Haechan mendongak menatap gedung tinggi yang akan ia kunjungi, gedung yang lebih tinggi dari gedung penyiar tempat dimana ia bekerja.
Melihat bagaimana tingginya gedung tersebut membuat Haechan tak yakin jika ia bisa membuat janji dengan si pemilik.
Haechan
Tetap semangat Haechan! Ini demi cutimu!
Haechan berjalan memasuki gedung dan menghampiri resepsionis yang kini sudah ada di hadapannya.
Haechan
Maaf, apa Mr.Lee ada?
Karina
Ada berkepentingan apa? Apa anda sudah buat janji?
Haechan terdiam sejenak, ia menggaruk rambut belakangnya karna memang ia belum membuat janji apapun dengan sang pemilik gedung paling besar ini.
Haechan
Belum sih.
Karina
Ah kalau begitu.
Karina
Maaf jika tidak ada berkepentingan atau tak ada janji dengan beliau dilarang menemuinya.
Haechan menghela nafasnya, ia membalikan tubuhnya dan berjalan lesu keluar dari gedung itu.
Bertepatan dengan seorang lelaki yang sepertinya Haechan pernah bertemu, Ia terdiam sejenak menatap lelaki itu.
Haechan
Kayaknya pernah ketemu.
Haechan
Tapi dimana?
....
Hari kedua, Haechan datang kembali ke kantor tersebut dan tersenyum ke arah resepsionis yang terlihat tengah tersenyum ke arahnya.
Haechan
Bisa?
Karina
Sayangnya, Pak CEO sedang ada kepentingan di luar kota.
....
Hari ketiga, lagi lagi Haechan menghadapi resepsionis yang sudah dua hari ini ia temui di aula kantor.
Haechan
Ada?
Karina
Maaf, Pak CEO masih di luar kota.
....
Hari keempat.
Haechan
Ayo dong bisa ya buat janji.
Karina
Maaf tidak bisa, harus buat janji dengan pak CEOnya, jika bukan begitu dilarang masuk.
....
Hari kelima.
Haechan
Mbak, saya mau buat janji gimana sama pak CEOnya?
Haechan
Tolong kasih tutor dong, saya cuman bisa buat janji lewat mbak.
Karina
Maaf mas, Pak CEO menolak.
....
Hari keenam.
Haechan sebenarnya sudah mau menyerah saja, tetapi Umji terus mendesaknya yang membuatnya HARUS mendapatkan janji dengan petinggi ini.
Dari sebelumnya sudah tau jika membuat janji disini akan sangat sulit, tetap saja.
Resepsionis tersebut tersenyum dan mengeleng setelah melihat Haechan tersenyum kearahnya.
Karina
Maaf, Pak CEO lagi ada urusan lain.
....
Hari ketujuh, ya ini sudah seminggu Haechan berusaha membuat janji tetap saja tak ada titik cerahnya.
Bagian jurnal yang sebagian adalah jawaban dari Jeno saja Umji tolak karna isinya tidak sesuai.
Yang menjadi pertanyaannya, jika tau tidak sesuai buat apa Umji menyuruh dirinya? Ini terlalu sulit untuk Haechan.
Ia berjalan lesu menghampiri resepsionis disana, tetapi tiba tiba seseorang memanggilnya di belakang yang membuatnya menoleh.
Jeno
Haechan?
Jeno
Ngapain disini?
Jeno mengerutkan kedua halisnya melihat bagaimana lesunya wajah Haechan, dengan wajah yang terlihat lelah juga membuat Jeno berpikir, apa Haechan melakukan pekerjaannya dengan keras hingga melupakan kondisinya?
Haechan
Loh? Kamu ngapain disini?
Jeno
Kenapa nanya balik?
Haechan
Ah, aku mau buat janji dengan pak CEO, tapi ternyata emang sulit banget.
Jeno terdiam sejenak, ia pegang bahu Haechan yang sepertinya sebentar lagi akan tumbang apalagi badannya yang terasa hangat.
Jeno
Kita duduk dulu.
Jeno membawa Haechan untuk duduk di kursi dan ia terdiam di hadapan Haechan dengan setengah jongkok yang membuatnya mendongakkan kepalanya menatap Haechan yang menunduk pusing.
Jeno
Pusing?
Haechan
Iya Jen, kenapa aku pusing ya?
Jeno
Kamu kelelahan, aku bawa ke rumah sakit ya?
Haechan menyandarkan tubuhnya yang mendongak menatap langit kantor dengan kedua matanya yang perlahan menutup.
Haechan
Ga usah Jen, aku ngerepotin.
Haechan
Kamu disini juga pasti ada urusan kan?
Haechan
Selesaiin aja dulu.
Haechan
Aku gapapa.
Jeno menatap lama Haechan yang kini tengah memijat pelipisnya, hingga tanpa aba aba ia langsung mengendong Haechan dan membawanya keluar dari kantor.
Haechan jelas terkejut, ia reflek menautkan tangannya di leher Jeno, astaga ia tak menyangka jika Jeno akan semudah itu mengangkat dirinya yang bisa dibilang sedikit berisi.
Comments
𓆩Huang_Fox°𓆪
Mungkin lagi gempa.. iya gempa di tubuhmu😵😫
2025-02-15
2
Dira Meilani
please kak lanjut lagi y
2025-02-13
0