Tawaran dari Kegelapan

*********

Sinar matahari pagi masuk melalui celah ventilasi sebuah kamar kecil yang berantakan. Ryan, seorang anak laki-laki berusia 13 tahun, membuka matanya perlahan. Pandangannya kosong, dan ia tidak menunjukkan tanda-tanda semangat. Jam di meja kecil di samping tempat tidurnya menunjukkan pukul 05.00 pagi.

Dengan gerakan malas, Ryan bangkit dari tempat tidur, menyeret langkah menuju kamar mandi. Setelah mencuci muka dan mengambil wudhu, ia melaksanakan sholat Subuh. Tidak ada doa panjang yang ia panjatkan, hanya rutinitas yang ia lakukan tanpa ekspresi. Ryan adalah anak yang dingin dan cenderung menutup diri.

Setelah selesai, ia berganti seragam putih biru, menyisir rambutnya seadanya, lalu menyandang tasnya. Tanpa sepatah kata, ia keluar dari kamar, melewati ibunya yang sedang sibuk menyiapkan sarapan. "Ryan, makan dulu," kata ibunya lembut.

"Tidak lapar," jawab Ryan singkat tanpa menoleh, lalu melangkah keluar rumah. Di depan rumah, ia bersandar di pagar, menunggu mobil antar jemput. Udara pagi terasa dingin, tapi Ryan hanya berdiri diam, tatapannya kosong menatap jalanan. Tak lama kemudian, suara mesin mobil terdengar, dan mobil putih itu berhenti di depannya.

Ryan masuk ke mobil tanpa bicara, hanya mengangguk kecil kepada sopir. Di dalam mobil, beberapa temannya sudah mulai bercanda dan tertawa. Namun, ketika mereka melihat Ryan masuk, tawa mereka berubah menjadi bisikan dan ejekan yang jelas-jelas diarahkan padanya.

"Eh, si dingin masuk lagi. Pasti hari ini nggak ngomong apa-apa kayak biasa," ujar salah satu anak dengan suara keras, diikuti tawa teman-temannya.

Ryan hanya diam, menatap keluar jendela, membiarkan kata-kata itu lewat begitu saja. Ia sudah terbiasa dengan hal semacam ini.

Ketika sampai di sekolah, suasana di kelas pun tidak jauh berbeda. Selama pelajaran, Ryan mencoba fokus, tapi ia tahu ada tatapan-tatapan menghina yang terus mengarah padanya. Saat jam istirahat tiba, ia memilih tetap duduk di kelas, membuka buku di mejanya. Namun, keputusannya itu malah mengundang masalah.

Beberapa anak mendekati mejanya. "Hei, kenapa nggak ke kantin? Nggak punya uang, ya?" tanya seorang anak dengan nada mengejek sambil menepuk meja Ryan. Ryan tidak menjawab, hanya melirik mereka dengan pandangan dingin. Tapi itu justru memancing amarah. Salah satu dari mereka menarik buku dari tangan Ryan dan melemparkannya ke lantai.

"Ayo, ngomong dong! Atau kamu cuma bisa diam kayak patung?" ejek anak lain sambil mendorong bahu Ryan. Ryan tetap diam, tapi napasnya mulai memburu. Saat ia hendak mengambil bukunya yang terjatuh, salah satu anak menginjaknya. "Eh, buku ini mahal nggak sih? Atau jangan-jangan cuma pinjaman?" katanya sambil tertawa keras.

Ryan mengepalkan tangannya, menahan emosi yang sudah hampir meledak. Namun, sebelum ia sempat bereaksi, bel masuk berbunyi. Anak-anak itu pergi sambil tertawa, meninggalkan Ryan yang masih duduk di tempatnya.

Hari itu berlalu dengan penuh tekanan. Ketika akhirnya bel pulang berbunyi, Ryan segera keluar menuju mobil jemputannya, berusaha menghindari kontak dengan siapa pun.

Namun, saat ia berjalan di trotoar menuju mobil, sesuatu menarik perhatiannya. Di sudut jalan yang sepi, seorang pria berjubah hitam berdiri diam. Wajahnya hampir sepenuhnya tertutup, hanya menyisakan mulut dan hidungnya yang terlihat. Tatapannya terasa menusuk meski matanya tidak terlihat.

"Ryan,"panggil pria itu dengan suara serak namun dalam.

Ryan berhenti, alisnya berkerut. "Siapa kau?" tanyanya dingin. Pria itu tersenyum tipis. "Seseorang yang tahu apa yang kau alami. Aku melihat bagaimana mereka memperlakukanmu. Aku tahu betapa sakitnya dirimu."

Ryan terdiam\, tapi dalam hatinya\, ia merasa ngeri sekaligus penasaran. **"Apa maumu?". "****Bukan soal apa yang aku mau\, Ryan. Ini soal apa yang kau mau\," **jawab pria itu. "Aku bisa memberimu kekuatan untuk membuat mereka merasakan penderitaan yang sama. Yang perlu kau lakukan hanya menjawab ya."

Ryan tertegun. Tawaran itu terdengar menggoda, tetapi ada sesuatu yang gelap dan menakutkan dalam cara pria itu berbicara. "Aku tidak butuh bantuanmu," jawabnya dingin, meskipun suara dalam kepalanya berbisik lain.

Pria itu terkekeh pelan. "Kau pikir rasa sakit ini akan berhenti begitu saja? Pikirkan tawaranku, Ryan. Aku selalu ada di sini... menunggu jawaban darimu"

Sebelum Ryan sempat menjawab, suara klakson mobil mengalihkan perhatiannya. Ia menoleh, melihat mobil jemputannya berhenti tak jauh dari sana. Ketika ia kembali menoleh ke arah pria berjubah hitam, pria itu sudah menghilang, seolah ditelan bayangan.

Dengan langkah ragu, Ryan masuk ke mobil. Selama perjalanan pulang, pikirannya terus dipenuhi oleh sosok pria itu. Siapa dia? Bagaimana dia tahu namanya? Dan yang terpenting, apa maksud dari tawaran balas dendam itu?

Saat tiba di rumah, Ryan hanya melempar tasnya ke tempat tidur dan duduk di sudut kamar, pikirannya masih terguncang. Ia memutar kembali kejadian hari itu di kepalanya hanya ejekan, hinaan, dorongan, dan buku yang diinjak yang ia terima hari itu. Tawaran pria berjubah hitam itu terus bergema di pikirannya.

“Seandainya aku bisa menghentikan mereka…” gumam Ryan tanpa sadar. Ia memejamkan mata, mencoba mengabaikan pikiran-pikiran itu, tetapi perasaan marah dan rasa penasaran menguasainya. Entah sejak kapan, tubuhnya mulai terasa berat. Matanya semakin sulit dibuka, dan tanpa ia sadari, ia terlelap di sudut kamar. Namun, tidurnya tidak tenang. Dalam mimpi, bayangan pria berjubah hitam itu muncul lagi, berdiri di tengah kegelapan. "Ryan... waktumu hampir habis. Pilihannya tetap ada padamu," suara pria itu terdengar menggema, membuat Ryan merasa terjebak dalam pusaran bayangan.

Ryan terbangun dengan terengah-engah. Nafasnya tersengal, keringat membasahi dahinya. Ia memegang kepalanya yang terasa berat. Tawaran itu, mimpi itu... semuanya terasa nyata, seolah-olah pria itu benar-benar hadir."Siapa dia sebenarnya... dan kenapa aku merasa seperti ini?" gumam Ryan dengan nada frustrasi. Ia tidak tahu harus berbuat apa, tapi satu hal yang ia sadari kehadiran pria itu telah mengubah sesuatu dalam dirinya.

*********

Episodes
1 Misteri Jejak Darah dalam Kabut
2 Tawaran dari Kegelapan
3 Bayangan Dendam dan Secercah Harapan
4 Keraguan yang Menghantui
5 Ketakutan dan Keraguan
6 Ancaman dan Kegelapan
7 Pilihan yang Berat
8 Awal dari Amarah
9 Secercah Cahaya di Tengah Kegelapan
10 Percikan Pertarungan
11 Kehilangan yang Tak Terlihat
12 Tanda dari Bayangan
13 Cahaya dan Kegelapan
14 Rahasia Cahaya dan Kegelapan
15 Pertarungan dalam Bayang
16 Jejak Kegelapan
17 Bangkit dari Luka
18 Benteng Kegelapan
19 Awal Persiapan
20 Bayangan Misteri
21 Tekad yang Diuji
22 Cahaya di Tengah Kegelapan
23 Kelahiran Dominator Baru
24 Ancaman Dominator
25 Benturan Bayangan
26 Tekad yang Tumbuh di Kegelapan
27 Bayangan dan Cahaya yang Bersinggungan
28 Harmoni Cahaya dan Kegelapan
29 Pertarungan yang Tak Terhindarkan
30 Pertemuan di Dimensi Cahaya dan Gelap
31 Pertarungan Cahaya dan Bayangan
32 Jejak Keseimbangan
33 Hari Baru di Tempat Legenda
34 Langkah Awal Menuju Ujian
35 Cahaya dalam Gelap
36 Serangan di Tengah Kedamaian
37 Amarah Tak Terkendali
38 Kegelapan dan Harapan
39 Perjalanan Menuju Nexus Dualitas
40 Konflik di Gerbang Nexus
41 Kebangkitan Cahaya
42 Jejak di Nexus Dualitas
43 Nexus Polaris yang Ternodai
44 Runtuhnya Nexus Polaris
45 Aeterna Luxumbra
46 Cahaya yang Terhubung
47 Rahasia Yang Mulai Terungkap
48 Di Ambang Pertemuan
49 Rahasia
50 Bayangan yang Menyapa
51 Kepergian yang Membekas
52 Jejak Langkah yang Tak Terlupakan
53 Awal yang Baru
54 Awal yang Tertunda
55 Awal Sebuah Keseimbangan
56 Bayangan di Balik Cermin
57 Misteri Aeterna Luxumbra
58 Bayangan di Balik Papan Catur
59 Bayangan dan Cahaya dalam Latihan
60 Bayangan yang Mendekat
61 Penyerangan Pertama
62 Kegagalan Pertahanan
63 Pertarungan Terakhir Leon dan Renata
64 Serangan Terakhir
65 Pengorbanan Sang Kakek
66 Pelarian dalam Bayangan
67 Kegelapan yang Kembali
68 Pertemuan di Alam Bawah Sadar
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Misteri Jejak Darah dalam Kabut
2
Tawaran dari Kegelapan
3
Bayangan Dendam dan Secercah Harapan
4
Keraguan yang Menghantui
5
Ketakutan dan Keraguan
6
Ancaman dan Kegelapan
7
Pilihan yang Berat
8
Awal dari Amarah
9
Secercah Cahaya di Tengah Kegelapan
10
Percikan Pertarungan
11
Kehilangan yang Tak Terlihat
12
Tanda dari Bayangan
13
Cahaya dan Kegelapan
14
Rahasia Cahaya dan Kegelapan
15
Pertarungan dalam Bayang
16
Jejak Kegelapan
17
Bangkit dari Luka
18
Benteng Kegelapan
19
Awal Persiapan
20
Bayangan Misteri
21
Tekad yang Diuji
22
Cahaya di Tengah Kegelapan
23
Kelahiran Dominator Baru
24
Ancaman Dominator
25
Benturan Bayangan
26
Tekad yang Tumbuh di Kegelapan
27
Bayangan dan Cahaya yang Bersinggungan
28
Harmoni Cahaya dan Kegelapan
29
Pertarungan yang Tak Terhindarkan
30
Pertemuan di Dimensi Cahaya dan Gelap
31
Pertarungan Cahaya dan Bayangan
32
Jejak Keseimbangan
33
Hari Baru di Tempat Legenda
34
Langkah Awal Menuju Ujian
35
Cahaya dalam Gelap
36
Serangan di Tengah Kedamaian
37
Amarah Tak Terkendali
38
Kegelapan dan Harapan
39
Perjalanan Menuju Nexus Dualitas
40
Konflik di Gerbang Nexus
41
Kebangkitan Cahaya
42
Jejak di Nexus Dualitas
43
Nexus Polaris yang Ternodai
44
Runtuhnya Nexus Polaris
45
Aeterna Luxumbra
46
Cahaya yang Terhubung
47
Rahasia Yang Mulai Terungkap
48
Di Ambang Pertemuan
49
Rahasia
50
Bayangan yang Menyapa
51
Kepergian yang Membekas
52
Jejak Langkah yang Tak Terlupakan
53
Awal yang Baru
54
Awal yang Tertunda
55
Awal Sebuah Keseimbangan
56
Bayangan di Balik Cermin
57
Misteri Aeterna Luxumbra
58
Bayangan di Balik Papan Catur
59
Bayangan dan Cahaya dalam Latihan
60
Bayangan yang Mendekat
61
Penyerangan Pertama
62
Kegagalan Pertahanan
63
Pertarungan Terakhir Leon dan Renata
64
Serangan Terakhir
65
Pengorbanan Sang Kakek
66
Pelarian dalam Bayangan
67
Kegelapan yang Kembali
68
Pertemuan di Alam Bawah Sadar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!