Bab 8. Terkurung

Marsha terbangun dengan perasaan tak nyaman. Kelopak matanya perlahan terbuka, seolah sedang menyesuaikan dengan cahaya redup di kamarnya.

Jantungnya berdetak lebih cepat saat ia menyadari suasana kamarnya menjadi gelap.

Sejak kecil, Marsha memang takut gelap. Bukan tanpa alasan, ia pernah memiliki pengalaman buruk tentang pendar gelap.

Mendadak dadanya terasa sesak. Ia melangkah perlahan menuju pintu, lalu memutar knopnya. Ternyata tidak bisa.

"Apakah ini sengaja dikunci?" tanyanya dengan suara lirih pada diri sendiri.

Marsha mulai panik, lalu mulai menggedor keras.

"Siapa di luar? Tolong buka," teriaknya panik.

Tak seorangpun datang.

Kemudian ia berusaha menggedor lebih keras lagi. Lagi dan lagi.

Namun, sayangnya tetap tak ada hasil.

Tetapi Marsha bukanlah orang yang mudah menyerah. Dengan tangan gemetar, ia berusaha mencari di mana ponselnya berada.

Jemari lentiknya kini mulai meraba ke atas nakas. Dan membuat Marsha akhirnya tersadar akan sesuatu. Ini bukan sebuah kebetulan.

Ingatannya kembali diputar, ketika Monica yang merupakan ibu tirinya menghukumnya dengan cara mengunci pintu semalaman.

Tetapi, bukankah ia bukan anak kecil lagi? Untuk apa ia melakukannya?

Pikiran buruk akhirnya mulai berlalu lalang di otaknya. Mulai dari Danu yang merencanakan hal buruk. Kemudian Monica menyakiti ayahnya yang kebetulan sedang sakit.

Marsha semakin panik. Dadanya semakin terasa sesak, seperti sedang ditimpa batu berukuran besar.

Napasnya memang masih terengah. Dan buku jemarinya tak berhenti meraba. Hingga akhirnya jari lentiknya terhenti pada benda pipih di dalam laci nakas miliknya.

Lalu kemudian, dengan tangan yang masih gemetar Marsha berusaha menghubungi Joseph, tetapi pria itu mengatakan sedang sibuk. Hari ini tak bisa diganggu.

Sempat ada rasa kecewa. Tetapi kemudian ia teringat dengan saat ia bertunangan bersama Giorgio. Lalu akhirnya ia menyadari jika Joseph kini mulai menjauh darinya.

Ada rasa sakit yang menikam hingga ke ulu hati.

Ia menangis sekeras mungkin. Tak tahu lagi harus meminta bantuan pada siapa.

Ia masih mencari nama seseorang di gawai miliknya. Harapan satu-satunya kini adalah Gio.

Pada pemuda itu sebenarnya Marsha selalu bersikap tak suka. Lalu bagaimana bisa ia meminta tolong padanya?

Masa bodoh. Akhirnya Marsha memberanikan diri juga.

Setelah sambungan telepon tersambung, ia menangis sejadi-jadinya.

"Halo, Pak Gio ... tolong aku, tolong bebaskan aku. Aku sedang di kurung," katanya dengan suara parau yang didominasi nada gemetar.

"Pak Gio, aku sangat takut, tolong cepet datang ya, aku takut banget sekarang, aku dikunci di rumah," ungkapnya mulai panik dan penuh emosi.

Ia terus meraung. Membuat ucapannya terdengar kurang jelas di telinga pendengarnya.

Hingga akhirnya, ia merasa pipinya kebas. Seperti sedang ditepuk berulang kali oleh seseorang.

Suara khas berat itu, semakin lama semakin keras dan terdengar jelas.

"Marsha, buka matamu. Marsha," panggilnya, sambil mengguncang-guncangkan tubuh kecil Marsha.

Perlahan, gadis itu mulai memberanikan diri untuk membuka matanya.

Ia terkejut, wajah Gio sudah terpampang di sana. Jarak keduanya sangat dekat. Kemudian, mata Marsha mengedar ke sekeliling, tetapi pandangannya terhalang oleh postur tinggi besar yang kini memeluknya.

"Kamu kenapa, Sya? Kamu berteriak menangis memanggil nama Joey. Tak lama berselang kamu meminta tolong padaku, ada apa?" tanya pria di depannya yang ternyata Giorgio.

Marsha masih bingung, membuat keningnya berkerut. Lalu ia berpikir sejenak sambil memperhatikan di mana ia berada.

"Kenapa Pak Gio bisa di kamarku?" tanya Marsha.

"Kamu pingsan, keluargaku sudah pulang. Aku masih di sini untuk memastikan kamu baik-baik saja," ungka Gio.

Marsha mulai mendorong tubuh pria itu, tetapi sayangnya ia kalah tenaga. Gio justru mengeratkan pelukannya.

"Ada papa kamu di depan pintu, kita harus berakting. Jangan membuatnya cemas," bisik Giorgio.

Tanpa sengaja, bibirnya menyentuh daun telinga Marsha. Membuat wajah gadis itu berubah bersemu merah.

Marsha sejenak membeku. Lalu beberapa menit setelahnya, ia mulai memutuskan untuk bangkit.

"Pulanglah," usirnya sambil melangkah menuju kamar mandi.

Ia menyadari sanggul masih melekat di kepalanya, begitu juga dengan kebaya yang ia pakai di acara pertunangan. Ternyata masih belum diganti.

Marsha benar-benar berantakan. Riasanya tak lagi seperti sebelumnya. Tatanan rambutnya pun sudah sedikit acak-acakan.

"Ini sudah sangat malam, Sya. Lagi pula besok kalian akan fitting baju pengantin. Jadi Gio akan menginap di sini," kata Pak Tama membuat Marsha terbelalak mendengarnya.

Rupanya pak Tama benar-benar ada di sana.

"Tapi kita belum menikah, Pa," tolaknya dengan nada tegas.

"Siapa bilang dia sekamar denganmu," ujar sang ayah.

"Aku tidur di kamar sebelah, kalau ada perlu. Ketuk saja pintunya, aku akan keluar," ketus Gio sambil tersenyum menggoda.

***

Mentari pagi menerobos melewati kaca jendela. Membuat Marsha segera bangkit. Ia langsung menggapai ponselnya. Ada banyak pesan di sana.

Mulai dari ucapan selamat para fans di media sosial, hingga pesan whatsapp dari Joseph lengkap dengan panggilan telepon tak terjawab puluhan kali. Marsha terkejut.

Ia membukanya satu persatu. Dan yang lebih terkejut, ternyata Gio sudah memposting momen pertunangan mereka di media sosial dan menandai akun miliknya.

Pantas saja beberapa foto dan video yang diunggah dilike banyak orang. Lagi, Gio selalu mengambil keputusan sepihak tanpa mau bertanya terlebih dahulu kepadanya.

Dan yang membuat Marsha khawatir, ternyata Joseph mengirimkan pesan jika hari ini ada lomba menyanyi di taman kanak-kanak tempat Steven sekolah, mirisnya bocah itu terlanjur bilang kepada temannya kalau mamanya akan datang.

Semua itu membuat Marsha benar-benar frustasi.

Ia bergerak cepat membersihkan diri. Setelah selesai berdandan, ia berlari keluar kamar.

Tetapi tubuhnya terpental, beruntung pemuda bertubuh kekar di hadapannya langsung menggapai dan memeluknya.

"Mau ke mana buru-buru, Sya," sergah Gio.

Keberadaannya yang di sembarang tempat benar-benar membuat mata Marsha menjadi melebar.

Belum sempat gadis itu menjawab, tetapi Gio sudah lebih dulu mengungkapkan rencananya dan Pak Tama.

"Kita harus fitting baju, ingat?" Giorgio memperhatikan bola mata Marsha yang bergerak-gerak seolah sedang bingung.

"Tapi Steven sedang ada lomba menyanyi di sekolahnya. Dan dia terlanjur bilang sama semua temennya kalau mamanya akan datang," sahut Marsha.

Bukan berkilah, tetapi inilah kenyataan yang sebenarnya. Jika ia ternyata benar-benar jatuh hati pada malaikat kecil itu.

"Kita hadir di sekolah itu sama-sama," jawab Gio.

"Tapi ...."

Marsha belum sempat menyelesaikan kalimatnya, tetapi Gio berusaha menahannya.

"Tidak perlu mencemaskan Joey. Aku bisa atasi. Ayo!" seru Gio, kemudian ia menggapai paksa dan menggenggam erat tangan tunangannya dan melenggang pergi.

Ada degup tak biasa yang disadari Marsha, setiap kali dirinya bersentuhan dengan Gio.

Pria itu bersikap lebih tegas, lebih ditakuti oleh dua saudara dan saudarinya. Mungkinkah karena jabatannya yang seorang Presdir? Entah.

Tepat ketika mereka sampai di halaman rumah megah pak Tama. Marsha kembali terkejut saat melihat Joey sudah berdiri bersandar di mobilnya. Menunggu.

"Joey, mau ke sekolah Steven? Kita pergi bertiga. Jangan lupa publik sudah tahu kalau Marsha ini calon istriku. Jangan sampai merusak reputasi keluarga dengan ego," tangkasnya, terdengar tegas dan lugas.

Lalu, Marsha melihat Joey yang kecewa mengangguk dengan kepala tertunduk. Pria itu pun tak berani menatap gadis itu.

Sebenarnya, sejak di kamar, Marsha sudah menyusun sederet pertanyaan. Mengapa Joseph mengaku istrinya meninggal, padahal mereka sebenarnya bercerai?

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Anne Clair

Anne Clair

seru ya

2025-03-03

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Joseph Sebastian Abraham
2 Bab 2. Sang Presdir yang Tampan
3 Bab 3. Seorang Anak yang Merindukan Ibu
4 Bab 4. Bioskop
5 Bab 5. Makan Malam Bersama Presdir
6 Bab 6. Cincin di Jari Manis
7 Bab 7. Dilamar Presdir
8 Bab 8. Terkurung
9 Bab 9. Dia Satu-satunya
10 Bab 10. Sikap tak Biasa Giorgio
11 Bab 11. Halu, atau Tak Tahu Malu
12 Bab 12. Bukan Pernikahan Impian
13 Bab 13. Janji di Atas Luka
14 Bab 14. Malam Pertama
15 Bab 15. Insiden
16 Bab 16. Perubahan Giorgio
17 Bab 17. Undangan Dari Joseph
18 Bab 18. Api Cemburu
19 Bab 19. Kafe Biru
20 Bab 20. Menculik Marsha
21 Bab 21. Kamu Meragukanku, Sya?
22 Bab 22. Bermain Drama
23 Bab 23. Bikin Cemburu Bagian 1.
24 Bab 24. Bikin Cemburu Bagian 2.
25 Bab 25. Bikin Cemburu Bagian 3.
26 Bab 26. Ibu Steven
27 Bab 27. Ungkapan Hati Giorgio
28 Bab 28. Pengakuan Joseph
29 Bab 29. Berseteru
30 Bab 30. Penguntit
31 Bab 31. Pura-pura Sakit
32 Bab 32. Terjebak
33 Bab 33 Status Hak Asuh Steven
34 Bab 34. Kebucinan Giorgio
35 Bab 35. Perceraian
36 Bab 36. Tak Pernah Menyerah
37 Bab 37. Menarik Perhatian
38 Bab 38. Hukuman
39 Bab 39. Mantan yang Kejam
40 Bab 40. Obsesi Giorgio
41 Bab 41. Jangan Panggil Aku Gay
42 Bab 42: Noda Saat Pemotretan
43 Bab 43. Luka di Wajahmu
44 Bab 44. Kamera Tersembunyi
45 Bab 45. Kecewa
46 Bab 46. Berkunjung ke Rumah Ayah
47 Bab 47. Kemarahan Pak Tama
48 Bab 48. Rekatnya Kembali
49 Bab 49. Terjebak Di Tempat Mencekam
50 Bab 50. Kecelakaan
51 Bab 51. Buku Diary (Bagian 1)
52 Bab 52. Buku Diary Bagian 2
53 Bab 53. Kembalinya Giorgio
54 Bab 54. Membenci Joseph
55 Bab 55. Angel
56 Bab 56. Siapa Gio?
57 Bab 57. Pilih Aku atau Dia?
58 Bab 58. Menjadi Kejam
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Bab 1. Joseph Sebastian Abraham
2
Bab 2. Sang Presdir yang Tampan
3
Bab 3. Seorang Anak yang Merindukan Ibu
4
Bab 4. Bioskop
5
Bab 5. Makan Malam Bersama Presdir
6
Bab 6. Cincin di Jari Manis
7
Bab 7. Dilamar Presdir
8
Bab 8. Terkurung
9
Bab 9. Dia Satu-satunya
10
Bab 10. Sikap tak Biasa Giorgio
11
Bab 11. Halu, atau Tak Tahu Malu
12
Bab 12. Bukan Pernikahan Impian
13
Bab 13. Janji di Atas Luka
14
Bab 14. Malam Pertama
15
Bab 15. Insiden
16
Bab 16. Perubahan Giorgio
17
Bab 17. Undangan Dari Joseph
18
Bab 18. Api Cemburu
19
Bab 19. Kafe Biru
20
Bab 20. Menculik Marsha
21
Bab 21. Kamu Meragukanku, Sya?
22
Bab 22. Bermain Drama
23
Bab 23. Bikin Cemburu Bagian 1.
24
Bab 24. Bikin Cemburu Bagian 2.
25
Bab 25. Bikin Cemburu Bagian 3.
26
Bab 26. Ibu Steven
27
Bab 27. Ungkapan Hati Giorgio
28
Bab 28. Pengakuan Joseph
29
Bab 29. Berseteru
30
Bab 30. Penguntit
31
Bab 31. Pura-pura Sakit
32
Bab 32. Terjebak
33
Bab 33 Status Hak Asuh Steven
34
Bab 34. Kebucinan Giorgio
35
Bab 35. Perceraian
36
Bab 36. Tak Pernah Menyerah
37
Bab 37. Menarik Perhatian
38
Bab 38. Hukuman
39
Bab 39. Mantan yang Kejam
40
Bab 40. Obsesi Giorgio
41
Bab 41. Jangan Panggil Aku Gay
42
Bab 42: Noda Saat Pemotretan
43
Bab 43. Luka di Wajahmu
44
Bab 44. Kamera Tersembunyi
45
Bab 45. Kecewa
46
Bab 46. Berkunjung ke Rumah Ayah
47
Bab 47. Kemarahan Pak Tama
48
Bab 48. Rekatnya Kembali
49
Bab 49. Terjebak Di Tempat Mencekam
50
Bab 50. Kecelakaan
51
Bab 51. Buku Diary (Bagian 1)
52
Bab 52. Buku Diary Bagian 2
53
Bab 53. Kembalinya Giorgio
54
Bab 54. Membenci Joseph
55
Bab 55. Angel
56
Bab 56. Siapa Gio?
57
Bab 57. Pilih Aku atau Dia?
58
Bab 58. Menjadi Kejam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!