Kebahagiaan, Cinta dan Perpisahan

"Membunuh? Apa maksud kalian?."

Aldrian hanya diam dengan mata sayu seakan tidak mampu menjawab. Mundo memperhatikan sekeliling gua dan memastikan bahwa tempat ini aman untuk bersembunyi, sementara itu Yuki masih menunggu jawaban dari Aldrian dan Codex tentang apa yang terjadi di masa lalu.

"Bagaimana kalian bisa bekerja sama jika hati kalian menolak untuk memaafkan?."

"Hal ini sangat sulit untuk dimaafkan Yuki, manusia brengsek ini membawa ku kembali ke tempat dimana hati ku hancur sepenuhnya."

"Kalau begitu beritahu aku apa yang terjadi di antara kalian!."

Mendengar itu Codex terdiam. Dia duduk disebuah batu halus dan memegangi kepalanya, sementara Aldrian menatap ke arah sebuah batu yang disusun menumpuk dan diberi tanda sebuah ranting.

"Apa ini?."

"Ini adalah makam, dimana aku memakamkan Velicia."

Yuki memperhatikan makam Velicia dengan seksama, sebuah makam yang diberi tanda yang membentuk huruf v yang melambangkan inisial nama sang jasad.

"Bisa ceritakan apa yang terjadi pada kalian 20 tahun yang lalu? Kita tidak akan bisa bekerja jika kalian saling menyimpan dendam satu sama lain."

Mendengar ucapan Yuki, Aldrian teringat dengan ucapan yang sama persis seperti yang dikatakan oleh Velicia untuknya dan Codex. Mata Aldrian mulai berkaca-kaca dan dia duduk disebelah Codex yang terlihat kesal.

"Saat aku masih menjadi tokoh revolusi, yaitu 20 tahun yang lalu."

22 Juni, 2079.

Aldrian berjalan menyusuri gurun pasir yang sangat luas ini. Dia membuka ponsel miliknya dan menuju ke sebuah tempat yang telah diberikan oleh seseorang, ditengah ganas nya gurun pasir ini dia melihat seorang wanita berambut kuning melambai ke arahnya.

"Aldrian disini!."

Aldrian berlari menghampiri wanita itu dengan terburu-buru. Hingga akhirnya tiba didepan sebuah gua yang ditutupi oleh kayu.

"Aldrian, para bangsawan sudah menunggu."

"Yeah terimakasih Velicia, tapi aku bingung kenapa bangsawan seperti mereka memilih sebuah gua di tengah padang pasir seperti ini?."

"Awalnya juga aku bingung, saat aku bertanya mengapa mereka menjawab karena ini adalah pertemuan rahasia yang tidak boleh diketahui siapapun."

Mendengar ucapan Velicia, Aldrian sedikit curiga namun karena janji adalah janji pada akhirnya Aldrian tetap masuk menemui para bangsawan yang telah menunggu di dalam.

"Maaf atas keterlambatan ku tuan-tuan."

"Ah tuan Deathskull, tidak apa-apa kami baru saja akan mulai."

"Tidak perlu formal, panggil saja aku Aldrian."

Aldrian menarik sebuah kursi dan duduk, sementara Velicia berdiri disebelahnya dan untuk berjaga-jaga, Velicia sudah melindungi gua ini dengan sihir miliknya agar tidak ada penyusup yang bisa masuk.

"Baiklah sebelum kita memulai pertemuan kita kali ini izinkan aku memperkenalkan diri, namaku Roshard Nexorian, kepala keluarga dari keluarga Nexorian. Alasanku memanggil kalian semua kemari adalah untuk membahas tentang pembangunan gerbang Nexus yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini."

"Jadi maksud anda memanggil kami semua kemari adalah untuk musyawarah tentang pembangunan gerbang Nexus ini?."

"Itu benar, gerbang Nexus memang sangat membantu dalam bidang transportasi kita di kota Nexus. Akan tetapi pasti semua negara akan berebutan untuk mendapatkan akses gerbang Nexus dan jika salah satu dari negara tersebut berselisih maka bisa mengakibatkan peperangan."

Aldrian setuju dengan pendapat yang dikatakan oleh Roshard, jika pembagian akses tidak dibagikan secara merata mungkin perselisihan akan terjadi, tetapi Aldrian masih ingin mendengar pendapat yang akan dilayangkan oleh Roshard lagi, karena mungkin dia memiliki solusi untuk masalah seperti ini.

"Kalau begitu apa anda memiliki solusi untuk masalah ini tuan Roshard?."

"Tentu saja tuan Aldrian, jika beberapa negara berselisih dan mengakibatkan perang maka kota Nexus akan menjadi medan pertempuran oleh dua negara tersebut. Karena itulah aku memiliki saran, disaat kita membangun gerbang Nexus, kita akan membangun sebuah senjata dengan bahan inti yang sama."

Mendengar ucapan Roshard membuat Aldrian sedikit terkejut dengan rencananya. Gerbang Nexus dibuat dari sebuah batu yang menjadi sumber kekuatannya digunakan untuk membuat senjata.

"Bukankah batu itu hanya bisa digunakan untuk mempercepat transportasi saja?."

"Hahahaha kamu terlalu polos tuan Aldrian."

Roshard memerintahkan salah satu anak buahnya untuk memberikan sebuah kertas yang berisikan informasi tentang batu tersebut. Jika digunakan dengan baik maka gerbang Nexus bisa digunakan menjadi senjata yang sangat kuat bahkan melebihi senjata canggih dari Skyward Society.

"Tetapi jika kita menggunakan gerbang Nexus sebagai senjata, bukankah saat orang sedang bepergian menggunakan itu sama saja dengan membunuh mereka?."

"Tuan Aldrian, dalam peperangan kita perlu sesuatu untuk dikorbankan. Para penumpang yang tewas saat senjata itu diaktifkan bisa dibilang sebagai seorang pejuang yang berusaha melawan kejahatan."

Mendengar omongan tidak masuk akal Roshard, Aldrian menggebrak meja dan berdiri. Hal itu membuat Velicia dan seluruh anggota yang hadir terkejut.

"Pengorbanan? Jangan bercanda, mereka bukan tumbal untuk peperangan gila mu."

"Tuan Aldrian, seharusnya kau harus berpikir kritis. Tidak ada perang tanpa adanya korban. Lebih baik kau setuju dalam proyek ini, kau akan mendapatkan bagian lebih banyak."

"Tutup mulutmu, aku akan melaporkan hal ini ke dewan karena rencana jahat kalian tidak bisa dibiarkan."

Mendengar hal itu, seluruh orang yang ada dalam ruangan berdiri dan menatap Aldrian dengan tatapan tidak senang. Tentu saja mereka tidak bisa membiarkan Aldrian memberitahukan hal ini pada dewan karena selain pertemuan ini tidak resmi, alasan lain mereka memilih tempat ini sebagai tempat pertemuan adalah jika orang yang diundang menolak hal tersebut mereka bisa langsung mengeksekusi nya dan membuang jasad sang korban di tengah gurun dan menganggapnya sebagai kecelakaan.

"Baiklah tuan Aldrian, sepertinya kami tidak bisa membiarkan kalian pergi dengan selamat."

Disaat semua orang di dalam ruangan menodongkan senjata mereka ke arah Aldrian, Velicia dengan cepat menghempaskan mereka semua dengan kekuatan sihirnya.

"Aldrian, ayo cepat kita pergi."

Aldrian mengangguk dan menarik tangan Velicia kemudian berlari keluar gua. Roshard memerintahkan anak buahnya untuk menangkap mereka berdua, lalu aksi kejar-kejaran ditengah badai pasir pun terjadi.

"Velicia sudah kubilang jangan gunakan sihirmu lagi! Jika kamu terlalu sering menggunakannya maka kamu akan--."

Velicia menutup mulut Aldrian dan memintanya untuk berhenti berbicara. Velicia tahu bahwa jika dia menggunakan sihirnya, iblis di dalam tubuhnya akan mengambil alih pikirannya dan itu dapat melukai siapa saja.

"Tentu saja aku tahu Aldrian, tapi jika aku tidak menggunakan sihir ku maka kamu akan--."

Velicia mulai batuk dan dia menutup mulutnya dengan tangan miliknya, namun di telapak tangannya ada banyak darah yang keluar batuknya itu.

"Velicia! Bertahanlah!."

Velicia jatuh lemas ke tanah, Aldrian dengan sigap menggendongnya dan berusaha mencari tempat aman untuk Velicia beristirahat. Ditengah ganas nya badai pasir, anak buah Roshard mulai terlihat, Aldrian melihat sekeliling apakah ada tempat yang bisa mereka gunakan untuk bersembunyi.

Velicia memeluk erat Aldrian yang menggendongnya, mengetahui bahwa Velicia sudah tidak dapat menahannya, Aldrian melihat sebuah gua yang dapat mereka gunakan untuk bersembunyi. Dengan lari yang sangat cepat, Aldrian membaringkan tubuh Velicia di dinding gua, Aldrian membuka ponselnya dan segera mengirimkan lokasinya pada Codex.

Wajah Velicia semakin pucat, wajahnya seakan mengatakan bahwa dirinya tidak ingin mati. Aldrian memeluknya dengan erat dan mengatakan bahwa dia akan baik-baik saja.

"Aldrian, taman bunga yang kamu ceritakan padaku hari itu....apa kita bisa pergi kesana?."

Mendengar hal itu, Aldrian hanya bisa tersenyum dan mengangguk. Air mata mulai jatuh membasahi wajahnya. Velicia yang melihat itu mengelus kepala Aldrian dengan lembut untuk menenangkannya.

"Aldrian....aku punya permintaan, apa kamu bisa mengabulkannya?."

"Yeah tentu saja, aku akan melakukan apa saja untukmu, karena itu.... bertahanlah."

"Terimakasih, aku hanya memiliki satu permintaan."

"Apa permintaanmu, aku pasti akan mengabulkannya."

Velicia tersenyum mendengar hal itu meski sebenarnya dia tahu bahwa Aldrian tidak akan mungkin bisa mengabulkan permintaannya itu.

"Jika aku kehilangan kendali....aku ingin kamu.... membunuhku."

Mendengar hal tersebut, Aldrian benar-benar terkejut dan tidak percaya dengan permintaan Velicia.

"Jangan bercanda! Aku tidak akan mungkin sanggup untuk..."

Air mata Aldrian perlahan jatuh membasahi wajahnya seakan dia tahu bahwa Velicia tak lama lagi akan pergi meninggalkannya untuk selamanya. Velicia kembali batuk disertai darah, namun kini seperti ada seseorang yang berbisik di kepala nya dan membuat Velicia berteriak kencang hingga membuat anak buah Roshard sadar.

"Mereka ada di gua itu! Ayo maju."

Aldrian berusaha menenangkan Velicia yang semakin tak terkendali, namun Velicia justru mendorong Aldrian dengan kekuatan sihirnya dan menghempaskan nya keluar dari gua.

Anak buah Roshard yang melihat hal itupun langsung berlari dan menahan gerakan Aldrian. Sebagian dari mereka masuk ke dalam gua untuk menangkap Velicia.

"Kalian semua berhenti, kalian bisa terluka!."

Mereka tidak memperdulikan peringatan Aldrian dan tetap masuk, tak lama kemudian setelah anak buah Roshard masuk ke dalam, Velicia keluar sambil membawa kepala mereka dengan kedua tangannya.

"Wanita ini sudah gila! Tembak!."

Puluhan tembakan dilancarkan untuk membunuh Velicia, namun itu dengan mudah ditangkis dengan sihir hitam yang dimiliki oleh Velicia.

"Kalian manusia bodoh yang tidak bisa menyadari posisi kalian tidak pantas untuk hidup."

Velicia menyerap energi kehidupan mereka hingga seluruh tubuh mereka lalu tewas seketika. Kini hanya tersisa Aldrian yang ada dihadapannya, Aldrian berusaha untuk tetap tenang dan terus berusaha untuk menyadarkan Velicia.

"Velicia tenang dan kendalikan dirimu, ini aku Aldrian."

"Hahahaha wanita yang kau sebut Velicia itu sudah pergi untuk selamanya."

"Omong kosong, dia tidak mungkin pergi semudah itu, itu karena dia adalah wanita yang tangguh yang pernah kutemui seumur hidup ku."

"Hah, kau terlalu banyak melontarkan omong kosong manusia, terimalah ajal mu."

Iblis yang mengambil alih tubuh Velicia menyerang Aldrian dengan kecepatan yang tinggi hingga membuat Aldrian tidak dapat menghindarinya, dia terhempas jauh menabrak sebuah batu yang sangat keras hingga mematahkan tulang punggungnya.

"Velicia sadarlah! Ini bukan dirimu!."

Iblis tersebut tertawa terbahak-bahak melihat Aldrian yang berusaha untuk mengembalikan Velicia. Aldrian mengambil sebuah belati dari saku celana miliknya, belati ini adalah hadiah yang diberikan oleh Velicia, sebuah belati yang diberkati sihir pemurnian. Awalnya Aldrian tidak mengerti mengapa Velicia memberikan hal ini kepadanya namun sekarang dia akhirnya mengerti dan dengan berat hati, Aldrian akhirnya menerima permintaan yang dikatakan oleh Velicia.

"Aku akan mengutuk diriku sepanjang hidupku."

Aldrian berlari menyerbu iblis tersebut, dan pertarungan sengit di antara mereka berdua terjadi sangat hebat. Seorang manusia melawan iblis yang pernah menguasai separuh dunia.

Kekuatan Aldrian meningkat pesat karena efek dari belati tersebut hingga dapat mengimbangi kekuatan iblis tersebut. Ditengah pertarungan mereka, muncul ingatan Aldrian saat dia pertama kali bertemu Velicia.

Kala itu Aldrian melihat Velicia yang kebingungan karena baru pertama kali tiba di kota Nexus. Aldrian dengan senang hati menawarkan bantuan pada Velicia, lama-kelamaan mereka menjadi sangat dekat.

Aldrian mengatakan bahwa dirinya adalah seorang tokoh revolusi bernama Phantom Revolution, Aldrian mengatakan bahwa biasanya dia dipanggil sebagai Deathskull. Velicia tertawa mendengar nama panggilan itu, terdengar aneh namun itu adalah nama yang diberikan orang-orang padanya.

Aldrian memperkenalkan Velicia pada Codex, salah seorang rekan yang sangat dipercayainya. Hubungan mereka bertiga semakin erat hingga membuat persahabatan mereka terjalin sangat kuat, Velicia terkadang membantu mereka dalam berbagai macam urusan, orang-orang mulai memanggil Velicia dengan sebutan nona Harmony karena sifatnya yang ramah dan lembut.

Tetapi dibalik sifatnya itu, Velicia menyimpan luka yang sangat dalam. Suatu hari di ruangan mereka bekerja, hanya ada dia dan Aldrian saja, Velicia mengatakan dia sangat berterima kasih pada Aldrian karena telah membantunya. Velicia mengatakan selama ini dirinya selalu dikucilkan oleh keluarganya sendiri hingga pada akhirnya keluarganya menjadikan dirinya sebuah tumbal untuk seorang iblis agar keluarganya bisa mendapatkan kekayaan yang melimpah.

Mendengar hal itu Aldrian bertanya mengapa dia tidak pernah bercerita tentang hal itu, Velicia hanya tersenyum dan mengatakan bahwa itu adalah cerita yang tidak menarik untuk didengar. Velicia juga mengatakan bahwa hal ini jangan sampai diketahui oleh orang lain termasuk Codex, Velicia tidak ingin orang-orang khawatir dengan dirinya. Satu-satunya hal yang diinginkan olehnya adalah senyum kebahagiaan pada semua orang.

Aldrian terus bertarung dengan ingatan dirinya dengan Velicia di masa lalu, ingatan itu seperti ingin mengatakan bahwa apakah Aldrian benar-benar akan membunuh Velicia.

Mereka berdua sama-sama kehabisan tenaga karena pertarungan mereka benar-benar sangat mengerikan, iblis itu terengah-engah dan terdiam.

Melihat kesempatan ini, Aldrian membulatkan tekadnya dan berlari menuju iblis tersebut. Iblis itu terkejut dan mengira bahwa dia akan dihabisi oleh Aldrian, namun ternyata Aldrian memeluknya dengan erat dan membuat iblis itu heran.

Disaat iblis itu sedang kebingungan, Aldrian dengan cepat menancapkan belati tersebut dari belakang dan membuat iblis itu berteriak kesakitan. Teriakan iblis itu samar-samar menghilang tergantikan dengan teriakan Velicia yang mendapatkan kembali kesadarannya.

"Terimakasih... telah mengabulkan permintaanku, Aldrian."

"Bodoh ini benar-benar tidak adil, bagaimana bisa aku menjelaskan ini pada Codex?."

"Hehehe, jika kalian saling menyimpan dendam satu sama lain, bagaimana kalian bisa bekerja sama?."

Tubuh Velicia menjadi dingin, darah mengalir dari belati yang tertancap di punggungnya diiringi air mata yang keluar dari matanya yang telah kosong.

"Sial, bahkan disaat terakhir hidupmu aku bahkan tidak bisa mengucapkan hal itu."

Aldrian memeluk Velicia yang tewas dalam pelukannya dengan tangisan yang semakin menjadi-jadi.

"Dari dulu aku selalu ingin mengatakan hal ini, namun aku malu untuk mengungkapkan nya padamu...hingga pada akhirnya.....kau pergi meninggalkan ku untuk selamanya."

Air mata Aldrian jatuh membasahi wajah Velicia yang sudah tak bernyawa, Aldrian menatapnya dengan pandangan penuh kesedihan tak percaya dengan apa yang dilakukannya.

"Aku mencintaimu, Velicia."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!