Bayangan Dendam dan Secercah Harapan

Pagi itu terasa lebih berat dari biasanya. Ryan duduk di meja belajarnya dengan mata kosong, memandang tanpa fokus ke arah jendela. Hari-hari yang berlalu begitu suram, penuh penghinaan dan kekerasan yang terus menerus ia alami. Semakin lama, amarah itu terasa semakin sulit untuk ditahan, tetapi ia tidak tahu harus melampiaskannya ke mana.

Saat Ryan tiba di sekolah, ia sudah tahu apa yang akan menunggunya. Hery dan kelompoknya berdiri di lorong, menyeringai dengan rencana baru untuk mempermalukan dirinya. Langkah Ryan melambat, tetapi ia tidak memiliki tempat untuk melarikan diri. Tatapan penuh kebencian dari mereka terasa seperti jaring laba-laba, menjebaknya semakin dalam.

"Kau lambat sekali, Ryan," kata Hery sambil menepuk bahunya dengan kasar, tawa sinis terdengar dari teman-temannya. Ryan diam, memilih menunduk sambil mengepalkan tangannya dengan erat. Tapi diamnya itu malah membuat Hery semakin bersemangat untuk melancarkan aksinya. Dengan sekali gerakan, Hery menarik tas Ryan, membukanya, lalu membuang semua isinya ke lantai.

Buku-buku berhamburan di lantai, dan ponsel Ryan jatuh dengan suara keras yang memecah keheningan. Salah satu teman Hery mengambil ponsel itu, lalu melemparkannya ke tembok hingga pecah berkeping-keping. "Ups, maaf, tanganku licin," ejeknya sambil tertawa keras. Ryan hanya bisa menahan napas, rasa malu dan marahnya bercampur menjadi satu, tetapi ia tidak berani melawan.

Di tengah keributan itu, Ryan merasakan tatapan yang berbeda dari ujung lorong. Elma, seorang gadis dari kelas sebelah, berdiri diam memperhatikan dari jauh. Mata Elma tampak penuh empati, seolah-olah ingin menyampaikan bahwa ia mengerti penderitaan Ryan. Namun, ia tetap tidak bergerak, hanya berdiri di sana tanpa berkata sepatah kata pun.

Setelah puas mempermalukan Ryan, Hery dan teman-temannya meninggalkannya di lantai dengan barang-barang yang berserakan. Ryan berusaha mengumpulkan barang-barangnya sambil menahan air mata yang hampir tumpah. Saat itulah Elma akhirnya mendekat, menyodorkan selembar tisu tanpa berkata apa-apa. Ryan menerimanya dengan ragu, terkejut bahwa ada seseorang yang peduli di tengah kehancurannya.

"Terima kasih," gumam Ryan pelan, hampir tidak terdengar. Elma hanya tersenyum tipis dan membantunya mengumpulkan buku-buku yang berserakan. "Mereka tidak akan berhenti kalau kau diam saja," katanya lembut, tetapi nadanya penuh tekad. Ryan tidak menjawab, tetapi ada sesuatu dalam dirinya yang tersentuh oleh kata-kata Elma.

Hari-hari berikutnya, Elma mulai mendekati Ryan lebih sering, mencoba membangun kepercayaan di antara mereka. Meski Hery dan kelompoknya terus melancarkan aksi bullying, Ryan merasa tidak sepenuhnya sendirian lagi. Namun, perlakuan Hery semakin menjadi-jadi mereka bahkan menempelkan catatan ancaman di mejanya setiap pagi. Pesan-pesan itu penuh ejekan, membuat Ryan semakin sulit untuk menemukan kedamaian di sekolah.

Suatu sore, Ryan duduk sendirian di taman belakang sekolah setelah olahraga. Tubuhnya lelah, tetapi pikirannya lebih lelah lagi menghadapi semua tekanan yang tidak pernah berakhir. Elma menemukan Ryan di sana, duduk dengan kepala tertunduk dalam diam. "Kau harus kuat," katanya, duduk di sebelah Ryan, mencoba menyemangatinya.

Ryan menatap Elma dengan mata yang penuh keraguan, tidak yakin ia bisa bertahan lebih lama. "Aku sudah mencoba, tapi rasanya tidak pernah cukup," balasnya lirih. Elma menggenggam bahu Ryan dengan lembut, mencoba menyalurkan kekuatan lewat sentuhannya. "Kau tidak harus melawan mereka sendirian," katanya, memberikan secercah harapan yang hampir pudar di hati Ryan.

Ketika Ryan pulang, bayangan pria berjubah hitam kembali muncul di benaknya, meski ia berusaha melupakannya. Suara samar seperti bisikan angin terdengar lagi, seolah mengikuti setiap langkahnya. "Mereka tidak akan berhenti, Ryan. Kau tahu itu," kata suara itu, terdengar sangat nyata meskipun tidak ada siapa pun di sekitarnya.

Ryan berhenti di tengah jalan, tubuhnya menegang, mencoba mencari sumber suara tersebut. Tiba-tiba, di bawah bayangan pohon besar, pria berjubah hitam itu muncul. Posturnya tegak, wajahnya tetap tertutup kecuali hidung dan mulut yang tampak tersenyum samar. "Kau tahu apa yang harus kau lakukan," katanya dengan suara yang dalam dan menghantui.

Pria itu melangkah lebih dekat, tetapi Ryan tetap berdiri terpaku di tempatnya. "Aku bisa memberikanmu kekuatan untuk membalas mereka," lanjut pria itu, nadanya dingin namun penuh godaan. "Hery dan semua yang pernah menyakitimu akan mendapatkan balasannya. Kau hanya perlu berkata 'ya'."

Sebelum Ryan sempat menjawab, suara klakson mobil menghentikan percakapan mereka. Mobil antar jemput sekolah tiba dengan lampu depannya yang terang, menyinari tempat pria itu berdiri. Ketika Ryan menoleh kembali, pria berjubah itu telah menghilang, menyisakan udara dingin yang menusuk tulang.

Dalam perjalanan pulang, Ryan hanya terdiam, pikirannya terus dihantui oleh tawaran itu. Ada sesuatu yang mengerikan namun memikat dalam cara pria itu berbicara, seolah-olah ia tahu setiap luka di hati Ryan. Ketika Ryan tiba di rumah, ia mencoba mengalihkan pikirannya dengan rutinitas biasa, tetapi bayangan pria itu tetap hidup di benaknya. Malam itu, saat Ryan akhirnya tertidur, mimpi aneh menyelimuti tidurnya.

Dalam mimpi itu, Ryan berdiri sendirian di tengah kegelapan tanpa ujung. Di kejauhan, suara pria berjubah hitam terdengar, menggema di sekelilingnya. "Aku akan menunggumu, Ryan," katanya, nadanya terdengar seperti janji sekaligus ancaman. Ryan terbangun dengan napas tersengal-sengal, keringat dingin membasahi dahinya, dan ia mendapati dirinya dikelilingi oleh kegelapan yang terasa lebih menyesakkan dari biasanya.

Episodes
1 Misteri Jejak Darah dalam Kabut
2 Tawaran dari Kegelapan
3 Bayangan Dendam dan Secercah Harapan
4 Keraguan yang Menghantui
5 Ketakutan dan Keraguan
6 Ancaman dan Kegelapan
7 Pilihan yang Berat
8 Awal dari Amarah
9 Secercah Cahaya di Tengah Kegelapan
10 Percikan Pertarungan
11 Kehilangan yang Tak Terlihat
12 Tanda dari Bayangan
13 Cahaya dan Kegelapan
14 Rahasia Cahaya dan Kegelapan
15 Pertarungan dalam Bayang
16 Jejak Kegelapan
17 Bangkit dari Luka
18 Benteng Kegelapan
19 Awal Persiapan
20 Bayangan Misteri
21 Tekad yang Diuji
22 Cahaya di Tengah Kegelapan
23 Kelahiran Dominator Baru
24 Ancaman Dominator
25 Benturan Bayangan
26 Tekad yang Tumbuh di Kegelapan
27 Bayangan dan Cahaya yang Bersinggungan
28 Harmoni Cahaya dan Kegelapan
29 Pertarungan yang Tak Terhindarkan
30 Pertemuan di Dimensi Cahaya dan Gelap
31 Pertarungan Cahaya dan Bayangan
32 Jejak Keseimbangan
33 Hari Baru di Tempat Legenda
34 Langkah Awal Menuju Ujian
35 Cahaya dalam Gelap
36 Serangan di Tengah Kedamaian
37 Amarah Tak Terkendali
38 Kegelapan dan Harapan
39 Perjalanan Menuju Nexus Dualitas
40 Konflik di Gerbang Nexus
41 Kebangkitan Cahaya
42 Jejak di Nexus Dualitas
43 Nexus Polaris yang Ternodai
44 Runtuhnya Nexus Polaris
45 Aeterna Luxumbra
46 Cahaya yang Terhubung
47 Rahasia Yang Mulai Terungkap
48 Di Ambang Pertemuan
49 Rahasia
50 Bayangan yang Menyapa
51 Kepergian yang Membekas
52 Jejak Langkah yang Tak Terlupakan
53 Awal yang Baru
54 Awal yang Tertunda
55 Awal Sebuah Keseimbangan
56 Bayangan di Balik Cermin
57 Misteri Aeterna Luxumbra
58 Bayangan di Balik Papan Catur
59 Bayangan dan Cahaya dalam Latihan
60 Bayangan yang Mendekat
61 Penyerangan Pertama
62 Kegagalan Pertahanan
63 Pertarungan Terakhir Leon dan Renata
64 Serangan Terakhir
65 Pengorbanan Sang Kakek
66 Pelarian dalam Bayangan
67 Kegelapan yang Kembali
68 Pertemuan di Alam Bawah Sadar
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Misteri Jejak Darah dalam Kabut
2
Tawaran dari Kegelapan
3
Bayangan Dendam dan Secercah Harapan
4
Keraguan yang Menghantui
5
Ketakutan dan Keraguan
6
Ancaman dan Kegelapan
7
Pilihan yang Berat
8
Awal dari Amarah
9
Secercah Cahaya di Tengah Kegelapan
10
Percikan Pertarungan
11
Kehilangan yang Tak Terlihat
12
Tanda dari Bayangan
13
Cahaya dan Kegelapan
14
Rahasia Cahaya dan Kegelapan
15
Pertarungan dalam Bayang
16
Jejak Kegelapan
17
Bangkit dari Luka
18
Benteng Kegelapan
19
Awal Persiapan
20
Bayangan Misteri
21
Tekad yang Diuji
22
Cahaya di Tengah Kegelapan
23
Kelahiran Dominator Baru
24
Ancaman Dominator
25
Benturan Bayangan
26
Tekad yang Tumbuh di Kegelapan
27
Bayangan dan Cahaya yang Bersinggungan
28
Harmoni Cahaya dan Kegelapan
29
Pertarungan yang Tak Terhindarkan
30
Pertemuan di Dimensi Cahaya dan Gelap
31
Pertarungan Cahaya dan Bayangan
32
Jejak Keseimbangan
33
Hari Baru di Tempat Legenda
34
Langkah Awal Menuju Ujian
35
Cahaya dalam Gelap
36
Serangan di Tengah Kedamaian
37
Amarah Tak Terkendali
38
Kegelapan dan Harapan
39
Perjalanan Menuju Nexus Dualitas
40
Konflik di Gerbang Nexus
41
Kebangkitan Cahaya
42
Jejak di Nexus Dualitas
43
Nexus Polaris yang Ternodai
44
Runtuhnya Nexus Polaris
45
Aeterna Luxumbra
46
Cahaya yang Terhubung
47
Rahasia Yang Mulai Terungkap
48
Di Ambang Pertemuan
49
Rahasia
50
Bayangan yang Menyapa
51
Kepergian yang Membekas
52
Jejak Langkah yang Tak Terlupakan
53
Awal yang Baru
54
Awal yang Tertunda
55
Awal Sebuah Keseimbangan
56
Bayangan di Balik Cermin
57
Misteri Aeterna Luxumbra
58
Bayangan di Balik Papan Catur
59
Bayangan dan Cahaya dalam Latihan
60
Bayangan yang Mendekat
61
Penyerangan Pertama
62
Kegagalan Pertahanan
63
Pertarungan Terakhir Leon dan Renata
64
Serangan Terakhir
65
Pengorbanan Sang Kakek
66
Pelarian dalam Bayangan
67
Kegelapan yang Kembali
68
Pertemuan di Alam Bawah Sadar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!