Di rumah sakit, semua orang menunggu hasil pemeriksaan dari para dokter. Pak Andi, Pak Tio selaku perwakilan sekolah menemani mereka di rumah sakit.
"Bagaimana dok keadaan murid saya" tanya Pak Tio setelah melihat seorang dokter keluar dari ruang UGD
"Semuanya baik-baik saja dan penanganan awalnya juga baik. Hanya saja untuk pasien bernama Airin cukup parah. Darah yang keluar cukup banyak, sehingga harus transfusi darah. Apakah ada golongan darah yang sama dengan pasien yang bernama Airin?" tanya dokter sambil melihat orang-orang di sana
"Saya dokter, saya ayahnya" ujar Kalius
"Baiklah pak, anda bisa ikut dengan saya" Kalius pun segera mengikuti dokter ke ruangan transfusi darah
Semua orang yang ada cukup bisa bernafas lega karena Rasya dan yang lainnya tidak mengalami luka yang serius. Dan sekarang mereka berdoa semoga kondisi Airin baik-baik saja.
****************
Di alam bawah sadar POV
Rasya, Airin, Aaron, Camelia, Anggi dan Riko sedang di sebuah tempat yang indah dengan berbagai bunga dan hewan.
"Tempat apa ini?" tanya Camelia yang terheran-heran melihat tempatnya saat ini
"Tempat ini bagus, cantik pula" ujar Airin yang mengagumi keindahan alam yang dilihatnya
"Apakah ini surga?" tanya Riko
"Jika ini surga, apakah kita sudah..." Anggi tidak berani melanjutkan kalimatnya sendiri
"Mungkin" ujar Rasya. Airin yang mendengar itu langsung melihat ke arah Rasya
"Mengapa Rasya malah terlihat senang saat kemungkinan besar kita sudah meninggal sedangkan yang lain pasti sedih" batin Airin setelah melihat senyum Rasya yang terlihat bahagia sedangkan yang lainnya terlihat termenung dan sedih.
"Kalian belum meninggal, ini hanyalah alam bawah sadar kalian" ujar seseorang yang tiba-tiba saja berada di depan kalian
"Anda siapa?" tanya Rasya yang secara spontan menarik Airin ke belakang dirinya
Airin yang diperlakukan seperti itu terkejut. Dirinya tak menyangka Rasya akan menarik dirinya.
"Kalian tenang saja, saya disini hanya akan menemani kalian hingga keadaan pulih dan bisa kembali ke raga kalian" ujar orang itu
"Tapi bisakah anda memperkenalkan diri terlebih dahulu" ujar Aaron
"Saya hanyalah seorang penjaga. Penjaga kalian" ujar orang itu
"Lalu kenapa kami ada disini?" tanya Riko
"Kalian disini karena saya yang memanggil kalian. Saya disini ingin memberitahu kalian mengenai takdir yang harus kalian jalani setelah ini" ujar orang itu
"Kalian adalah anak terpilih yang harus mengemban tugas membasmi kegelapan. Kekuatan yang kalian miliki harus digunakan hanya untuk kebaikan. Dan itu hal yang harus kalian ingat" lanjutnya
Mereka kebingungan dengan maksud perkataan dari orang itu. Tak lama kemudian, cahaya melingkupi diri mereka dan seolah-olah cahaya itu masuk ke dalam tubuh mereka.
"Anugerah kekuatan kalian telah diberikan. Jaga kekuatan kalian, jangan sampai kekuatan putih berubah menjadi hitam" ujar orang itu
Secara tiba-tiba terjadi gempa, tanah yang mereka pijak bergetar. "Sudah saatnya kalian kembali, kembalilah kalian" ujarnya kemudian menghilang entah kemana.
"Lah, tiba-tiba hilang. Enak banget ngomong kembali, kita aja nggak tau cara kita masuk kesini gimana mau keluar" kesal Camelia
"Eh, kenapa ini" ujar Anggi. Tubuh mereka terasa tertarik secara tiba-tiba.
****************
Jari-jari seseorang bergerak, menandakan seseorang terbangun dari tidurnya. Pak Tio yang sedang menunggu para muridnya bangun pun melihat, jari-jari milik Riko, Anggi, Camelia dan Rasya bergerak segera mencari dokter untuk memeriksa keadaan mereka.
"Tenang pak, mereka sudah baik-baik saja. Tidak ada komplikasi pada mereka" jelas dokter.
Pak Tio dan Pak Andi yang mendengar hal itu merasa lega dan segera mengucapkan terima kasih. Setelah dokter pergi, Pak Andi segera menghubungi para guru yang lain dan mengabarkan keadaan saat ini.
Terdengar lenguhan seseorang membuat Pak Tio yang sedari tadi memperhatikan mereka segera berdiri dan menghampiri tempat tidur mereka. Tak lama, secara bergantian Rasya, Anggi, Camelia dan Riko bangun dari tidurnya. Hal itu membuat Pak Tio merasa lega.
"Kalian baik-baik saja? Ada yang terasa sakit?" tanya Pak Tio sambil melihat keadaan mereka secara bergiliran
Pak Andi yang baru saja masuk kembali segera berjalan ke tempat tidur Rasya dan yang lainnya. "Kalian baik-baik saja?" tanya Pak Andi.
Rasya dan yang lainnya hanya mampu menjawab dengan gelengan kepala. Pak Tio dan Pak Andi merasa lega melihat bahwa semuanya baik-baik saja.
"Pak, gimana sama Airin dan Aaron?" tanya Rasya dengan lirih
Pak Tio dan Pak Andi saling pandang setelah mendengar pertanyaan Rasya. Mereka bingung harus menjawab apa.
"Itu Aaron... " tunjuk Pak Andi, "Dia belum sadar"
"Kalau Airin, dia masih harus dirawat secara intensif" jelas Pak Andi
Rasya yang mendengar itu menjadi terdiam. Begitu juga dengan yang lainnya. Riko merasa bersalah, karena menyelamatkannya membuat Airin belum bangun hingga sekarang.
Uhhh
Terdengar lenguhan seseorang, menandakan seseorang sadar dari tidurnya. Aaron, Aaron lah yang terbangun. Pak Tio segera menghampiri Aaron dan menanyakan keadaannya. Setelah melihat bahwa tidak ada komplikasi apapun pada Aaron membuatnya merasa lega. Pak Andi pun segera menghubungi keluarga Aaron dan mengabarkan bahwa Aaron telah sadar.
Tak lama seseorang masuk, terlihat Kalius dan Yusuf datang melihat Aaron.
"Nak, kau baik-baik saja" tanya Kalius
"Papa, tenang saja. Aaron baik-baik saja" Aaron menjawab dengan pelan. Yusuf pun segera mengecek keadaan Aaron. Aaron yang sudah bangun merasa aneh, dirinya tak melihat Airin
"Pa, Airin dimana? Kenapa Aaron tidak melihat Airin sejak tadi?" Aaron melihat sekitar, dirinya hanya melihat Rasya, Anggi, Camelia dan Riko tetapi tak melihat Airin. Kalius bingung menjawab pertanyaan Aaron, dirinya langsung melihat ke arah Yusuf untuk meminta bantuan.
"Airin baik-baik saja, kamu tenang ya. Lebih baik sekarang kamu istirahat agar bisa cepat keluar, mengerti?" ujar Yusuf
Aaron pun mengangguk mengiyakan, kemudian dirinya tertidur.
Kalius yang melihat itu segera meminta penjelasan dari Yusuf. Yusuf yang melihat isyarat itu pun berkata, "Tenang saja, aku hanya memberikan obat bius agar dia tenang" . Kalius mengangguk mengerti.
"Sekarang aku kembali ke Airin, aku harus mengecek keadaan dia" ujar Yusuf
"Baiklah, tolong jaga Airin ya. Aku harus disini dulu untuk menjaga Aaron" ujar Kalius sambil menatap Aaron yang tidur
"Aku mengerti, kalau begitu aku balik dulu ke ruang Airin" ujar Yusuf. Kalius pun mengangguk mengerti. Kemudian Yusuf keluar dan segera pergi ke ruangan Airin.
Rasya yang terbangun dari tidurnya, melihat ayah dari Aaron sedang duduk menjaga pun segera menghampirinya
"Om, boleh Rasya bertanya soal keadaan Airin?" tanya Rasya
Kalius yang sedang melamun merasa terkejut dengan kehadiran Rasya.
"Astaghfirullah, kenapa kamu mengagetkan saya" ujar Kalius
"Maaf om kalau saya mengagetkan om. Saya hanya ingin bertanya terkait keadaan Airin saja om" ujar Rasya
"Ahh... Airin ya..." Kalius bingung harus mengatakan apa, dirinya memandang ke arah pemuda yang sepertinya sangat memperhatikan putrinya, Airin. "Airin baik-baik saja, hanya saja dia belum sadar" ujar Kalius
Rasya yang merasa ada yang ditutupi oleh ayah dari si kembar pun hanya terdiam. Dirinya tidak memiliki hak untuk mencecar pertanyaan terkait keadaan Airin.
Kalius tau bahwa pemuda yang ada dihadapannya ini tidak percaya dengan perkataannya. Namun dirinya tidak ingin, pemuda ini merasa khawatir dan menganggu proses kesembuhannya sendiri.
"Syukurlah jika Airin baik-baik saja. Kalau begitu, saya kembali ke tempat tidur saya om. permisi" Rasya pun pergi ke arah tempat tidurnya
"Tenang saja, anak om akan baik-baik saja dan kembali ke sekolah dengan ceria. Nanti kamu bisa melihat sendiri ke ruangan Airin jika kamu sudah sehat" ujar Kalius. Dirinya tak tega melihat raut wajah sedih milik Rasya.
Rasya tidak menjawab melainkan hanya mengangguk saja, dan mengucapkan terima kasih.
...****************...
Pagi ini terasa sunyi. Di ruang rawat Airin, terasa hening karena pemilik kamar masih menutup matanya. Anggota keluarga dari Altezza maupun Sanjaya hanya menatap diam ke arah Airin yang masih tertidur.
Tok... Tok....
Ceklek
"Pa, aku membawa makanan untuk semuanya" ujar Salsa, sepupu Airin yang baru saja datang
"Terima kasih, nak. Oh iya, boleh ayah minta tolong untuk mengantarkan makanan ke om kamu di ruang rawat Aaron.
"Baik, yah. Salsa ke ruangan Aaron dulu" Kemudian pergi mengantarkan makanan milik Kalius.
Ehmmm....
Terdengar suara lenguhan dari Airin. Semua yang menjaga Airin segera menghampiri tempat tidur Airin dan menghubungi dokter jaga.
Terbukalah mata cantik yang sudah satu malam menutup mata. Airin yang baru saja terbangun, melihat bahwa semua orang sedang melihatnya. Tiba-tiba terasa sakit di kepalanya membuat Airin berteriak kesakitan
"Aahhhhh... Sakit" Airin berteriak dengan keras. Sakit di kepalanya membuatnya kesakitan.
Semua orang yang mendengar itu menjadi panik. Yusuf pun segera mengecek keadaan Airin yang terus berteriak kesakitan.
Tak lama dokter datang untuk melihat keadaan Airin. Melihat Airin kesakitan, dokter itu segera memberikan obat penenang agar Airin merasa lebih baik.
"Dokter, kenapa dengan cucu saya" tanya Fauzan. Dirinya merasa khawatir apalagi melihat Airin berteriak kesakitan.
"Sepertinya itu akibat dari cedera di kepalanya. Maaf sebelumnya, apakah nona pernah kecelakaan dan mengalami cedera di kepalanya?"
"Pernah, tapi waktu kecil. Apakah karena itu dia kesakitan? tanya Yudha
" Kemungkinan besar seperti, namun kami akan mengecek keadaan nona Airin secara berkala, Saya permisi terlebih dahulu"
"Mengala tidak bilang kalau Airin terluka parah hingga seperi ini".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments