"Anita, bagaimana? Apakah sudah ketemu?" ujar seseorang yang baru saja datang
Mendengar suara yang dikenalnya, Anita segera membalikkan badannya. Terlihat Arjuna Fauzan Altezza, kakek Airin dan Aaron dari pihak ibu mereka. Fauzan adalah sosok laki-laki yang gagah, tegas dan berwibawa. Seorang mantan anggota TNI AD dengan pangkat Mayor Jendral. Meskipun terlihat tegas, Fauzan dikenal sebagai sosok yang ramah dan penyayang terutama kepada cucunya.
"Tuan Fauzan, maaf saya tidak bisa menjaga nona Airin dan tuan Aaron" ujar Anita dengan lirih. Dirinya merasa bersalah karena tidak bisa menjaga amanat yang telah diberikan
Semua orang terkejut melihat kakek dari Airin dan Aaron datang dengan begitu cepatnya ke area perkemahan mereka. Mereka merasa tertekan dengan aura yang dikeluarkan oleh Fauzan saat ini.
"Pasti sesuatu telah terjadi kan, Anita. Bisa kau ceritakan?" pinta Fauzan. Dirinya ingin tau, mengapa kedua cucu tersayangnya itu nekat untuk masuk ke dalam hutan.
Anita pun menjelaskan mulai dari Aaron yang meminta alat GPS dan perekam untuk mengintai penebang liar yang dilihatnya, kemudian Airin yang mendengar percakapan yang mengatakan akan mempermainkan teman-temannya di hutan. Dan lokasi kedua kejadian itu sama, yaitu hutan terlarang.
"GPS yang di minta Aaron, apakah berfungsi?" tanya Fauzan dengan tenang namun tatapan tajamnya menatap anak-anak yang melakukan kejahatan yang membuat cucunya menjadi terseret.
T4 dan Beauty Bee yang ditatap tajam oleh kakek Airin dan Aaron merasa takut. Fauzan yang tau bahwa anak-anak itu merasa takut padanya, namun dirinya tak peduli dengan hal itu. Tidak hanya T4 dan Beauty Bee saja, para guru dan siswa yang lain juga ikut merasa talut dengan aura yang dikeluarkan oleh Fauzan.
"Kau sudah menghubungi Sanjaya?" tanya Fauzan
"Suda, tuan. Tuan Vigo, Tuan Kalius dan Tuan Muda Adit akan segera datang kemari, tuan" jelas Anita
"Baiklah kalau begitu...." Kemudian Fauzan melihat kearah para guru yang sedang memandangnya dan menghampiri para guru tersebut
"Apakah ada yang bisa mengantarkan saya ke hutan, dimana cucu-cucu saya menghilang?" tanya Fauzan dengan dingin
"Lebih baik kita menunggu kehadiran kepala desa dan tetua kampung, pak. Kami sudah menghubungi mereka dan melaporkan kejadian ini pak" ujar Pak Tio
"Baiklah, jika seperti itu..." Fauzan segera melihat ke arah Anita kembali, "Anita, lihat pelacak yang ada pada Airin maupun Aaron" ujarnya dengan tegas
"Yudha, kerahkan beberapa pengawal kesini agar cucuku cepat ditemukan. Yusuf, kau bawa siapkan peralatan medis untuk bersiap" perintah Fauzan
"Siap, pa" ujar Yudha dan Yusuf bersamaan
...****************...
Setelah menunggu cukup lama, Kepala desa dan tetua adat serta dengan beberapa warga datang ke area perkemahan bersamaan dengan anggota keluarga Sanjaya.
"Fauzan, bagaimana? Apakah si kembar sudah ketemu?" tanya Vigo. Astariel Vigo Sanjaya, kakek si kembar dari pihak ayah. Vigo adalah seorang pengusaha dengan berbagai usaha yang dijalankannya. Dirinya memiliki 2 perusahaan besar dengan banyak cabang yang bergerak di bidang properti. Selain itu, mempunyai 1 perusahaan besar yang bergerak di bidang makanan ringan, 3 perusahaan besar yang bergerak di bidang kesehatan yaitu pembuatan obat dan alat medis lainnya.
"Belum, pencarian dimulai dengan bantuan tetua ada ini. Dan aku harus menghormati itu" ujar Fauzan
"Ayah, bagaimana ini bisa terjadi? Mengapa Airin dan Aaron bisa hilang" lirih Kalius. Edward Kalius Sanjaya, putra tunggal dari Vigo Sanjaya serta ayah dari Airin, Aaron dan Adit. Seorang CEO dari perusahaan KA4 yang bergerak di bidang properti.
"Tenang saja, Kalius. Kau tau anakmu bagaimana bukan, jika ada yang kesusahan pasti dia akan membantu..." Fauzan kemudian melirik ke arah T4 dan Beauty Bee yang sedang duduk berleha-leha
"...Hanya karena sekelompok orang tidak percaya larangan yang sudah dibuat oleh tetua adat desa ini dan ingin menantang mitos yang ada membuat tantangan yang merugikan seseorang. Ahh lebih tepatnya banyak orang" ujar Fauzan dengan amarah
Kalius melihat kearah pandang Fauzan dan nampaklah segerombolan anak-anak yang seusia anaknya duduk berleha, tidak ada taut panik kehilangan temannya. Seketika Kalius mengerti bahwa karena merekalah anaknya menghilang. Adit yang sejak tadi diam pun ikut melihat ke arah pandang eyangnya, dirinya merasa marah melihat segerombolan anak yang seusia adiknya duduk tenang, sedangkan adiknya entah ada dimana sekarang.
"Adit jangan gegabah, kita urus mereka nanti" ujar Vigo yang tau apa yang akan dilakukan oleh cucu tertuanya
"Baik, opa" Adit hanya bisa menelan amarahnya mentah-mentah dan mencoba tenang agar bisa mencari adiknya dengan fokus
"Bagaimana pak, kita bisa mencari siswa yang hilang sekarang kan?" tanya Fauzan kepada tetua ada desa
"Bisa pak, mari kami bantu bapak dan ibu sekalian. Saya akan bukakan pintu yang aman masuk ke dalam hutan terlarang. Atau Pak Fauzan langsung masuk dengan harimau milik bapak juga tak masalah" jelas Pak Yanto sambil tersenyum
"Bapak bisa melihat penjaga keluarga saya?" tanya Fauzan yang terkejut bahwa tetua adat desa ini bisa melihat penjaga milik keluarganya
"Bisa pak. Dan pak, cucu anda pasti baik-baik saja. Apalagi penjaga mereka pasti menjaga mereka dengan baik" ujar Pak Yanto yang kemudian pergi ke arah Pak Burhan dan Pak Tio
Fauzan langsung memperhatikan Pak Yanto dengan seksama begitu pula dengan Vigo.
"Dia bukan orang sembarangan rupanya, karena dia bisa melihat penjaga milikmu" ujar Vigo dan diangguki oleh Fauzan
"Baiklah, mari kita mencari anak yang hilang itu, mari pak" ujar Pak Yanto yang memimpin jalan
"Anita, kau jaga disini. Pantau pergerakan dan hasil rekaman alat yang dibawa Aaron, kau mengerti?" ujar Fauzan
"Baik, tuan" ujar Anita yang kemudian pergi ke arah tendanya untuk melihat rekaman serta letak titik alat GPS berada
Fauzan yang melihat Anita berlalu pergi, dirinya langsung memandang ke depan dengan tegas, " Mari kita cari Airin dan Aaron" kemudian berjalan mengikuti Pak Yanto dan yang lainnya.
...****************...
"Kak, sampai kapan kita diam disini?" tanya Airin yang sudah merasa aneh dengan gua ini
"Kakak tidak tau, karena jika kita keluar takutnya ternyata mereka masih diluar" jelas Aaron
"Apa kita coba cari jalan keluar yang lain. Maksudku, gua kan punya jalan keluar tidak hanya satu, pasti ada ujung yang lain" ujar Camelia
"Meli, kau yakin mau masuk lebih dalam ke gua ini. Kau tidak lupakan, nama gua ini apa dan larangannya" ujar Anggi.
"Kita masuk ke hutan terlarang saja sudah melanggar aturan, ya udah trabas aja masuk goa ini" ujar Riko yang langsung berdiri dan berjalan masuk ke goa
"Ayo teman-teman" ajak Riko. Semuanya saling pandang melihat keberanian Riko yang sedang membara
"Yakin, kak?" Airin merasa ragu untuk masuk semakin ke dalam goa yang mereka tempati saat ini
"Mau tidak mau, kita harus masuk dek" Aaron segera menyusul Riko untuk masuk ke dalam. Airin melihat ke arah Rasya, Rasya yang merasa di perhatian pun melihat ke arah Airin. Melihat raut ragu tercetak jelas di wajah Airin, Rasya langsung mengangguk meyakinkan bahwa di dalam tidak akan terjadi apapun.
Airin yang melihat teman-temannya masuk ke dalam goa, mau tidak mau dirinya lun mengikuti.
Semakin ke dalam, goa ini terasa sangat suram. Airin yang merasa bahwa goa ini memiliki aura yang negatif pun membuatnya lemah. Rasya yang sejak tadi memperhatikan Airin pun segera menghampirinya.
"Airin, are you okay?" tanya Rasya yang melihat wajah pucat hadir kembali di wajah Airin
Airin yang merasa tak ada tenaga lun hanya bisa menggelengkan kepalanya. Rasya yang merasa aneh dengan keadaan Airin pun segera memegang tangan milik Airin. Dingin, itulah yang dirasakan Rasya. Rasya yang merasakan dingin pun langsung memanggil Aaron.
"Aaron... sini nggak lu" teriak Rasya
"Apaan sih..." Kemudian Aaron melihat wajah pucat adiknya pun segera mengetahui apa yang terjadi. dirinya langsung memegang tangan Airin "Astaghfirullah, Arin".
" Kita harus ke belokan yang mana, ada dua nih" ujar Riko yang memperhatikan jalan di depan mereka saat ini.
"Kanan, mungkin" ragu Camelia
"Kiri juga kelihatan meyakinkan" usul Anggi juga
"Gimana, udah baikan?" tanya Aaron
"Udah kak" ujar Airin sambil memperhatikan sekitar
"Kak, kakak tidak merasakan sesuatu" ujar Airin
"Tidak, memang ada apa?" Aaron melihat wajah kebingungan adiknya pun penasaran dan dengan segera dia mengaktifkan mata batin miliknya.
Airin tidak menjawab pertanyaan Aaron, dirinya pun bertanya ke yang lain dan jawaban semua orang sama, mereka tidak merasakan apapun.
"Arin, kakak tidak merasakan apapun, bahkan dengan mata batin kakak pun tidak ada apa-apa, rin" ujar Aaron setelah memeriksa sekitar dengan mata batinnya
Airin diam, dirinya melihat struktur dinding dalam goa. Secara tak sengaja dirinya melihat sebuah lukisan dalam goa yang menggambarkan sebuah peperangan. Di sebelah kiri seperti menggambarkan kehidupan seseorang dan yang kanan menggambarkan peperangan dimana terdapat 6 anak yang melawan seseorang yang terlihat seperti ratu.
Semua orang memperhatikan apa yang di lihat oleh Airin. Mereka takjub dengan lukisan dalam goa tersebut
"Kenapa kita baru sadar ada gambar di dinding ini" ujar Riko yamg diangguki Camelia dan Anggi.
"Kanan, kita ke arah kanan. Disana ada hawa positif kak" ujar Airin setelah melihat-lihat lukisan dinding goa
Aaron yang mendengar ucapan adiknya oun segera memeriksa ulang. "Kau benar, rin. Disana hawa positifnya lebih banyak"
Kemudian semua orang berjalan ke arah kanan. Mereka masih saja terus melihat lukisan dinding yang seperti menceritakan peperangan yang menakjubkan. Sesampainya, mereka melihat sebuah danau. Danau yang memancarkan warna yang berkilau. Di setiap dinding yang mengitari danau terdapat simbol matahari, bulan purnama, bulan sabit yang saling berhadapan, bintang dan petir.
"Simbol itu?" tunjuk Airin. Dirinya mengenal salah satu simbol, karena simbol itu adalah tanda lahir dirinya
Yang lain langsung memperhatikan arah tunjuk Airin, mereka merasa terkejut dengan simbol yang mereka lihat
"Bukankah itu simbol tanda lahir milik kita, rin" ujar Aaron dan Airin mengangguk menyetujui
"Tanda lahir kalian?" Riko terkejut mendengar ucapan Aaron
"Iya, aku dan kakak punya tanda lahir bulan sabit di lengan kanan kami, hanya berbeda arah saja sehingga jika di satukan seperti gambar dinding itu" ujar Airin sambil menunjuk simbol yang sama dengan tanda lahirnya
"Sebuah kebetulan, gue juga punya tanda lahir dan secara kebetulan juga ada di gambar dinding itu. Petir, itu adalah tanda lahir gue" ujar Riko
Semua orang yang di sana terkejut dengan informasi itu, "Berarti secara nggak langsung itu gambar yang sama dengan tanda lahir kita. Sebuah kebetulan yang mengerikan" ujar Camelia
"Kita?. Jangan bilang Rasya dan Anggi juga" tanya Riko dan itu diangguki mereka sambil menunjuk tanda lahir mereka yang ada di dinding goa
"Sekarang kita harus kemana, nggak mungkin kan kita harus berenang?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments