Bab 5. Makan Malam Bersama Presdir

Marsha melangkah gontai sambil menenteng sepasang sepatu runcingnya, ketika kaki jenjang itu mulai menuruni anak tangga menuju ruang tamu rumah megah keluarganya.

"Loh kenapa sepatunya gak dipakai, Sya?" tanya Ayahnya sambil menggeleng heran.

Mungkin karena Giorgio sudah duduk dan menunggu di sana. Jadi Pak Tama merasa malu jika putrinya tidak tampil sempurna.

"Iya, Pa," jawab Marsha, malas.

Entah apa yang ada di pikiran Giorgio saat itu. Seolah sedang menunjukkan kebucinan yang luar biasa di depan Pak Tama dengan sikapnya. Ia berubah menjadi pria yang sok perhatian.

Dengan cekatan, ia langsung beranjak dari tempat duduknya dan mendekati Marsha. Tepat di hadapan Marsha, pria itu langsung duduk berjongkok setelah sebelumnya sempat meraih paksa sepatu dari tangan gadis itu.

"Bisa angkat sedikit kakimu?" Suara berat khasnya ketika memberikan perintah membuat Marsha tak nyaman.

Ada debaran aneh lagi yang ia rasakan. Gadis itu bahkan nyaris jatuh terpelanting jika saja Gio tidak bergerak cepat menangkap tubuhnya. Tatapan mereka kembali beradu.

Marsha langsung segera membenarkan posisi berdirinya, kemudian mengangkat pelan sebelah kakinya. Sementara Giorgio, dengan cepat memakaikan sepatu pada gadis itu.

Sentuhan buku jemari Gio, terasa lembut saat mengenai kaki jenjang Marsha. Ada rasa hangat menjalar di tubuhnya seketika. Membuat pipi gadis itu berubah bersemu merah karenanya.

"Kalau kamu takut jatuh, pegang saja bahuku," tukas Gio tanpa mendongak.

Tatapan mata Gio terfokus pada sepatu hak tinggi di tangannya. Nyaris seisi rumah memperhatikan kedekatan keduanya. Termasuk ayah Marsha, Pak Tama.

Setelah mendengar interuksi dari Gio, Marsha perlahan menyentuh bahunya. Berpegangan agar tidak terjatuh. Tetapi sungguh, ia benar-benar tak nyaman dengan sikap yang ditunjukkan pria itu.

Tangan lentik itu bahkan gemetar, ujung jemarinya berubah dingin.

Bahkan Marsha merutuki kebodohannya sendiri karena tak seharusnya ia menenteng sepatu saat turun.

Sementara Pak Tama, kali ini ia terlihat senang. Nyaris tak ada guratan wajah cemas yang ia tampakkan di hadapan keluarganya.

"Kami, pamit dulu, Pak," tukas Gio sembari bersalaman.

Lalu kemudian ia segera menggenggam tangan Marsha hendak melenggang, tetapi Marsha menepisnya. Gio sempat dibuat kaget olehnya.

"Aku juga mesti pamit sama Papa," katanya.

Membuat emosi Gio perlahan mereda dengan sendirinya.

"Hati-hati ya, kalian. Gio ... tolong jaga putri Om," ungkap pak Tama memberi wejangan.

"Ya, Om," sahut Gio.

Kemudian mereka berdua pergi setelah bersalaman dengan penghuni lain rumah itu. Ibu tiri Marsha.

Namun, Marsha tak mau bersalaman dengan Danu. Membuat Gio heran dengan sikapnya. Tetapi ia memilih diam. Karena yakin Marsha pasti memiliki alasan berbuat begitu.

Tak jauh berbeda dengan Joseph, Giorgio pun terlihat perhatian kepada gadis cantik itu.

Ia membukakan pintu mobil untuk Marsha, tapi bedanya ia membuka di kursi belakang. Sebab Gio tak pernah mengemudikan mobilnya sendiri. Selalu ada sopir pribadi yang menemaninya.

Marsha hanya diam ketika mobil mulai melaju cepat menjauh dari rumah ayahnya. Ia justru tampak asyik memainkan gawai di genggaman tangannya.

Hingga akhirnya Gio menegurnya.

"Ada aku gini, masih saja main benda pipih itu ya. Katanya, kalau ada orang di sebelahnya terus didiemin itu gak sopan loh," celetuknya. Membuat mata Marsha membola lalu menghentikan aktivitasnya.

"Maunya gimana? Lagian hubungan kita ini cuma main-main 'kan?"

Marsha terlihat marah.

"Justru ini main-main, kamu harus bersikap serius. Kamu mau keluarga kita curiga? Anggap hubungan ini serius, Sya. Biar kamu terbiasa sama aku," pinta Gio.

Marsha menghela napas berat sebelum akhirnya menjawab.

"Aku gak ngerti jalan pikiran Pak Gio," sahutnya sambil memasang ekspresi kesal.

Gio tersenyum tipis.

"Besok... aku mau lamar kamu. Lamaran itu beneran, aku bakal bawa keluargaku lengkap dengan seserahannya, Sya. Dan aku mau, kamu belajar panggil aku Mas mulai sekarang. Pak, itu terlalu tua. Umurku masih tiga puluh dua tahun," dengkusnya kesal.

Marsha langsung menoleh dan menatapnya tajam.

"Kenapa cepet banget?" Marsha benar-benar kaget dengan keputusan yang dibuat Gio.

Ia kesal, benar-benar kesal. Bagaimana tidak? Giorgio mengambil keputusan tanpa bertanya dulu padanya. Keputusan sepihak itu benar-benar membuat Marsha nyaris tak mau bicara.

Setelah lama mobil yang mereka kendarai melewati banyak gedung tinggi berderet, akhirnya sampai juga ke tempat tujuan.

Giorgio mengulurkan tangannya ketika Marsha hendak keluar. Membuat Marsha merasa bingung membedakan, perhatian itu asli? Atau palsu?

Ruangan yang dipesanpun terasa sunyi. Gadis itu mengedarkan mata ke sekeliling restoran, tak ada pengunjung satupun. Marsha heran.

Bagaimana mungkin, seorang Presdir perusahaan ternama bisa membawanya ke restoran sepi pengunjung seperti ini.

"Kenapa di sini?" tanya Marsha asal.

"Loh kenapa? Kamu gak suka? Kalau gak suka kita pindah sekarang," ujar Gio sembari bangkit dari tempat duduknya.

Tetapi tangan Marsha bergerak gesit menahannya. Tatapan Gio kini tertuju pada tangan gadis itu. Tangan seputih pualam yang mencengkeram erat lengannya.

"Enggak, di sini saja. Aku hanya heran, kenapa ajak aku di restoran sepi," cetus Marsha merasa sungkan.

Lalu, Gio memperhatikan sekeliling dan melambaikan tangan, sebagai isyarat ketika memanggil pramu saji. Tak lama lama kemudian, seorang pemuda dan juga gadis muda berlari mendekat sembari menyodorkan menu kepadanya.

"Karena ini restoran milik keluargaku. Aku sengaja mengosongkan tempat ini khusus untuk kamu."

Marsha benar-benar tersentak dengan penuturan Gio.

"Aku makannya terserah kamu. Tapi aku gak suka daging sapi, sama sea food. Kalau sayur suka, ayam mau," terang Marsha.

Gio tersenyum mendengarnya. Pria itu bahkan tidak pernah tertawa sembarangan. Semua sikapnya seperti sengaja ditata. Rapi, seperti penampilan dan rambutnya.

"Kamu itu cantik loh Sya, tapi makannya rewel ya."

Tak mau mau berdebat, akhirnya Gio mengambil alih memesan. Ia mengatakan agar makanan yang disajikan menu yang spesial. Kecuali yang Marsha tidak suka.

Sambil menunggu makanan datang, Gio mengajak Marsha berbincang.

"Kamu pakai Red velvet ya, aroma mawarnya khas. Saya suka," ketusnya sambil mengendus.

Marsha tersadar, beberapa waktu lalu Gio memakai parfum yang sama dengan yang ia pakai sekarang.

"Mas Gio, juga penggemar parfum itu? Parfum dengan aroma yang biasa harganya jutaan rupiah, tapi hanya dijual dengan harga ratusan ribu," oceh Marsha dengan raut sumringah.

Senyum yang sempat mengembang di wajah Gio mendadak pudar dibuatnya.

"Suka, suka banget malah," sahutnya.

"Kamu sukanya karena apa, Sya?" tanya Gio setengah penasaran.

"Aku suka sama CEO-nya," sahut Marsha jujur.

Gio terdiam sejenak, hingga akhirnya ia memutuskan berkomentar.

"Founder sekaligus CEO-nya, seorang duda. Anaknya satu, dia bercerai sejak putranya berumur sembilan bulan," terang Giorgio.

Marsha yang kebetulan saat itu sedang meneguk air yang baru saja dituangkan di gelas, tersedak.

Marsha terkejut, sebab seingatnya Joseph pernah mengatakan jika istrinya meninggal karena melahirkan.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Samantha

Samantha

Aku mau sih jadi Marsha

2025-03-03

0

Teddy

Teddy

perhatian gitu si Gio

2025-03-03

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Joseph Sebastian Abraham
2 Bab 2. Sang Presdir yang Tampan
3 Bab 3. Seorang Anak yang Merindukan Ibu
4 Bab 4. Bioskop
5 Bab 5. Makan Malam Bersama Presdir
6 Bab 6. Cincin di Jari Manis
7 Bab 7. Dilamar Presdir
8 Bab 8. Terkurung
9 Bab 9. Dia Satu-satunya
10 Bab 10. Sikap tak Biasa Giorgio
11 Bab 11. Halu, atau Tak Tahu Malu
12 Bab 12. Bukan Pernikahan Impian
13 Bab 13. Janji di Atas Luka
14 Bab 14. Malam Pertama
15 Bab 15. Insiden
16 Bab 16. Perubahan Giorgio
17 Bab 17. Undangan Dari Joseph
18 Bab 18. Api Cemburu
19 Bab 19. Kafe Biru
20 Bab 20. Menculik Marsha
21 Bab 21. Kamu Meragukanku, Sya?
22 Bab 22. Bermain Drama
23 Bab 23. Bikin Cemburu Bagian 1.
24 Bab 24. Bikin Cemburu Bagian 2.
25 Bab 25. Bikin Cemburu Bagian 3.
26 Bab 26. Ibu Steven
27 Bab 27. Ungkapan Hati Giorgio
28 Bab 28. Pengakuan Joseph
29 Bab 29. Berseteru
30 Bab 30. Penguntit
31 Bab 31. Pura-pura Sakit
32 Bab 32. Terjebak
33 Bab 33 Status Hak Asuh Steven
34 Bab 34. Kebucinan Giorgio
35 Bab 35. Perceraian
36 Bab 36. Tak Pernah Menyerah
37 Bab 37. Menarik Perhatian
38 Bab 38. Hukuman
39 Bab 39. Mantan yang Kejam
40 Bab 40. Obsesi Giorgio
41 Bab 41. Jangan Panggil Aku Gay
42 Bab 42: Noda Saat Pemotretan
43 Bab 43. Luka di Wajahmu
44 Bab 44. Kamera Tersembunyi
45 Bab 45. Kecewa
46 Bab 46. Berkunjung ke Rumah Ayah
47 Bab 47. Kemarahan Pak Tama
48 Bab 48. Rekatnya Kembali
49 Bab 49. Terjebak Di Tempat Mencekam
50 Bab 50. Kecelakaan
51 Bab 51. Buku Diary (Bagian 1)
52 Bab 52. Buku Diary Bagian 2
53 Bab 53. Kembalinya Giorgio
54 Bab 54. Membenci Joseph
55 Bab 55. Angel
56 Bab 56. Siapa Gio?
57 Bab 57. Pilih Aku atau Dia?
58 Bab 58. Menjadi Kejam
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Bab 1. Joseph Sebastian Abraham
2
Bab 2. Sang Presdir yang Tampan
3
Bab 3. Seorang Anak yang Merindukan Ibu
4
Bab 4. Bioskop
5
Bab 5. Makan Malam Bersama Presdir
6
Bab 6. Cincin di Jari Manis
7
Bab 7. Dilamar Presdir
8
Bab 8. Terkurung
9
Bab 9. Dia Satu-satunya
10
Bab 10. Sikap tak Biasa Giorgio
11
Bab 11. Halu, atau Tak Tahu Malu
12
Bab 12. Bukan Pernikahan Impian
13
Bab 13. Janji di Atas Luka
14
Bab 14. Malam Pertama
15
Bab 15. Insiden
16
Bab 16. Perubahan Giorgio
17
Bab 17. Undangan Dari Joseph
18
Bab 18. Api Cemburu
19
Bab 19. Kafe Biru
20
Bab 20. Menculik Marsha
21
Bab 21. Kamu Meragukanku, Sya?
22
Bab 22. Bermain Drama
23
Bab 23. Bikin Cemburu Bagian 1.
24
Bab 24. Bikin Cemburu Bagian 2.
25
Bab 25. Bikin Cemburu Bagian 3.
26
Bab 26. Ibu Steven
27
Bab 27. Ungkapan Hati Giorgio
28
Bab 28. Pengakuan Joseph
29
Bab 29. Berseteru
30
Bab 30. Penguntit
31
Bab 31. Pura-pura Sakit
32
Bab 32. Terjebak
33
Bab 33 Status Hak Asuh Steven
34
Bab 34. Kebucinan Giorgio
35
Bab 35. Perceraian
36
Bab 36. Tak Pernah Menyerah
37
Bab 37. Menarik Perhatian
38
Bab 38. Hukuman
39
Bab 39. Mantan yang Kejam
40
Bab 40. Obsesi Giorgio
41
Bab 41. Jangan Panggil Aku Gay
42
Bab 42: Noda Saat Pemotretan
43
Bab 43. Luka di Wajahmu
44
Bab 44. Kamera Tersembunyi
45
Bab 45. Kecewa
46
Bab 46. Berkunjung ke Rumah Ayah
47
Bab 47. Kemarahan Pak Tama
48
Bab 48. Rekatnya Kembali
49
Bab 49. Terjebak Di Tempat Mencekam
50
Bab 50. Kecelakaan
51
Bab 51. Buku Diary (Bagian 1)
52
Bab 52. Buku Diary Bagian 2
53
Bab 53. Kembalinya Giorgio
54
Bab 54. Membenci Joseph
55
Bab 55. Angel
56
Bab 56. Siapa Gio?
57
Bab 57. Pilih Aku atau Dia?
58
Bab 58. Menjadi Kejam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!