Bab 13. Janji di Atas Luka

—Hari Pernikahan Marsha—

Marsha tercenung, seperti manekin ia mematung di depan cermin. Gaun berwarna gading dari bahan satin, tampak indah mencetak lekuk tubuhnya. Bordirannya tampak berkilau setiap kali gadis itu bergerak.

Rambutnya yang disanggul anggun, menambah kesan elegan dan memancarkan kecantikannya. Wajahnya yang dipoles dengan riasan lembut membuatnya tampak sempurna.

Semua orang pasti setuju, jika hari ini Marsha adalah pengantin tercantik.

Tetapi mengapa hatinya seperti terasa kosong?

Marsha menarik napas dalam. Mencoba mengusir kegundahan hatinya yang hilang sejak semalam.

Pikirannya masih dipenuhi tentang bayangan Joseph. Mata sedihnya, suara kepiluannya, dan ciuman yang dibarengi pelukan hangat perpisahan mereka. Membuat Marsha langsung menutup matanya sejenak.

Ia benar-benar ingin mengubur semua kenangan itu sekarang. Tetapi, semakin ia berusaha rasanya luka itu semakin dalam dan perih.

"Sudah siap?"

Suara Giorgio membuyarkan lamunannya. Marsha membuka mata dan melihat pria tampan itu sudah berdiri memperhatikannya di ambang pintu.

Marsha hanya mengangguk. Lagi pula, tak ada pilihan lain.

***

Upacara berlangsung tanpa cela. Dengan ribuan mata menyaksikan. Akhirnya, Giorgio dan Marsha mengucapkan janji pernikahan mereka.

Kemudian, Giorgio menyelipkan cincin di jari manis Marsha dengan senyum penuh kemenangan. Sementara Marsha, melakukannya dengan tangan sedikit gemetar.

Saat pendeta mengesahkan pernikahan mereka, tepuk tangan meriah terdengar menggema memenuhi ruangan.

Mereka resmi menjadi suami istri sekarang.

Semua orang bahagia, tetapi entah mengapa Marsha justru merasa hatinya sedang sedih saat ini. Netranya membiak keramaian, seolah ingin mencari keberadaan seseorang di antara kerumunan.

Tatapannya terhenti, ia melihat Joseph di barisan belakang. Ia melihat pria itu berdiri dengan wajah tanpa ekspresi. Hatinya ... mati.

Marsha paham benar, jika Joseph pasti mati-matian menahan perasaannya saat ini. Dan itu semakin membuatnya sakit.

***

Pesta pernikahan, diadakan di ballroom hotel termewah di kota. Di setiap sudut ruangan dihiasi dengan gemerlap kemewahan. Bunga aslipun lebih mendominasi dekorasi ruangan. Membuat aromanya menguar kuat memenuhi seisi ruangan.

Beberapa lampu kristal juga dipasang, makanan terbaikpun di sajikan, seolah memberikan kesan status tertinggi sosial mereka.

Namun, bukan hanya kemewahan yang menjadi pusat perhatian malam itu.

Giorgio.

Pria itu sungguh benar-benar mampu membuat para tamu terpana, dengan caranya memperlakukan Marsha.

Setiap kali ia tahu, ada tamu pria yang ingin membaur menyapa dan mendekati Marsha, tangannya selalu menggenggam jemari istrinya. Tak sedetikpun pria itu melepaskan istrinya.

Seolah ingin menjelaskan, jika wanita cantik yang kini sedang bersama dirinya adalah miliknya.

Di atas panggung, saat Gio membuka dansa pertama, tangan kekarnya tanpa ragu menarik Marsha ke dalam pelukannya. Kemudian, musikpun mulai mengalun pelan, membuat Marsha yang tak punya pilihan selalu mengikuti pergerakannya.

Gio semakin mengeratkan pelukannya, kali ini ia sedikit kasar. Tatapan matanya tajam, seolah menyadari jika istrinya mencari keberadaan seseorang di sana.

"Mas Gio, ini keterlaluan, jangan bersikap berlebihan," bisik Marsha ketika merasakan cengkeraman tangan Gio lebih kuat di pinggangnya.

Bahkan, pria itu dengan sengaja membuat tubuhnya tak berjarak, seperti menempel hingga membuat Marsha terasa dihimpit. Sesak.

Giorgio tersenyum miring. "Kenapa? Bukankah kita adalah suami istri sekarang?"

Marsha menghela napas, tapi ia tidak bisa membantah. Semua orang menatap ke arahnya. Bahkan beberapa di antara mereka sedang membicarakannya.

Kira-kira dalam jarak lima langkah darinya, Marsha menyadari keberadaan Joseph yang kini menatapnya.

Semua itu semakin membuat Marsha merasa, sesak.

***

Malam semakin larut, sementara itu Joseph sedang berdiri di sudut ruangan, dengan segelas minuman di tangannya.

Tak ada seulas senyumanpun yang ia tampakkan malam itu. Bahkan meskipun ada beberapa rekan bisnisnya yang mengajaknya bicara. Tetapi pikiran pria itu seperti sedang melayang entah ke mana. Ia hilang fokus.

Bisa saja ia membawa Marsha kabur sebelum malam pernikahan itu terjadi, tetapi kenyataannya Marsha tidak memilihnya. Ia lebih mengutamakan keluarga ketimbang perasaannya.

Dan itu adalah kenyataan pahit yang harus ia terima.

Tetapi, saat melihat sorot mata Marsha meski sekilas, ia bisa tahu jika pujaan hatinya tidak bahagia.

Namun ada hal besar yang ia sesali sekarang. Terlambat.

Cinta yang datangnya terlambat hanyalah sebuah luka yang entah sampai kapan untuk bisa disembuhkan.

Suasana pesta masih sangat meriah. Giorgio mengangkat gelas sampanyenya, menaruh perhatian keluarga besar yang tengah asyik berbincang dengan tamu kehormatan.

Senyumnya mengembang, dengan percaya diri, seperti biasa.

"Ce Erika, Joseph, Mama dan Papa ... maaf malam ini aku akan menginap di sini. Aku rasa kalian pasti paham. Terkadang pasangan muda butuh sedikit privasi."

Beberapa anggota keluarganya tersenyum, tetapi tidak dengan Joseph.

Ucapan Giorgio benar-benar membuat Marsha langsung menoleh ke arahnya. Ada debaran tak biasa yang kini ia rasanya.

Entah mengapa, kini ia mulai takut setiap kali memiliki banyak waktu dan kesempatan bersama Giorgio. Rasa yang aneh untuk pasangan yang baru menikah.

Beberapa keluarga saling bertukar pandang dengan ekspresi menggoda. Begitupun para orang tua mereka, termasuk yang turut bahagia adalah pak Tama. Beberapa di antara mereka bahkan tersenyum kecil, seolah paham dengan jalan pikiran Giorgio.

"Pilihan yang tepat, Gio," seorang pria paruh baya yang merupakan paman Giorgio memukul ringan bahunya. "Nikmati malam pertamamu."

Sekujur tubuh Marsha langsung gemetar, ia tegang tetapi berusaha tenang.

Namun, seseorang yang berdiri tak jauh dari mereka tampak tidak senang. Ia adalah Joseph.

Tangannya mengepal, napasnya memburu. Kata-kata Giorgio terus menggema di benaknya. Seakan menghancurkan sisa-sisa harapan yang ia miliki.

Tidak, ia tidak bisa tinggal diam.

Waktu terus berlalu, membuat Marsha berjalan cepat ketika melewati koridor hotel. Tiba-tiba seseorang menariknya, dan membawanya ke lorong lain yang sepi. Gadis itu nyaris menjerit, seandainya si pemuda tidak berteriak dengan suara familiarnya.

"Ini aku, Marsha!"

"Joseph, kau—"

"Aku harus bicara denganmu," potongnya cepat.

"Sudah gak ada lagi yang perlu kita bahas. Semua sudah berakhir sekarang," sahut Marsha sambil menghindari tatapan mata Joseph.

"Apa kamu akan menyerahkan dirimu pada Ko Gio malam ini?" tanyanya penasaran.

"Apa?" tanya Marsha terkejut.

"Katakan padaku, Marsha ... apakah kamu benar-benar akan membiarkan Ko Giorgio menyentuhmu?"

Joseph terus mengikis jarak, ia mulai menundukkan kepalanya, membuat Marsha merasa darahnya berdesir. Bukan karena malu, tapi ia tak menduga jika Joseph akan bertanya tentang hal yang sifatnya pribadi seperti itu.

"Apa urusannya denganmu?" Suara Marsha terdengar melemah, tetapi terkesan memberikan penekanan.

"Jawab aku, Sya," pinta Joseph. "Aku harus tahu."

Joseph berusaha menggapai tangan Marsha yang semula menggantung, lalu menggenggamnya erat.

"Giorgio adalah suamiku sekarang," potong Marsha sambil menatap Joseph dalam-dalam. "Dia berhak melakukan apapun yang seharusnya dilakukan seorang suami."

Joseph menutup matanya mendengar hal itu, seolah sedang menahan sesuatu dalam dirinya.

Namun, keduanya tak tahu. Jika dari jarak yang lumayan dekat, Giorgio sedang berdiri dan mendengar jelas tentang percakapan mereka.

Senyuman tipispun seketika muncul ketika ia mendengar ucapan Marsha.

'Berhak melakukan apapun yang dilakukan seorang suami?'

Menarik.

Bersambung....

— Jangan lupa rate, love dan jempolnya dong agar aku semangat update. Salam cinta semua.

Episodes
1 Bab 1. Joseph Sebastian Abraham
2 Bab 2. Sang Presdir yang Tampan
3 Bab 3. Seorang Anak yang Merindukan Ibu
4 Bab 4. Bioskop
5 Bab 5. Makan Malam Bersama Presdir
6 Bab 6. Cincin di Jari Manis
7 Bab 7. Dilamar Presdir
8 Bab 8. Terkurung
9 Bab 9. Dia Satu-satunya
10 Bab 10. Sikap tak Biasa Giorgio
11 Bab 11. Halu, atau Tak Tahu Malu
12 Bab 12. Bukan Pernikahan Impian
13 Bab 13. Janji di Atas Luka
14 Bab 14. Malam Pertama
15 Bab 15. Insiden
16 Bab 16. Perubahan Giorgio
17 Bab 17. Undangan Dari Joseph
18 Bab 18. Api Cemburu
19 Bab 19. Kafe Biru
20 Bab 20. Menculik Marsha
21 Bab 21. Kamu Meragukanku, Sya?
22 Bab 22. Bermain Drama
23 Bab 23. Bikin Cemburu Bagian 1.
24 Bab 24. Bikin Cemburu Bagian 2.
25 Bab 25. Bikin Cemburu Bagian 3.
26 Bab 26. Ibu Steven
27 Bab 27. Ungkapan Hati Giorgio
28 Bab 28. Pengakuan Joseph
29 Bab 29. Berseteru
30 Bab 30. Penguntit
31 Bab 31. Pura-pura Sakit
32 Bab 32. Terjebak
33 Bab 33 Status Hak Asuh Steven
34 Bab 34. Kebucinan Giorgio
35 Bab 35. Perceraian
36 Bab 36. Tak Pernah Menyerah
37 Bab 37. Menarik Perhatian
38 Bab 38. Hukuman
39 Bab 39. Mantan yang Kejam
40 Bab 40. Obsesi Giorgio
41 Bab 41. Jangan Panggil Aku Gay
42 Bab 42: Noda Saat Pemotretan
43 Bab 43. Luka di Wajahmu
44 Bab 44. Kamera Tersembunyi
45 Bab 45. Kecewa
46 Bab 46. Berkunjung ke Rumah Ayah
47 Bab 47. Kemarahan Pak Tama
48 Bab 48. Rekatnya Kembali
49 Bab 49. Terjebak Di Tempat Mencekam
50 Bab 50. Kecelakaan
51 Bab 51. Buku Diary (Bagian 1)
52 Bab 52. Buku Diary Bagian 2
53 Bab 53. Kembalinya Giorgio
54 Bab 54. Membenci Joseph
55 Bab 55. Angel
56 Bab 56. Siapa Gio?
57 Bab 57. Pilih Aku atau Dia?
58 Bab 58. Menjadi Kejam
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Bab 1. Joseph Sebastian Abraham
2
Bab 2. Sang Presdir yang Tampan
3
Bab 3. Seorang Anak yang Merindukan Ibu
4
Bab 4. Bioskop
5
Bab 5. Makan Malam Bersama Presdir
6
Bab 6. Cincin di Jari Manis
7
Bab 7. Dilamar Presdir
8
Bab 8. Terkurung
9
Bab 9. Dia Satu-satunya
10
Bab 10. Sikap tak Biasa Giorgio
11
Bab 11. Halu, atau Tak Tahu Malu
12
Bab 12. Bukan Pernikahan Impian
13
Bab 13. Janji di Atas Luka
14
Bab 14. Malam Pertama
15
Bab 15. Insiden
16
Bab 16. Perubahan Giorgio
17
Bab 17. Undangan Dari Joseph
18
Bab 18. Api Cemburu
19
Bab 19. Kafe Biru
20
Bab 20. Menculik Marsha
21
Bab 21. Kamu Meragukanku, Sya?
22
Bab 22. Bermain Drama
23
Bab 23. Bikin Cemburu Bagian 1.
24
Bab 24. Bikin Cemburu Bagian 2.
25
Bab 25. Bikin Cemburu Bagian 3.
26
Bab 26. Ibu Steven
27
Bab 27. Ungkapan Hati Giorgio
28
Bab 28. Pengakuan Joseph
29
Bab 29. Berseteru
30
Bab 30. Penguntit
31
Bab 31. Pura-pura Sakit
32
Bab 32. Terjebak
33
Bab 33 Status Hak Asuh Steven
34
Bab 34. Kebucinan Giorgio
35
Bab 35. Perceraian
36
Bab 36. Tak Pernah Menyerah
37
Bab 37. Menarik Perhatian
38
Bab 38. Hukuman
39
Bab 39. Mantan yang Kejam
40
Bab 40. Obsesi Giorgio
41
Bab 41. Jangan Panggil Aku Gay
42
Bab 42: Noda Saat Pemotretan
43
Bab 43. Luka di Wajahmu
44
Bab 44. Kamera Tersembunyi
45
Bab 45. Kecewa
46
Bab 46. Berkunjung ke Rumah Ayah
47
Bab 47. Kemarahan Pak Tama
48
Bab 48. Rekatnya Kembali
49
Bab 49. Terjebak Di Tempat Mencekam
50
Bab 50. Kecelakaan
51
Bab 51. Buku Diary (Bagian 1)
52
Bab 52. Buku Diary Bagian 2
53
Bab 53. Kembalinya Giorgio
54
Bab 54. Membenci Joseph
55
Bab 55. Angel
56
Bab 56. Siapa Gio?
57
Bab 57. Pilih Aku atau Dia?
58
Bab 58. Menjadi Kejam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!