Pengorbanan

Codex kembali ke kota Nexus setelah dirawat di rumah sakit Mesir selama berbulan-bulan. Dia masuk ke ruang kerja anggota Phantom Revolution dan menyadari hanya tersisa dirinya sebagai anggota terakhir Phantom Revolution.

"Kurasa hanya tersisa aku sendiri di ruangan ini." Ucap Codex sambil menarik sebuah kursi dan duduk.

Dia melihat ke arah luar jendela. Cuaca yang cerah dan melihat anak-anak bermain dengan bahagia, melihat hal itu Codex teringat tentang impian yang ingin digapai oleh Velicia yaitu membuat semua orang bahagia.

Sementara itu di ruangan tempat para anggota lain berkumpul, orang yang membuntuti Codex menceritakan apa yang dilihatnya saat itu. Aldrian dan Codex bertarung dan berakhir pada kekalahan Codex.

Samar-samar dia mendengar Codex berdebat dengan Aldrian tentang alasan mengapa dia membunuh Velicia. Mendengar Aldrian membunuh Velicia, anggota Phantom Revolution lain menjadi geram. Pantas saja Aldrian menghilang selama berbulan-bulan dan inilah alasan dibalik hilangnya dia.

Codex keluar dari ruang kerja mereka karena mendengar ribut-ribut yang terjadi. Codex bertanya ada masalah apa sampai mereka terdengar sangat marah.

Mereka menjelaskan bahwa salah satu dari mereka diam-diam membuntuti Codex dan mengatakan bahwa Aldrian telah membunuh Velicia. Karena itulah mereka ingin agar Aldrian cepat ditemukan dan dihakimi secara pantas.

Codex terdiam sejenak dan kembali masuk ke dalam ruang kerja dan mengunci pintunya. Codex bersandar pada dinding dan terduduk di lantai seperti menahan sebuah rasa sakit yang tak tertahankan.

Codex kemudian berdiri dan melihat sebuah foto yang terpajang di dinding yang menampilkan foto mereka berdua yang terlihat sangat akrab.

"Pembohong!." Codex berteriak dan memukul foto tersebut hingga pecah. Tangannya terluka akibat pecahan kaca dan mulai menangis.

"Setidaknya, setidaknya beritahu aku alasan kenapa kau melakukannya!." Teriakan Codex terdengar oleh anggota lain namun mereka tidak berani untuk mengganggu nya.

Sementara itu di sekitaran distrik 19, Aldrian menghajar geng jalanan dan membuat mereka terluka parah. Beberapa dari mereka sudah kehilangan nyawa mereka akibat ulahnya.

"Kumohon ampuni aku, aku masih ingin hidup." Mohon salah satu pria itu, namun Aldrian tidak menghiraukannya dan membunuh pria itu.

"Membakar bar milikku lalu menghabisi orang-orang ku, sepertinya kau benar-benar sudah kehilangan kewarasan mu." Seorang pria berbicara pada Aldrian dengan nada tidak senang.

Aldrian berbalik dan melihat ke arah belakang, seorang pria berbadan gemuk dengan sebagian anggota tubuhnya adalah mesin.

"Graves, akhirnya kau muncul juga." Aldrian berjalan ke arahnya dengan kesal.

Graves sedikit panik dan mengeluarkan pistol dari saku jas miliknya dan mengarahkannya pada Aldrian.

"Apa yang kau mau?." Tanya Graves.

"Aku perlu bantuan mu, untuk menghancurkan keluarga Nexorian." Jawab Aldrian.

Mendengar permintaan Aldrian, Graves benar-benar berpikir bahwa Aldrian telah kehilangan kewarasannya, tindakan yang dilakukan Aldrian benar-benar diluar akal sehat.

"Kau gila? Tindakan mu bisa memicu perang!." Teriak Graves menolak permintaan Aldrian.

"Jadi kau menolak membantuku? Tidak masalah tetapi semua kekuasaan mu akan hancur jika kau menolak." Ancam Aldrian.

Graves tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Aldrian. Baginya sekarang Aldrian tidak lebih dari sekedar orang gila yang berusaha menghancurkan keluarga bangsawan yang berpengaruh di kota Nexus.

"Huh mau bagaimana lagi, aku bisa membantumu tapi dengan satu syarat." Ucap Graves.

"Apa yang kau inginkan?." Tanya Aldrian.

Graves menunjukkan sebuah foto yang diambil di sekitar distrik 1 tempat para bangsawan berada. Sebuah foto yang menampilkan pertemuan rahasia antara beberapa bangsawan dengan anggota Phantom Revolution.

"Bukankah mereka anggota Phantom Revolution? Apa yang mereka lakukan disana?." Tanya Aldrian kebingungan.

"Foto ini diambil beberapa jam yang lalu dan dikirim oleh salah satu mata-mata milikku." Jelas Graves.

"Mungkinkah ada pengkhianatan dalam Phantom Revolution?." Ucap Aldrian sambil memegang dagu nya.

"Aku tidak peduli dengan geng revolusi mu, yang aku inginkan adalah kau mendapatkan informasi tentang isi pertemuan mereka." Jelas Graves.

"Jika aku sudah menyelesaikan tugas ini kau akan membantuku untuk menghancurkan keluarga Nexorian kan?." Tanya Aldrian curiga.

"Ya, aku akan berusaha membantu sebisaku." Jawab Graves.

Mereka mengakhiri pertemuan mereka lalu pergi untuk menyelesaikan tugas mereka masing-masing. Aldrian pun merasa penasaran dengan apa yang sedang terjadi di Phantom Revolution dan mungkin saat inilah waktu yang tepat untuk kembali menunjukkan dirinya.

Sebelum pergi ke markas Phantom Revolution, Aldrian menyempatkan diri datang ke rumah lama nya yang tidak jauh berada dari sini. Pintu rumahnya terkunci rapat dan temboknya dilapisi oleh lumut dan jamur.

Aldrian mendobrak pintu rumahnya dan masuk melihat sekelilingnya. Rumahnya terlihat sangat kacau dan hancur, semua kenangan dirinya saat kecil tersimpan di rumah ini.

Berjalan menuju basement, Aldrian melihat sebuah kotak yang berisikan sebuah topeng tengkorak yang pernah dia buat waktu kecil dulu.

"Deathskull ya...." Ucap Aldrian.

Cerita sebenarnya dari nama Deathskull bukanlah panggilan dari orang-orang. Deathskull adalah nama samaran yang digunakan oleh Aldrian saat masih kecil karena dia menyukai tengkorak karena menurutnya itu keren, karena tengkorak berhubungan dengan kematian, Aldrian menambahkan kata death diawalan agar terdengar mengerikan.

Aldrian mengambil topengnya itu dan memberikan debu yang menumpuk. Topeng yang terbuat dari kayu yang dilapisi cat berwarna putih adalah topeng yang dibuat sendiri oleh Aldrian.

"Mungkin aku akan menyimpan ini." Ucap Aldrian dan berjalan meninggalkan basement.

Setelah melepas rasa rindu pada rumah lamanya, Aldrian pergi menuju ke markas Phantom Revolution untuk mendapatkan informasi yang diminta oleh Graves, namun dia juga penasaran apakah Codex terlibat dengan pertemuan tersebut.

Di markas Phantom Revolution, Codex akhirnya terbangun dari tidurnya. Codex tertidur cukup lama hingga sore hari, sinar matahari yang terbenam menerangi ruangannya.

Codex membuka kunci pintu dan terkejut melihat markas Phantom Revolution bersimbah darah. Mayat anggota lain tergeletak dimana-mana membuat Codex menjadi panik dan ketakutan.

"Apa yang terjadi disini?!?!." Teriak Codex ketakutan.

"Jangan panik begitu Codex." Ucap Aldrian yang duduk di jendela sambil mengenakan topeng tengkorak miliknya.

"Suara ini....Aldrian! Bajingan apa lagi yang kau inginkan?! Apakah membunuh Velicia tidak puas bagimu hah?." Teriak Codex yang termakan emosi.

Aldrian berjalan menghampiri Codex dan membuka topengnya. Wajah yang dipenuhi oleh luka dengan mata kiri ditutupi oleh perban menatap Codex dengan tajam.

"Aku tidak menyangka bahwa kau akan berpihak pada keluarga Nexorian." Ucap Aldrian dengan nada kecewa.

"Apa yang kau bicarakan? Berpihak pada bangsawan? Jangan bercanda!." Bantah Codex.

"Tidak perlu berbohong Codex, aku benci itu." Ucap Aldrian.

"Kau mengatakan diriku seorang pembohong? Kaulah yang seorang pembohong, Aldrian. Kau terus saja membohongi dirimu sendiri tentang Velicia!." Teriak Codex.

"Tutup mulutmu, anggota lain mengatakan jika rencana pertemuan itu dipimpin olehmu." Jelas Aldrian dengan nada kecewa.

"Apa?." Tanya Codex kebingungan.

Suara bising terdengar dari lantai bawah. Codex bingung dengan apa yang terjadi, tak lama kemudian terdengar suara seseorang yang memerintahkan untuk membuka pintu.

"Bajingan apa yang kau lakukan?." Tanya Codex panik.

"Aku menelpon polisi, aku mengatakan jika ada seorang pembunuh berbahaya ada di markas Phantom Revolution dan membantai orang-orang disini." Jawab Aldrian sambil memegang pisau yang penuh darah.

Codex syok mendengar apa yang dikatakan oleh Aldrian, bagaimana bisa sahabatnya tega melakukan hal seperti ini padanya. Perasaan marah, sedih dan kecewa bercampur aduk dalam hati Codex.

"Sialan, bagimana bisa... bagaimana bisa kau melakukan ini pada sahabatmu sendiri?..." Ucap Codex sambil menangis.

"Ini harus dilakukan, Vincent. Revolusi tidak membutuhkan seorang pengkhianat seperti mu, selamat tinggal sahabatku." Ucap Aldrian sambil menancapkan pisau pada salah satu mayat.

"Dengan ini kita berpisah, terimakasih untuk semuanya selama ini." Aldrian memakai topengnya lalu pergi melompat ke arah jendela.

Para polisi berhasil membuka pintu dan mengepung Codex yang diam membeku. Seakan tidak percaya dengan apa yang terjadi, dia tidak mampu mengatakan sepatah katapun.

Codex hanya bisa pasrah dengan apa yang terjadi, hidupnya telah hancur dan membiarkan para polisi membawanya meninggalkan markas Phantom Revolution yang dia bangun bersama selama ini.

Tatapan mata Codex tampak kosong ketika polisi membawanya masuk ke dalam mobil. Orang-orang yang berada disekitar sedang membicarakan dirinya, bagaimana bisa seorang tokoh Revolusi seperti Codex melakukan hal sekeji ini pada anggotanya sendiri.

Orang-orang berspekulasi bahwa Codex menjadi gila karena kehilangan kedua temannya, namun fakta sebenarnya Aldrian lah yang menjadi gila karena dirinya telah dibutakan oleh dendam dan ambisinya untuk menghancurkan keluarga Nexorian.

Aldrian hanya bisa menatap dari kejauhan melihat Codex dibawa oleh para polisi untuk disidang, air mata berlinang di wajahnya namun dia segera menghapusnya karena ini bukanlah waktu yang tepat untuk bersedih.

"Pengorbanan memang menyakitkan, tetapi kota ini perlu diselamatkan." Ucap Aldrian lalu pergi menuju tempat yang ditentukan oleh Graves.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!