Bangkit dari Luka

Ibu Ryan mendadak harus pergi untuk urusan mendesak, Elma menawarkan diri untuk tinggal dan merawatnya.  Elma berdiri di dekat jendela kamar Ryan, ponselnya terpegang erat di tangan. Ia menghubungi orang tuanya dengan suara yang sedikit bergetar.

“Assalamualaikum, Ibu, Ayah,” Elma memulai, suara lembut tetapi penuh tekad. “Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan. Saya menemukan Ryan terluka parah tadi malam, dan saya ingin tinggal bersamanya sampai ia pulih sepenuhnya.”

Suara Ibu di ujung telepon terdengar sedikit terkejut, namun penuh perhatian. “Waalaikumsalam, Nak. Kamu yakin bisa menangani ini?”

“Aku akan tetap menjaga tanggung jawab di rumah dan sekolah, Ibu. Aku hanya ingin memastikan Ryan mendapatkan perawatan terbaik hingga ia benar-benar pulih,” Elma menjelaskan dengan mantap.

Ayahnya kemudian bergabung dalam pembicaraan. “Elma, kamu tahu ini bukan keputusan yang mudah. Tapi kami percaya padamu, selama kamu tidak mengabaikan kewajibanmu yang lain.”

“Terima kasih, Ayah,” Elma menjawab dengan suara lembut. “Saya tidak akan melewatkan tanggung jawab. Saya hanya ingin membantu Ryan sekarang, dan saya tahu kalian mendukung saya.”

Setelah beberapa detik, suara Ayah terdengar lembut di ujung telepon. “Jaga dirimu, Nak. Kami percaya kamu akan melakukan yang terbaik.”

“Terima kasih, Ayah, Ibu. Saya akan menjaga semuanya dengan baik.” Elma menutup teleponnya dengan hati yang tenang. Ia kembali ke sisi Ryan, keyakinannya semakin kuat untuk membantunya sembuh sepenuhnya. Setelah meminta izin dari orang tuanya, ia memutuskan untuk tetap di sisi Ryan sampai ia pulih.

Cahaya pagi perlahan merembes melalui jendela kamar Ryan, menyentuh wajahnya yang pucat. Tubuhnya terbungkus perban, dan napasnya masih berat, mencerminkan perjuangan yang baru saja ia lewati. Luka-luka di tubuhnya belum sepenuhnya sembuh, meskipun Elma telah berusaha melakukan yang terbaik dengan bantuan lentera cahayanya.

Di sisi tempat tidur, Elma duduk dengan cemas. Matanya tidak pernah lepas dari Ryan yang masih tidak sadarkan diri. Malam sebelumnya adalah malam yang panjang, penuh dengan kekhawatiran dan ketegangan.

Elma akhirnya terlelap dalam posisinya yang duduk di kursi kecil di samping tempat tidur Ryan. Kepalanya tertunduk lembut di atas tangan yang bersandar pada lututnya. Wajahnya terlihat lelah, tetapi penuh tekad. Cahaya lentera yang setia bersinar lembut di dekatnya, membantu menyembuhkan luka-luka Ryan dengan perlahan.

Sore itu, ketika Ryan akhirnya membuka matanya, ia menatap langit-langit kamar yang tak asing baginya. Ingatannya samar, tetapi rasa sakit di tubuhnya mengingatkan pada apa yang telah terjadi. Ia mencoba duduk, tetapi tubuhnya terlalu lemah.

“Ryan!” suara Elma memecah keheningan. Ia segera mendekat, membantunya bersandar. “Jangan terlalu memaksakan diri. Kau belum sepenuhnya sembuh.”

Ryan menatap Elma, matanya penuh kebingungan. “Bagaimana aku bisa sampai di sini?” tanyanya pelan.

Elma tersenyum tipis, tetapi ada kekhawatiran yang jelas di matanya. “Aku menemukanmu di taman tadi malam. Kau terluka parah, Ryan. Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu, tapi aku... aku takut kau tidak akan selamat.”

Ryan terdiam, memutar kembali ingatan tentang dimensi bayangan dan pertarungannya melawan kegelapan dirinya sendiri. Ia tidak ingin Elma tahu terlalu banyak. “Aku hanya... terjatuh saat latihan,” jawabnya singkat, meskipun jelas ada sesuatu yang ia sembunyikan.

Elma menatapnya curiga, tetapi ia tidak memaksa. “Yang penting sekarang adalah kau beristirahat. Aku akan memastikan kau pulih sebelum minggu depan.”

Malam itu, suasana di kamar Ryan terasa sunyi, hanya diiringi suara napasnya yang berat. Elma duduk di sisi tempat tidur, membersihkan luka di lengan Ryan dengan hati-hati. Tangannya gemetar sedikit, bukan karena takut, tetapi karena rasa bersalah yang terus menghantui pikirannya.

“Maafkan aku, Ryan,” bisik Elma tanpa sadar. “Kalau saja aku lebih kuat, mungkin aku bisa mencegah ini terjadi.”

Ryan membuka matanya perlahan, mendengar suara itu. “Bukan salahmu, Elma,” katanya pelan. “Aku yang memilih jalan ini. Aku tahu risikonya.”

Elma berhenti sejenak, menatap Ryan dengan mata yang penuh rasa peduli. “Tapi aku tidak ingin kau terluka seperti ini lagi. Aku tidak tahu apa yang kau hadapi, tapi aku ingin ada di sisimu. Aku ingin membantumu, Ryan.”

Ryan tersenyum lemah. “Kau sudah membantuku lebih dari cukup. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kalau kau tidak menemukanku tadi malam.”

Elma terdiam, merasa jantungnya berdebar. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa sukanya lebih lama. “Ryan, kau tahu...” Elma menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian. “Aku... aku peduli padamu lebih dari sekadar teman. Aku takut kehilanganmu.”

Ryan terkejut mendengar kata-kata itu. Ia menatap Elma, mencari kata-kata yang tepat, tetapi tubuhnya terlalu lemah untuk merespons dengan jelas. “Elma, aku...” kata-katanya terputus, dan ia kembali terbaring lemah. Elma mengerti bahwa ini bukan waktu untuk membahas perasaannya lebih jauh.

Ia menggenggam tangan Ryan dengan lembut, berusaha menyalurkan ketenangan. Lentera di dekatnya bersinar lembut, tetapi cahaya itu mulai goyah. Elma menyadari bahwa ia belum cukup kuat untuk menggunakan kekuatan penyembuhannya dengan maksimal. Rasa frustrasi mulai menyelimuti dirinya, tetapi ia tidak membiarkan itu menghentikannya.

“Aku akan mencoba lagi,” gumam Elma pada dirinya sendiri. Ia menutup matanya, memusatkan pikirannya pada lentera di tangannya. Cahaya lentera perlahan memancar lebih terang, menyelimuti tubuh Ryan. Beberapa luka mulai terlihat memudar, tetapi tenaga Elma juga terkuras dengan cepat. Napasnya mulai tersengal, tetapi ia menolak berhenti.

Saat itu, udara di ruangan tiba-tiba berubah. Cahaya lentera Elma mulai bergetar, dan dari sudut ruangan, muncul sosok wanita berjubah putih. Elma tersentak, tetapi tidak terkejut sepenuhnya. Wanita itu menatapnya dengan ekspresi tenang.

“Elma,” katanya dengan suara lembut tetapi tegas. “Apa yang kau lakukan adalah bentuk kepedulian yang luar biasa. Tetapi kau harus ingat, kau belum menguasai kekuatan cahaya sepenuhnya, terutama untuk penyembuhan. Apa yang kau lakukan sekarang hanya permulaan. Jika kau tidak segera melatihnya, kau tidak akan siap saat benar-benar membutuhkannya.”

Elma berdiri, mencoba menjelaskan. “Aku tahu. Tapi Ryan membutuhkanku sekarang. Aku tidak bisa meninggalkannya seperti ini.” Tatapannya menjadi lembut, tetapi penuh tekad. “Selain itu, minggu depan adalah minggu terakhir sebelum ujian kelulusan. Aku ingin tetap ada di sisinya, setidaknya sampai ia cukup kuat.”

Wanita berjubah putih mengamati Elma dengan tatapan penuh arti. “Kau memiliki hati yang kuat, Elma. Tapi ingat, rasa pedulimu juga bisa menjadi kelemahan jika kau tidak berhati-hati. Jangan biarkan perasaan mengalihkanmu dari tanggung jawab yang lebih besar.” Setelah mengatakan itu, ia perlahan menghilang, meninggalkan ruangan dalam keheningan yang kembali.

Elma kembali duduk, menggenggam tangan Ryan dengan erat. Air matanya mulai mengalir tanpa ia sadari. “Aku tidak akan membiarkanmu sendirian, Ryan. Tidak sekarang, tidak pernah,” bisiknya pelan, memastikan dirinya tetap kuat meskipun hatinya dipenuhi kecemasan. Ia memandang wajah Ryan yang tenang dalam tidurnya, merasa bahwa beban yang ia pikul kini menjadi lebih dari sekadar tanggung jawab, tetapi juga perasaan yang tak bisa ia hindari.

Episodes
1 Misteri Jejak Darah dalam Kabut
2 Tawaran dari Kegelapan
3 Bayangan Dendam dan Secercah Harapan
4 Keraguan yang Menghantui
5 Ketakutan dan Keraguan
6 Ancaman dan Kegelapan
7 Pilihan yang Berat
8 Awal dari Amarah
9 Secercah Cahaya di Tengah Kegelapan
10 Percikan Pertarungan
11 Kehilangan yang Tak Terlihat
12 Tanda dari Bayangan
13 Cahaya dan Kegelapan
14 Rahasia Cahaya dan Kegelapan
15 Pertarungan dalam Bayang
16 Jejak Kegelapan
17 Bangkit dari Luka
18 Benteng Kegelapan
19 Awal Persiapan
20 Bayangan Misteri
21 Tekad yang Diuji
22 Cahaya di Tengah Kegelapan
23 Kelahiran Dominator Baru
24 Ancaman Dominator
25 Benturan Bayangan
26 Tekad yang Tumbuh di Kegelapan
27 Bayangan dan Cahaya yang Bersinggungan
28 Harmoni Cahaya dan Kegelapan
29 Pertarungan yang Tak Terhindarkan
30 Pertemuan di Dimensi Cahaya dan Gelap
31 Pertarungan Cahaya dan Bayangan
32 Jejak Keseimbangan
33 Hari Baru di Tempat Legenda
34 Langkah Awal Menuju Ujian
35 Cahaya dalam Gelap
36 Serangan di Tengah Kedamaian
37 Amarah Tak Terkendali
38 Kegelapan dan Harapan
39 Perjalanan Menuju Nexus Dualitas
40 Konflik di Gerbang Nexus
41 Kebangkitan Cahaya
42 Jejak di Nexus Dualitas
43 Nexus Polaris yang Ternodai
44 Runtuhnya Nexus Polaris
45 Aeterna Luxumbra
46 Cahaya yang Terhubung
47 Rahasia Yang Mulai Terungkap
48 Di Ambang Pertemuan
49 Rahasia
50 Bayangan yang Menyapa
51 Kepergian yang Membekas
52 Jejak Langkah yang Tak Terlupakan
53 Awal yang Baru
54 Awal yang Tertunda
55 Awal Sebuah Keseimbangan
56 Bayangan di Balik Cermin
57 Misteri Aeterna Luxumbra
58 Bayangan di Balik Papan Catur
59 Bayangan dan Cahaya dalam Latihan
60 Bayangan yang Mendekat
61 Penyerangan Pertama
62 Kegagalan Pertahanan
63 Pertarungan Terakhir Leon dan Renata
64 Serangan Terakhir
65 Pengorbanan Sang Kakek
66 Pelarian dalam Bayangan
67 Kegelapan yang Kembali
68 Pertemuan di Alam Bawah Sadar
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Misteri Jejak Darah dalam Kabut
2
Tawaran dari Kegelapan
3
Bayangan Dendam dan Secercah Harapan
4
Keraguan yang Menghantui
5
Ketakutan dan Keraguan
6
Ancaman dan Kegelapan
7
Pilihan yang Berat
8
Awal dari Amarah
9
Secercah Cahaya di Tengah Kegelapan
10
Percikan Pertarungan
11
Kehilangan yang Tak Terlihat
12
Tanda dari Bayangan
13
Cahaya dan Kegelapan
14
Rahasia Cahaya dan Kegelapan
15
Pertarungan dalam Bayang
16
Jejak Kegelapan
17
Bangkit dari Luka
18
Benteng Kegelapan
19
Awal Persiapan
20
Bayangan Misteri
21
Tekad yang Diuji
22
Cahaya di Tengah Kegelapan
23
Kelahiran Dominator Baru
24
Ancaman Dominator
25
Benturan Bayangan
26
Tekad yang Tumbuh di Kegelapan
27
Bayangan dan Cahaya yang Bersinggungan
28
Harmoni Cahaya dan Kegelapan
29
Pertarungan yang Tak Terhindarkan
30
Pertemuan di Dimensi Cahaya dan Gelap
31
Pertarungan Cahaya dan Bayangan
32
Jejak Keseimbangan
33
Hari Baru di Tempat Legenda
34
Langkah Awal Menuju Ujian
35
Cahaya dalam Gelap
36
Serangan di Tengah Kedamaian
37
Amarah Tak Terkendali
38
Kegelapan dan Harapan
39
Perjalanan Menuju Nexus Dualitas
40
Konflik di Gerbang Nexus
41
Kebangkitan Cahaya
42
Jejak di Nexus Dualitas
43
Nexus Polaris yang Ternodai
44
Runtuhnya Nexus Polaris
45
Aeterna Luxumbra
46
Cahaya yang Terhubung
47
Rahasia Yang Mulai Terungkap
48
Di Ambang Pertemuan
49
Rahasia
50
Bayangan yang Menyapa
51
Kepergian yang Membekas
52
Jejak Langkah yang Tak Terlupakan
53
Awal yang Baru
54
Awal yang Tertunda
55
Awal Sebuah Keseimbangan
56
Bayangan di Balik Cermin
57
Misteri Aeterna Luxumbra
58
Bayangan di Balik Papan Catur
59
Bayangan dan Cahaya dalam Latihan
60
Bayangan yang Mendekat
61
Penyerangan Pertama
62
Kegagalan Pertahanan
63
Pertarungan Terakhir Leon dan Renata
64
Serangan Terakhir
65
Pengorbanan Sang Kakek
66
Pelarian dalam Bayangan
67
Kegelapan yang Kembali
68
Pertemuan di Alam Bawah Sadar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!