"Sekarang kita harus kemana, nggak mungkin kan kita harus berenang?"
...****************...
Camelia mengingat akan sesuatu mengenai hutan terlarang dan isinya.
"Guys, gue baru inget. Bukankah Pak Yanto kemarin cerita tentang larangan saat kemah ya termasuk tempat yang nggak bisa kita kunjungi" ujarnya
"Iya. Lalu kenapa, mel?" tanya Anggi
"Lo inget kan, hutan terlarang ini dilarang dimasuki terutama Goa yang ada di hutan itu. Dan posisi kita sekarang ada di hutan terlarang dan otomatis goa yang kita masuki Goa Aura dong" jelas Camelia
"Kemungkinan besar sih, ini memang Goa Aura" ucap Rasya dengan cukup yakin
"Mau coba masuk ke danau itu nggak?" tawar Camelia. Semua orang cukup terkejut mendengar ucapan itu.
"Tidak, terima kasih atas tawarannya" Airin menolak dengan tegas tawaran Camelia
"Jangan serius atuh, gue cuma menawarkan. Lagian gue penasaran, apa yang dibilang Pak Yanto itu beneran apa bukan" ujar santai Camelia.
Aaron dan Airin saling pandang dan menghela nafas lelah. Rasya yang sejak tadi diam, hanya memandang ke arah danau. Danau yang memancarkan berbagai warna, terlihat indah.
"Hei, lihat ada gelang di simbol bintang itu. Boleh di ambil, nggak ya?" ujar Anggi sambil menunjuk dimana letak gelang itu.
"Boleh mungkin" Airin menjawab dengan ragu. Mendengar jawaban Airin, meskipun terdenga ragu Anggi dengan semangat mengambil gelang itu dan memakainya.
"Look, it's beautiful right?" tanya Anggi sambil menunjukkan gelang di tangannya setelah kembali mengambil gelang.
"Lo yakin mau bawa gelang itu?" tanya Rasya yang kurang yakin dengan keputusan Anggi
"Yap, lagian ini bagus banget. Sayang kalau dibiarkan disini" ujar Anggi
RAWRRR
Tiba-tiba terdengar suara geraman dari arah belakang mereka. Saat berbalik, terlihat sosok hitam seperti bayangan. Terlihat sangat menyeramkan.
"Kalian lihat apa yang kulihat kan?" tanya Camelia
"Kalau yang lo maksud bayangan hitam di depan gue ini, berarti iya gue lihat" ujar Riko yang secara spontan memegang tangan Rasya dan Aaron
"Apa makhluk itu muncul karena Anggi ambil gelang itu ya?" pikir Aaron. Kemudian melihat ke arah gelang yang dipakai Anggi dan pandangan makhluk yang di depannya. Tatapan makhluk itu tidak berhubungan dengan gelang, melainkan amarah seperti dendam.
"Oke, terus sekarang kita harus apa?" gumam Airin
Airin memperhatikan, apakah ada celah untuk mereka lari atau tidak. Saat memperhatikan, dirinya melihat banyak asap hitam yang berkeliaran di sekitar makhluk itu.
Loncat
Satu kata yang terlintas dan itu udahlah solusi untuk saat ini yang terpikirkan dalam pikiran masing-masing.
Secara serempak mereka ingin melompat ke danau, namun makhluk itu menghalangi seolah tidak membiarkan mereka untuk melompat ke danau.
Makhluk hitam itu mengibaskan ekornya untuk menghalangi mereka agar tidak masuk ke dalam danau. Namun, saat ekor itu tidak sengaja mengenai air danau makhluk itu langsung berteriak.
"Celah" pikir Rasya dan Aaron yang sedari tadi memperhatikan perilaku makhluk itu
Melihat makhluk itu tidak memberikan kesempatan, mau tidak mau mereka harus membuat rencana.
"Okay guys, kita masuk ke dalam danau satu per satu. Kalian bisa berenang semua kan?" tanya Rasya dan diangguki oleh yang lain sebagai jawaban
"Anggi, lo masuk dulu sama Meli jika ada kesempatan" ujar Rasya
"Kita harus bikin celah agar yang lain bisa masuk ke danau itu" ujar Aaron
Saat yang lain mencoba membuat makhluk itu lengah, Anggi dan Camelia masuk ke dalam danau. Saat akan menyusul, Riko akan terkena tibasan ekor makhluk itu namun dengan segera Airin menarik Riko hingga dirinya terbentur dinding goa.
"AWW" teriak Airin.
"Are you okay?" tanya Riko memastikan keadaan Airin. Dirinya merasa bersalah atas keadaan Airin saat ini.
"Hanya pening" ujar Airin mencoba menenangkan Riko
Aaron dan Rasya segera berlari ke tempat Airin. Airin yang melihat tatapan khawatir dari keduanya pun hanya mengisyaratkan bahwa dirinya baik-baik saja.
Namun, Aaron tidak percaya dengan jawaban adiknya. Dirinya mengecek tubuh adiknya, dan terlihat bahwa bagian belakang kepala adiknya ada darah.
"Dek" Aaron menunjukkan darah di tangannya
"Ron, lebih baik kita harus keluar dari sini agar Airin dapat perawatan" ujar Riko
Kemudian Rasya melemparkan sebuah batu ke arah makhluk itu agar mengalihkan pandangannya. Saat sudah teralihkan, mereka secara tergesa-gesa masuk ke dalam danau.
Saat mereka sudah berada di dalam danau, Rasya yang marah mencipratkan air danau ke arah makhluk itu, seketika langsung menghilang.
"Haa, kalau tau gini dari tadi saja kita cipratin ke makhluk itu" keluh Anggi
Setelah makhluk itu menghilang, seketika mereka merasa ada yang menarik kaki mereka.
"Uwahhh" teriak Airin diikuti teriakan yang lain
Saat di dalam danau, terlihat bahwa ada sulur tanaman yang menarik mereka untuk masuk ke dalam danau. Mereka berusaha membebaskan diri mereka, namun karena kekurangan oksigen membuat mereka akhirnya pingsan.
...****************...
Sesampainya mereka di dekat hutan terlarang, Pak Yanto membaca sebuah mantra yang sepertinya itu adalah mantra untuk izin memasuki hutan terlarang. Setelah selesai, mereka diizinkan Pak Yanto untuk masuk ke dalam hutan
"Pak, saya izin berpencar mencarinya" ujar Fauzan yang langsung pergi diikuti oleh Vigo dan Adit
"Permisi pak. Kami akan berpencar" Kalius pergi bersama Yudha, Yusuf dan para pengawalnya untuk mengikuti Fauzan dan Vigo
"Pak, apakah tidak masalah mereka berpencar seperti itu?" tanya Burhan yang melihat tetua adat hanya diam mengijinkan
"Mereka akan baik-baik saja, apalagi ada pelindung yang selalu melindunginya" jelas Yanto yang langsung pergi
Fauzan, Vigo, Kalius, Yudha, Yusuf dan Adit serta pengawalnya membentuk 2 kelompik untuk mencari keberadaan Airin dan Aaron. Fauzan, Vigo, Kalius dan Adit satu kelompok dan Yudha serta Yusuf bersama pengawalnya dalam satu kelompok. Selama pencarian mereka fokus dan terus memanggil nama Airin dan Aaron secara bergantian. Bahkan Fauzan sampai mengaktifkan mata batinnya agar bisa berkomunikasi dengan makhluk penjaga hutan. Setelah mereka mengetahui tempat dimana Airin dan Aaron berada berkat Fauzan bertanya ke salah satu makhluk baik di dalam hutan, mereka langsung berlari ke tempat dimana mereka berada.
"Pa, papa yakin mereka ada di goa ini?" tanya Kalius yang melihat keadaan goa
"Sepertinya, mereka memang ada di goa ini" ujar Fauzan yang langsung masuk ke dalam goa, diikuti Vigo
"Adit, kamu hubungi guru sekolah Airin dan beritahu posisi kita saat ini. Dan kamu jaga disini agar para guru tau posisi kita, mengerti?" perintah Kalius
"Mengerti, Pa" jawab Adit. Kalius segera menyusul Fauzan dan Vigo
Adit yang berjaga di depan, segera melaksanakan perintah dari papa nya. Kemudian dirinya pun menghubungi Pakdenya untuk segera menyusul ke posisi mereka saat ini.
Tak lama kemudian Yudha, Yusuf dan para pengawal datang. Adit yang melihat kehadiran Yudha dan Yusuf langsung melambaikan tangannya agar mereka dapat mengetahui posisinya saat ini.
"Dimana papa dan kakekmu, dit?" tanya Yudha
"Mereka berada di dalam, kita tunggu saja pakde" ujar Adit
Mereka menunggu kabar dari Fauzan, Vigo dan juga Kalius. Saat menunggu, tak lama datanglah kelompok dari warga desa dan para guru datang.
"Bagaimana pak, apakah sudah ketemu" tanya Pak Andi
"Masih dicari oleh ayah dan ipar saya pak, lebih baik kita tunggu disini" ujar Yusuf
"Kenapa harus di goa ini?" gumam Pak Yanto. Yudha yang mendengar gumaman dari Pak Yanto pun bertanya, "Ada apa dengan goa ini pak?"
Yanto terdiam. Dirinya bingung harus menjawab apa, sedangkan yang lain penasaran dengan jawaban dari Pak Yanto.
Sebelum menjawab, Pak Yanto menarik nafas. "Goa Aura adalah nama goa ini. Goa ini adalah tempat bertapa dan tempat berkumpulnya makhluk penghuni hutan ini, sehingga goa ini cukup berbahaya. Semoga saja mereka baik-baik saja" jelas Pak Yanto
Semua yang mendengar penjelasan Pak Yanto pun harap-harap cemas. Mereka hanya bisa berdoa, mendoakan bahwa mereka yang ada di dalam baik-baik saja.
Tak lama terlihat Fauzan, Vigo dan Kalius keluar dengan menggendong seseorang. Yusuf yang melihat itu, langsung bersiap dan menyiapkan tandu serta alat medis lainnya.
"Pa, kenapa hanya 3, mana 3 anak lainnya" tanya Yudha
"Masih ada di dalam, ini papa akan masuk kembali". Sebelum masuk, Fauzan berbalik " Siapkan tandu dan hubungi ambulan" Kemudian berlari kembali masuk ke dalam goa
Para warga dan guru membantu memeriksa keadaan Airin, Aaron dan Rasya. Melihat kondisi mereka, Yanto menduga bahwa mereka masuk ke dalam Danau Aura. Kemudian, Yanto segera mengambil air dan memberikan doa-doa kepada air itu.
Yusuf memeriksa kalut melihat Airin yang begitu dingin, dan melihat luka di kepalanya yang mengeluarkan banyak darah.
"Adit, ambilkan kain bersih di tas milik pakde. Cepat" perintah Yusuf. Adit yang mendengar itu segera melaksanakan perintahnya. Dirinya khawatir melihat keadaan kedua adiknya, apalagi melihat darah dari kepala Airin. Setelah mendapatkan kainnya, Adit segera memberikan kain itu ke Yusuf, "Ini Pakde kainnya".
Tak lama Fauzan, Vigo dan Kalius keluar dengan menggendong ketiga anak yang tertinggal. Melihat bahwa ada korban lagi, Yusuf segera meminta Adit untuk menekan kepala Airin yang cedera. Kemudian, dirinya segera memeriksa keadaan dari Camelia, Anggi dan Riko.
Pak Yanto segera menghampiri Rasya dan mengusapkan kepala menggunakan air yang sudah dia beri doa. Seketika pucatnya berubah menjadi lebih cerah. Melihat itu, Pak Yanto bernafas lega. Kemudian dia langsung ke arah anak yang lainnya, dan kondisi mereka pun ikut membaik.
" Mereka baik-baik saja, hanya terlalu banyak menelan air. Yang terluka cukup parah hanya Airin" ujar Yusuf yang selesai memeriksa kondisi anak-anak itu
"Sebaiknya kita segera kembali dan membawa mereka semua ke rumah sakit" ujar Vigo yang disetujui oleh yang lain
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments