tujuh belas

"Bara,Lo serius nih kita gak lanjut buat nyerang anak SMA 1 lagi?"

Albara yang tenang meminum teh poci kesukaannya pun, menjauhkan cup minumannya dan menaruhnya di atas meja.Kemudian ia menatap Arbani dan mengangguk pasti.

"Sandi bahkan belum keluar rumah sakit sampai sekarang,Lo lebih banyak korban yang berjatuhan?"ujar Albara.

Arbani menghela napas."Oke,untuk masalah Sandi emang luka dia parah banget.Tapi yang buat dia kayak gitu kan cewek misterius itu.Dia bukan dari pihak lawan, buktinya selain nyerang kita dia juga nyerang pihak lawan.Waktu itu dia kebetulan lewat dan mungkin kesinggung karena ada yang gak sengaja lukain dia.Jadi gak ada alasan buat kita takut.Anak-anak SMA 1 masih sekumpulan pecundang yang sok punya muka,"ujar Arbani dengan tangan yang mengepal karena emosi.

"Bukan soal Sandi,tapi Lo liat temen-temen kita bahkan belum semuanya pulih.Lo tau sendiri kan gimana cewek itu babat habis kita?"

"Mereka juga sama,cewek itu juga nyerang lawan dan buat sebagain dari mereka luka-luka."

"Iya gue tahu,tapi kalau kita asal nyerang tanpa strategi,sama aja kita bunuh diri."

"Gue gak peduli!",ujar Arbani dengan nada meninggi.

"Bani..." Albara menatap laki-laki itu.

"Bar,Lo juga punya saudara cewek kan? Gimana mungkin gue biarin orang yang udah lecehin adik gue hidup tenang gitu aja,"ujarnya yang terlihat emosi.

"Iya gue tahu,tapi..."

"Kalau Lo gak mau kerahin anak-anak, biar gue yang samperin sendiri."

Albara merapatkan giginya.Meskipun mereka menyebut anak-anak SMA 1 itu pecundang,bukan berarti mereka bisa menyepelekan mereka begitu saja.Kalau Arbani ke sana sendirian,yang ada dia habis di keroyok oleh lawan.

"Kita tunggu, setidaknya sampai Sandi keluar dari rumah sakit,"putus Albara mencoba untuk bernegosiasi.

"Al,coba bayangin kalau ada yang pegang-pegang Larisa,apa Lo akan diam aja?apa Lo bisa sabar?",ujar Arbani dengan nanar.Raut wajah yang semula berapi-api berusaha,dia berbicara layaknya seorang kakak yang menyesal karena gagal menjaga adiknya.

Arbani lalu menatapnya."Gue tau,gue egois dan gak mikirin kondisi kalian.Kalau emang Lo gak mau bantu,gak apa-apa,gue bisa cari cara sendiri.Yang pasti gue rela kalau orang yang udah buat adik gue nangis lolos gitu aja,"ujarnya,setelah itu ia berlalu meninggalkan Albara.

Albara memegang kepalanya,ia merasa pusing dengan masalah yang sedang ia hadapi akhir-akhir ini,masalah perempuan misterius itu,masalah perjodohan dan sekarang masalah teman-temannya.Meski tidak diumumkan secara resmi,Albara sudah dianggap seperti ketua di sini karena kemampuan bertarungnya.Jadi semua keputusan bergantung padanya,dan sekarang Albara bingung untuk mengambil keputusan apa.

Itu cowok yang suka pegang-pegang badan cewek punya masalah apa si? Buqt kepalanya runyam saja,kalau ia bertemu dengan orang yang sudah melecehkan adik Arbani,ia habisi dia.

"Bara!"

Teriakan seseorang membuatnya menoleh.Melihat siapa yang memanggilnya membuatnya mendengkus kesal.Sudah tau kepalanya runyam,kenapa juga cewek gatel ini harus datang,buat kepalanya makin runyam saja.

"Ternyata bener,Lo suka nongkrong di warung belakang sekolah,"ucap Siska sambil mendudukkan dirinya di kursi sebelah Albara.

Albara menatap datar gadis itu,dia ini salah minum obat atau bagaimana si? Dia selalu saja menampilkan wajah tersenyum,padahal jelas-jelas Albara memasang wajah muak,dia ini terlalu sopan atau memang tidak bisa membaca situasi?

Gadis itu masih saja tersenyum,lalu ia memberikan sebuah kotak makan padanya."Nih,gue bawain donat kesukaan Lo,"ujarnya dengan semangat.

"Yang suka donat itu kakak gue,"ujarnya tanpa minat,ia lalu mengambil kunci motor diatas meja dan memasukkannya kedalam kantong celananya,kemudian ia bangkit.

"Eh,mau kemana?",tanya Siska.

"Belajar,"jawabnya."Gak kayak Lo yang malah keluyuran ke sekolah orang,"cibir Albara.

Tempat tinggal Albara dan Siska cukup jauh,begitu juga dengan sekolah mereka.Ini yang membuat dirinya semakin tidak menyukai Siska,selain selalu menempelinya dia juga nekat dan suka semaunya.

"Loh? Tante Lisa belum bilang sama Lo ya? Gue udah pindah ke sekolah Lo."

Seketika mata Albara melebar."Lo pindah ke sini?"

Tuhan,cobaan apa lagi ini?

Siska mengangguk dengan penuh semangat."Kak Risa,anak SMA 1 kan? Mumpung belum masuk gue mau nganterin ini dulu,dah Bara."

Siska melambaikan tangannya seraya pergi meninggalkan Albara yang masih terbengong di tempat.Detik selanjutnya ia mendengus,kedatangan gadis itu di rumahnya saja sudah membuat mood-nya buruk,bagaimana jika harus bertemu setiap hari?

_____

"Loh? Usah nangkring di sini aja Lo? Ini belum jam pulang sekolah kan?",tanya Jali ketika melihat Albara yang baru saja datang dan duduk di kursi.

"Belum,bang Jaki mana,bang?",tanya Albara sambil mengedarkan pandangannya mencari sosok yang ia cari.

"Jam segini,bang Jaki masih di pasar,kenapa tumben amat Lo nyariin dia?"

"Gue mau nanya soal Kalista."

Bang Jali berdecak seraya menatap lurus ke arahnya."Udah gue bilang,Kalista itu cuma sekedar cerita."

"Tapi gue yakin kalau Kalista itu bukan sekedar cerita,"ujar Albara yakin.

"Bara,Bara.Ucapan Bang Jaki Lo percaya.Lo kenal dia udah lama,kayak gak tau aja kalau tu orang tukang ngibul."

Albara menghela napasnya,ia lalu membaringkan tubuhnya di kursi panjang yang ada di sana,menggunakan tangannya sebagai bantal agar kepalanya tak terasa sakit saat berbaring.

"Gue percaya Kalista itu ada,"ujarnya lagi sambil menatap ke atas langit-langit.Kepalanya spontan memutar kejadian itu,dimana ia melihat dengan jelas tatapan tajam perempuan misterius itu ketika menatapnya,tatapan itu masih terekam jelas di kepalanya.

"Kalau Lo yakin Kalista itu ada,emangnya Lo pernah liat dia?",ujar Jali.Laki-laki itu beranjak, mencuci tangannya lalu mengambil sekaleng soda,ia duduk di bangku bekas lalu meminum soda itu.

Jali lalu menatap Albara."Kalau dipikir secara logika,dia kan kuat,pasti preman kayak bang Jaki bakal tunduk sama dia.Terus setelah itu gak mau gak mungkin dia langsung hilang gitu aja.Kalaupun Kalista itu ada, kemungkinan dia udah mati."

Albara menoleh dan memperhatikan Bang Jali dengan serius.

"Udah deh,Bar.Daripada Lo pusing mikirin tu cewek,mending Lo sekolah,belajar yang bener.Gak sayang apa Lo bolos mulu,kalau udah lulus baru tau rasa Lo gimana susahnya nyari kerja karena otak Lo gak di pake pas sekolah."

Albara tertawa kecil."Tumben amat omongan Lo bener,bang.Kesambet setan apa,bang?"

Jali berdecak."Yeuh,ni bocah dibilangin yang bener juga."

Albara kembali menatap langit-langit,pikirannnya kembali melambung.

"Gimana kalau cewek yang ikut tawuran waktu itu beneran Kalista?"

"Udah jangan bahas Kalista Mulu,bosen gue,"ujar Jali.

Sejak bertemu dengan perempuan itu dan mendengar cerita dari Bang Jaki,otaknya terus memutar dua hal itu.Dalam benaknya ia yakin jika kedua perempuan itu adalah orang yang sama,meski ini baru hanya spekulasinya saja.Ia punya tekad untuk memecahkannya secara tuntas.

Orang lain mungkin melihat Albara sebagai anak nakal yang hidupnya penuh dengan tantangan.Entah melanggar aturan sekolah atau membuat onar dijalanan.Tapi sebenarnya,Albara justru meras selama ini hidupnya monoton,bahkan dirinya tak memiliki tujuan dalam hidupnya.

Setelah bertemu dengan perempuan misterius itu,semangat dalam hidup Albara seakan meningkat.Ia meras akhirnya ia punya tujuan hidup.Albara jadi tau alasan kenapa dirinya bertindak.Itulah mengapa dia bersikap keras untuk mencari tau tentang Kalista dan perempuan misterius itu.

"Lah bocah kenapa senyam-senyum sendiri?"pekik Jali.

Seketika Albara seperti tertarik kembali pada dunia nyata.Yang dikatakan Jali benar,tadi kedua sudut bibir tertarik ke atas tanpa ia sadari.

"Kania mau sama Lo?",tanya Jali dengan wajah penuh telisik.

Kening Albara berkerut."Kenapa jadi bahas Kania?"

"Ya dulu Lo pernah bilang,kalau kemungkinan cewek yang akan jadi pacar Lo dia.Liat Lo senyam-senyum sendiri begitu,gue tau Lo pasti lagi kasmaran kan?", papar Jali.

"Gue cuma bilang kemungkinan,bukan berarti gue naksir Kania, Lagian gue gak lagi kasmaran."

"Iya serah lu deh."

"Geser,Bar."

Bahu Albara di tepuk oleh laki-laki seumuran Albara,seakan memberi kode bahwa laki-laki itu memintanya untuk bergeser.Albara bangkit dan membagi tempat duduknya pada laki-laki itu.

"Kenapa Lo?",tanya Al ara melihat laki-laki itu penuh dengan keringat.

Laki-laki itu menghela napasnya."Dihukum gue,sumpah ya anak OSIS di sekolah gue kayak jelmaan iblis.Enak banget dia cuma nyuruh-nyuruh doang,"ujarnya dengan wajah kesal.

Albara tekekeh."Makanya jangan buat masalah."

"Iya,tapi masa iya dia nyuruh gue buat bersihin toilet cowok,Lo tau sendiri kan gimana kotornya toilet cowok,mana biliknya banyak banget lagi."

Lagi-lagi Albara tertawa mendengar cerita laki-laki itu,hingga tawanya terhenti ketika merasakan ponselnya bergetar,ia mengambil ponsel miliknya dan memijat siapa yang menghubunginya.

"Halo."

"Bar,Arbani bawa anak-anak buat nyerang SMA 1,kita timpang banget.Buruan kesini!"

Albara melebarkan matanya."Sialan!", umpatnya,ia segera berdiri dan menyusul teman-temannya itu.

Episodes
1 satu
2 dua
3 tiga
4 empat
5 lima
6 enam
7 tujuh
8 delapan
9 sembilan
10 sepuluh
11 sebelas
12 dua belas
13 tiga belas
14 empat belas
15 lima belas
16 enam belas
17 tujuh belas
18 delapan belas
19 sembilan belas
20 Dua puluh
21 Dua puluh satu
22 Dua puluh dua
23 dua puluh tiga
24 Dua puluh empat
25 dua puluh lima
26 dua puluh enam
27 dua puluh tujuh
28 dua puluh delapan
29 dua puluh sembilan
30 tiga puluh
31 tiga puluh satu
32 tiga puluh dua
33 tiga puluh tiga
34 tiga puluh empat
35 tiga puluh lima
36 tiga puluh enam
37 tiga puluh tujuh
38 tiga puluh delapan
39 tiga puluh sembilan
40 empat puluh
41 empat puluh satu
42 Empat puluh dua
43 empat puluh tiga
44 empat puluh empat
45 empat puluh lima
46 empat puluh enam
47 empat puluh tujuh
48 empat puluh delapan
49 empat puluh sembilan
50 lima puluh
51 lima puluh satu
52 lima puluh dua
53 lima puluh tiga
54 lima puluh empat
55 lima puluh lima
56 lima puluh enam
57 lima puluh tujuh
58 lima puluh delapan
59 lima puluh sembilan
60 enam puluh
61 enam puluh satu
62 enam puluh dua
63 enam puluh tiga
64 enam puluh empat
65 enam puluh lima
66 enam puluh enam
67 enam puluh tujuh
68 enam puluh delapan
69 enam puluh sembilan
70 tujuh puluh
71 Tujuh puluh satu
72 tujuh puluh dua
73 tujuh puluh tiga
74 tujuh puluh empat
75 tujuh puluh lima
76 tujuh puluh enam
77 tujuh puluh tujuh
78 Ending
Episodes

Updated 78 Episodes

1
satu
2
dua
3
tiga
4
empat
5
lima
6
enam
7
tujuh
8
delapan
9
sembilan
10
sepuluh
11
sebelas
12
dua belas
13
tiga belas
14
empat belas
15
lima belas
16
enam belas
17
tujuh belas
18
delapan belas
19
sembilan belas
20
Dua puluh
21
Dua puluh satu
22
Dua puluh dua
23
dua puluh tiga
24
Dua puluh empat
25
dua puluh lima
26
dua puluh enam
27
dua puluh tujuh
28
dua puluh delapan
29
dua puluh sembilan
30
tiga puluh
31
tiga puluh satu
32
tiga puluh dua
33
tiga puluh tiga
34
tiga puluh empat
35
tiga puluh lima
36
tiga puluh enam
37
tiga puluh tujuh
38
tiga puluh delapan
39
tiga puluh sembilan
40
empat puluh
41
empat puluh satu
42
Empat puluh dua
43
empat puluh tiga
44
empat puluh empat
45
empat puluh lima
46
empat puluh enam
47
empat puluh tujuh
48
empat puluh delapan
49
empat puluh sembilan
50
lima puluh
51
lima puluh satu
52
lima puluh dua
53
lima puluh tiga
54
lima puluh empat
55
lima puluh lima
56
lima puluh enam
57
lima puluh tujuh
58
lima puluh delapan
59
lima puluh sembilan
60
enam puluh
61
enam puluh satu
62
enam puluh dua
63
enam puluh tiga
64
enam puluh empat
65
enam puluh lima
66
enam puluh enam
67
enam puluh tujuh
68
enam puluh delapan
69
enam puluh sembilan
70
tujuh puluh
71
Tujuh puluh satu
72
tujuh puluh dua
73
tujuh puluh tiga
74
tujuh puluh empat
75
tujuh puluh lima
76
tujuh puluh enam
77
tujuh puluh tujuh
78
Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!