Malam ini adalah malam bulan purnama. Langit malam terlihat indah, Rasya termenung mengingat masa kecilnya yang begitu indah disaat Mama Ira masih ada. Meskipun dirinya tau bahwa dirinya hanyalah anak angkat, namun dirinya masih bisa merasakan keluarga yang harmonis dan indah. Namun, kebahagiaan yang dirasakannya harus menghilang saat Mamanya meninggal karena kecelakaan yang menimpanya.
"Jika saja waktu itu mama tidak menolongku, pasti saat ini masih hidup. Papa akan hidup bahagia dan tidak akan bertemu dengan Mama Hani" lirih Rasya sambil menatap langit malam
"Ma, aku hidup sendirian disini. Tanpa mama, papa juga benci sama Rasya sekarang dan lebih sayang dengan Kak Deon. Sahabat Rasya juga hilang entah kemana...."
"Apakah Rasya memang harus hidup sendiri, ma"
Perlahan-lahan air mata jatuh tanpa disadarinya. Rasya merasa tertekan, sedih bahkan tidak tau harus melakukan apa. Dirinya hanya butuh tempat bersandar, tempat bercerita. Rasya merasa lelah dengan hidupnya sendiri, lelah mendengar cacian dari papanya, perilaku kasar dari mama dan kakak tirinya, lelah mencari teman yang selalu ada untuknya dulu.
Di pojok kamar Rasya, terdapat sosok yang melihat Rasya yang menangis seorang diri. Dirinya ingin menghibur, namun tak bisa. Dia merasa bersalah, karena dirinya Rasya menjadi sengsara dan hancur. Tak lama sosok itu menghilang entah kemana.
Rasya yang merasa diperhatikan mencari sosoknya, namun tak kunjung ketemu. Melihat kamarnya yang kecil itu, mencari kehadiran seseorang yang memperhatikan dirinya. Namun tak kunjung ketemu. Tak ingin membuang waktunya, dirinya harus mengerjakan tugas sekolahnya dan tugas OSIS yang belum dia selesaikan.
Ditemani sebuah lampu kecil, dan iringan lagu yang indah membuat Rasya kembali semangat untuk mengerjakan tugasnya. Melihat foto yang selalu ada di meja belajarnya adalah penyemangatnya.
"Mama tolong selalu lihat Rasya, ya. Dan, tolong doakan Rasya agar bertemu dengan Cherrie nya Rasya, ya ma. Sampaikan salam rindu Rasya ke Cherrie, ma." Rasya mengelus foto mamanya dengan sayang, kemudian melihat foto dirinya dengan Cherrie sambil tersenyum
...****************...
Di kamarnya, Airin sedang mengerjakan tugasnya. Tak lama, dirinya merasakan kehadiran seseorang yang baru saja masuk ke dalam kamarnya.
Dilihatnya seekor harimau putih berada tepat di balkonnya. Airin yang melihat itu, segera pergi ke balkonnya.
"Syakir..." ujar Airin tak percaya melihat pelindung yang diberikan oleh eyang buyutnya. Airin menghampiri harimau itu dan mengelusnya dengan sayang
AAAUUUMMM.... GRRRR
Auman harimau itu karena merasa senang dengan elusan yang diberikan Airin. Kemudian Airin mengajak harimau itu untuk masuk ke dalam kamarnya. Kamar tidur miliknya telah terpasang pelindung yang diberikan Fauzan agar tidak ada makhluk halus yang menganggu Airin, begitu pula dengan kamar Aaron.
"Sekarang, kenapa kamu tiba-tiba datang?" tanya Airin
Harimau putih tiba-tiba berubah menjadi seorang pemuda dengan pakaian jawa. Pemuda dengan kulit begitu putih dengan mata tajam namun terlihat indah.
"Arin, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu. Apakah kau mau?" ujar Syakir
"Siapa? Apakah aku mengenalnya? atau kau yang kenal dengannya?" tanya beruntun Airin
"Aku tak mengenalnya. Aku hanya bertemu dengannya saat menjaga rumah ini. Dirinya berdiri tepat di pagar depan rumah ini" jelas Syakir
Mendengar itu, Airin segera memeriksa siapa yang sedang mencarinya. Airin keluar dari kamarnya dan pergi kearah balkon ruang keluarga di lantai 2. Balkon tersebut mengarah tepat pagar depan rumah.
"Jika disini, siapa yang menjaga?" tanya Airin
"Shafir. Shafir menjaga orang itu agar tidak masuk ke area rumah ini" jelas Syakir
Saat akan membuka pintu balkon, Dirinya terkejut melihat Aaron yang tiba-tiba menepuk pundaknya.
"Kakak, bagaimana bisa kau disini?" tanya Airin
Aaron hanya tersenyum, kemudian dia membuka pintu balkon dan keluar untuk lihat siapa yang datang. "Kau pasti ingin melihat siapa yang datang kan?"
"Darimana kakak tau?" Airin bertanya-tanya, bagaimana kakaknya bisa tau jika ada yang mencarinya
"Kau lupa, siapa pemilik Shafir.." Airin yang mendengar itu hanya bisa meringis malu. Dirinya lupa bahwa, Shafir adalah pelindung milik Aaron
"Tunggu... bukankah kau bisa menghubungiku lewat pikiran? Kenapa kau menghampiriku dan bukan bicara lewat pikiran saja" ujar Airin yang baru saja sadar akan sesuatu
Namun sebagai jawaban, hanya senyuman yang terpatri di wajah Syakir. Airin sadar, bahwa Syakir hanya sedang membolos dan membebankan tugas ke Shafir.
Saat melihat keluar, dapat dilihatnya Shafir menatap tajam sosok yang berdiri diluar pagar rumahnya. Airin yang merasa tak mengenal sosok itu pun terheran-heran, dirinya tak mengetahui tujuan dari sosok wanita cantik itu.
Airin melirik ke arah Aaron. Melihat sikap tenang Aaron, maka sosok itu berbahaya apalagi di matanya aura sosok itu sangat putih dan memancarkan bahaya. Aaron yang merasa ditatap segera menatap Airin, dan benar Airin sedang melihat ke arahnya.
Seakan tau maksud dari tatapan Airin, Aaron pun berkata, "Jika kau ingin tau tujuan sosok itu, suruh saja kesini"
Airin tersenyum mendengar itu. Kemudian meminta Syakir untuk mengantarkan sosok itu ke hadapannya. Syakir yang mendengar itupun mengangguk dan segera pergi.
Tak lama kemudian, sosok itu berdiri telat dihadapannya. Sosok wanita cantik dengan gaun putih. Sosok itu membuat Airin terpana karena baru kali ini dirinya melihat aura sosok makhluk halus yang begitu putih.
Sosok itu tersenyum, Airin pun membalas dengan senyuman manisnya
"Kau begitu cantik, pantas saja anakku menyukaimu" ujar sosok itu
Ucapan itu membuat orang yang mendengarnya terkejut dan bersikap waspada. Bahkan Syakir dan Shafir merubah wujud nya menjadi manusia dan bersiap menyerang sosok itu.
"Kalian, tenanglah" ujar Airin. Dirinya tak ingin sosok itu kabur tanpa mengatakan tujuannya ingin menemuinya
"Kalian berdua mundur, kau juga Aaron"
Airin maju dan memegang tangan sosok itu, dirinya ingin sosok itu menjadi lebih tenang.
"Sebelumnya terima kasih sudah mengatakan bahwa saya cantik. Namun, kalau boleh tau nama anda siapa?" tanya Airin dengan lembut
"Maafkan saya, saya lupa memperkenalkan diri. Saya Irana, panggil saja Ira" ujarnya
"Baiklah, tante Ira. Tante kesini ada apa ya?"
"Saya kesini ingin menyampaikan salam rindu anak saya kepadamu. Dirinya sangat merindukanmu"
Airin terkejut mendengarnya. Dirinya tak menyangka sosok di depannya dengan berani mengatakan anaknya sedang merindukannya. Airin hanya bisa tersenyum setelah mendengar perkataan dari Ira
"Anakmu, manusia kan?" tanya Aaron
Sosok itu mendengar pertanyaan dari Aaron merasa tersinggung dan langsung menatap tajam Aaron
"Tentu saja, dia adalah anak laki-laki saya paling tampan. Dirinya sudah menderita dan hal inilah yang bisa saya lakukan untuknya" ujarnya
Airin pun mengerti, dirinya menepuk pelan lengan dari sosok itu. Meskipun dirinya tak mengenal siapa anak dari sosok wanita itu, namun Airin merasa bahwa sepertinya dirinya dekat dengan anaknya.
"Baiklah, salam rindu dari putramu ku terima" ujar Airin
Sosok itu langsung tersenyum senang. Dirinya merasa senang karena berhasil menyampaikan salam rindu putranya titipkan padanya.
"Siapa nama putramu?" tanya Aaron
"Nio, nama putra saya adalah Nio"
Airin kembali terkejut. Nama yang tak asing untuk dirinya. Nio, adalah nama anak laki-laki yang hadir dalam mimpinya. Apa ini sebuah kebetulan, pikir Airin.
Aaron memperhatikan Airin yang sejak tadi diam. Dirinya tau bahwa kemungkinan besar Airin saat sedang memikirkan mimpinya tadi siang. Nama itu adalah nama yang sama dengan nama anak laki-laki yang ada di mimpinya.
"Hanya itu saja tujuan saya kemari. Saya pamit untuk pergi" ujar sosok itu
"Tunggu, tante." Airin mencegah sosok itu untuk pergi, "Tunggu sebentar, disini." Kemudian Airin berlari ke kamarnya. Tak lama, dirinya kembali dengan membawa sebuah bunga kertas yang dibawanya.
"Meskipun saya tak mengenal nama putra anda, mungkin ini bisa menjadi hadiah untuk putra anda. Anda bisakan menyampaikan bunga ini untuk putra anda?" Airin memberikan setangkai bunga kertas yang tadi sempat dia buat.
Ira yang melihat hadiah yang diberikan oleh Airin merasa senang. Dirinya merasa bahwa cinta putranya terbalas dan rasa rindu putranya akan terobati dengan bunga itu. Melihat bunga itu, membuat Ira terharu dan tak sadar bahwa dia meneteskan air mata.
"Bisa, saya bisa mengantarkannya. Terima kasih" ujarnya sambil mengambil bunga kertas yang diberikan Airin
"Terima kasih, gadis yang manis. Kalau begitu saya pergi dulu" ujarnya yang kemudian menghilang entah kemana
Airin yang melihat itupun tersenyum, dirinya merasa senang melihat kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya.
"Kau yakin sosok itu tidak akan membuat masalah?" tanya Aaron
"Tentu kak. Dia hanyalah sosok ibu yang begitu menyayangi anaknya"
"Kau yakin, bunga yang kau berikan tidak akan menjadi masalah?"
"Yakin. Malah mungkin dengan bunga itu bisa menjadi petunjuk untuknya bahwa dirinya masih diperhatikan ibunya"
Airin menatap langit malam yang terlihat indah hari ini. Aaron yang mendengar ucapan Airin pun mengangguk mengerti. Dirinya tau, bahwa saat ini Airin sedang merindukan mama, begitu juga dengannya
"Ya, semoga saja bunga itu bisa menjadi obat untuknya" ujar Aaron
"Airin, kau tidak ingin meminta kami untuk mengikuti sosok tadi?" tanya Syakir
"Tidak perlu, mungkin saja aku bisa bertemu dengannya suatu saat nanti. Tidak sekarang. Biarkan saja berjalan sesuai takdirnya" ujar Airin dengan tersenyum
Di lain sisi, Ira yang kembali ke kamar Rasya dengan membawa bunga pemberian Airin. Ira yang melihat Rasya tertidur di meja belajarnya merasa kasihan. Dirinya mengelus lembut kepala Rasya dengan sayang, kemudian mencium dahinya dengan lembut.
Setelah itu, dia meletakkan bunga pemberian Airin di meja belajar Rasya, tepat di samping figura foto miliknya dan Cherrie alias Airin, kemudian pergi menghilang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Sylvia Rosyta
lanjut
2025-03-19
0