat itu, mustahil jika mereka tidak saling mencuri pandang. Membuat jantung keduanya kembali berdetak kencang.

"Biasanya bagaimana? Kenapa seperti tidak terbiasa merapikan sendiri," tuduh Marsha sekenanya.

Giorgio menganggukkan kepalanya. "Biasanya ada asisten pribadiku yang bantuin."

Mata Marsha langsung melotot mendengarnya.

"Perempuan?" tanyanya, cepat.

Giorgio tertawa kecil sambil menatap Marsha. Kemudian ia mengecup pipi Marsha perlahan, membuat pipi gadis itu bersemu merah karena malu.

"Kamu cantik kalau ketahuan cemburu," pungkas Giorgio.

Marsha menghela napas berat. "Siapa juga yang cemburu. Kita gak boleh ada perasaan, tidak ada cinta, tidak ada kontak fisik, oke!"

"Aku gak bisa jamin, Sya," sahut Giorgio kemudian merapikan rambutnya setelah itu menyemprotkan parfum oud rouge ke seluruh tubuhnya.

Aroma mawar seketika menguar kuat memenuhi ruangan.

"Kita sudah membuat kesepakatan kontrak, dan saling setuju," cerca Marsha sambil memasang ekspresi kesal.

"Aku sudah bilang, aku jatuh cinta sama kamu."

Mereka belum selesai berdebat, tetapi suara pintu diketuk membuat Marsha dan Gio terkejut. Keduanya langsung berjalan cepat membuka pintu.

"Ayo sarapan bareng," ajak Erika mengejutkan Keduanya.

"Cece? Kamu nginep di sini?" tanya Giorgio kaget.

"Iya dong, kita semua sekeluarga nginep di sini buat ngerayain pernikahan kamu. Kami seneng kamu laku," ejek Erika.

Giorgio yang kesal langsung meninggalkan kakak perempuannya yang masih berdiri mematung. Tak lama kemudian, Giorgio menarik lengan Marsha agar mengikutinya.

Keduanya berjalan cepat, melewati koridor dengan pintu berjajar. Melihat sikap tegas Gio terhadap kakak perempuannya, membuat Marsha diam. Ia ketakutan.

"Sya, sebentar lagi aku akan ada tamu. Mungil aku akan menyapa mereka dulu. Kamu gak keberatan 'kan?" tanya Gio yang tak sengaja berpamitan.

Perempuan cantik itu tersenyum. Lalu mengangguk setuju.

Sikapnya yang kerap menurut, membuat tangan Giorgio mengelus puncak kepalanya. Kemudian ia berhenti di keramaian, tepat di depan restoran ia mendaratkan ciuman.

Marsha terkejut menatapnya. Ia membeku untuk beberapa saat. Hingga ia tidak sadar kalau Giorgio sudah berjalan menjauhinya.

"Dia menciummu? Semoga bukan topeng," cetus Joseph yang tiba-tiba datang entah dari arah mana, "dia pasti tidak akan menyentuhmu."

"Bagaimana kamu tahu?" tanya Marsha polos.

Joseph menunjuk ke arah Giorgio yang kini sedang berbincang dengan beberapa pemuda. Mereka semua terlihat tampan. Di kerumunan itu ada sekitar empat pria berusia dewasa.

"Bagaimana jika aku bilang kakakku bukan pria normal?"

PLAAAK!

Semua mata menatap Marsha, karena ia telah mendaratkan tamparan keras di wajah Joseph. Ya. Gadis itu melakukannya di depan umum.

Sikapnya membuat Giorgio berlari mendekat.

Bersambung....

Episodes
1 Bab 1. Joseph Sebastian Abraham
2 Bab 2. Sang Presdir yang Tampan
3 Bab 3. Seorang Anak yang Merindukan Ibu
4 Bab 4. Bioskop
5 Bab 5. Makan Malam Bersama Presdir
6 Bab 6. Cincin di Jari Manis
7 Bab 7. Dilamar Presdir
8 Bab 8. Terkurung
9 Bab 9. Dia Satu-satunya
10 Bab 10. Sikap tak Biasa Giorgio
11 Bab 11. Halu, atau Tak Tahu Malu
12 Bab 12. Bukan Pernikahan Impian
13 Bab 13. Janji di Atas Luka
14 Bab 14. Malam Pertama
15 Bab 15. Insiden
16 Bab 16. Perubahan Giorgio
17 Bab 17. Undangan Dari Joseph
18 Bab 18. Api Cemburu
19 Bab 19. Kafe Biru
20 Bab 20. Menculik Marsha
21 Bab 21. Kamu Meragukanku, Sya?
22 Bab 22. Bermain Drama
23 Bab 23. Bikin Cemburu Bagian 1.
24 Bab 24. Bikin Cemburu Bagian 2.
25 Bab 25. Bikin Cemburu Bagian 3.
26 Bab 26. Ibu Steven
27 Bab 27. Ungkapan Hati Giorgio
28 Bab 28. Pengakuan Joseph
29 Bab 29. Berseteru
30 Bab 30. Penguntit
31 Bab 31. Pura-pura Sakit
32 Bab 32. Terjebak
33 Bab 33 Status Hak Asuh Steven
34 Bab 34. Kebucinan Giorgio
35 Bab 35. Perceraian
36 Bab 36. Tak Pernah Menyerah
37 Bab 37. Menarik Perhatian
38 Bab 38. Hukuman
39 Bab 39. Mantan yang Kejam
40 Bab 40. Obsesi Giorgio
41 Bab 41. Jangan Panggil Aku Gay
42 Bab 42: Noda Saat Pemotretan
43 Bab 43. Luka di Wajahmu
44 Bab 44. Kamera Tersembunyi
45 Bab 45. Kecewa
46 Bab 46. Berkunjung ke Rumah Ayah
47 Bab 47. Kemarahan Pak Tama
48 Bab 48. Rekatnya Kembali
49 Bab 49. Terjebak Di Tempat Mencekam
50 Bab 50. Kecelakaan
51 Bab 51. Buku Diary (Bagian 1)
52 Bab 52. Buku Diary Bagian 2
53 Bab 53. Kembalinya Giorgio
54 Bab 54. Membenci Joseph
55 Bab 55. Angel
56 Bab 56. Siapa Gio?
57 Bab 57. Pilih Aku atau Dia?
58 Bab 58. Menjadi Kejam
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Bab 1. Joseph Sebastian Abraham
2
Bab 2. Sang Presdir yang Tampan
3
Bab 3. Seorang Anak yang Merindukan Ibu
4
Bab 4. Bioskop
5
Bab 5. Makan Malam Bersama Presdir
6
Bab 6. Cincin di Jari Manis
7
Bab 7. Dilamar Presdir
8
Bab 8. Terkurung
9
Bab 9. Dia Satu-satunya
10
Bab 10. Sikap tak Biasa Giorgio
11
Bab 11. Halu, atau Tak Tahu Malu
12
Bab 12. Bukan Pernikahan Impian
13
Bab 13. Janji di Atas Luka
14
Bab 14. Malam Pertama
15
Bab 15. Insiden
16
Bab 16. Perubahan Giorgio
17
Bab 17. Undangan Dari Joseph
18
Bab 18. Api Cemburu
19
Bab 19. Kafe Biru
20
Bab 20. Menculik Marsha
21
Bab 21. Kamu Meragukanku, Sya?
22
Bab 22. Bermain Drama
23
Bab 23. Bikin Cemburu Bagian 1.
24
Bab 24. Bikin Cemburu Bagian 2.
25
Bab 25. Bikin Cemburu Bagian 3.
26
Bab 26. Ibu Steven
27
Bab 27. Ungkapan Hati Giorgio
28
Bab 28. Pengakuan Joseph
29
Bab 29. Berseteru
30
Bab 30. Penguntit
31
Bab 31. Pura-pura Sakit
32
Bab 32. Terjebak
33
Bab 33 Status Hak Asuh Steven
34
Bab 34. Kebucinan Giorgio
35
Bab 35. Perceraian
36
Bab 36. Tak Pernah Menyerah
37
Bab 37. Menarik Perhatian
38
Bab 38. Hukuman
39
Bab 39. Mantan yang Kejam
40
Bab 40. Obsesi Giorgio
41
Bab 41. Jangan Panggil Aku Gay
42
Bab 42: Noda Saat Pemotretan
43
Bab 43. Luka di Wajahmu
44
Bab 44. Kamera Tersembunyi
45
Bab 45. Kecewa
46
Bab 46. Berkunjung ke Rumah Ayah
47
Bab 47. Kemarahan Pak Tama
48
Bab 48. Rekatnya Kembali
49
Bab 49. Terjebak Di Tempat Mencekam
50
Bab 50. Kecelakaan
51
Bab 51. Buku Diary (Bagian 1)
52
Bab 52. Buku Diary Bagian 2
53
Bab 53. Kembalinya Giorgio
54
Bab 54. Membenci Joseph
55
Bab 55. Angel
56
Bab 56. Siapa Gio?
57
Bab 57. Pilih Aku atau Dia?
58
Bab 58. Menjadi Kejam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!