enam

Hari berlalu dengan cepat,debaran jantungnya setiap kali berdekatan dengan Alvaro tidak kunjung hilang.Ia jadi sadar jika selama ini mungkin dirinya memang menyukai laki-laki itu.

Sejak menyadari perasaannya,ia mulai mengubah sikapnya terhadap laki-laki itu.Ia lebih bersikap ramah dan juga sedikit bersikap manis pada laki-laki itu.Entahlah ia bingung sendiri,apakah semua wanita yang jatuh cinta akan bersikap seperti ini?

"Mau rasa apa?", tanya Alvaro pada Kalista.

Saat ini mereka sedang berada di kantin sekolah,mereka sedang berada di stand yang sama untuk membeli minuman.

"G-gue mau cokelat aja deh,"jawab Kalista dengan sedikit gugup.Ia merutuki dirinya,kenapa juga ia jadi gugup seperti ini?

Alvaro mengangguk lalu memesan minuman untuk mereka berdua.Tak lama minuman keduanya sudah jadi,mereka lalu berjalan menuju meja yang sudah ditempati oleh Tasya.

"Lama banget,"keluh Tasya pada keduanya.

"Maaf,tadi pas beli minuman rame,"ujar Alvaro.

Ketiganya lalu menyantap makan siang mereka tanpa ada yang berbicara.Setelah selesai mereka segera kembali sebelum bel masuk berbunyi.

,,,

"Ini caranya gimana si?",keluh Tasya melihat soal yang ada di buku tulisnya.

Kalista yang sedang mengerjakan soal menoleh ke arah Tasya yang sedari tadi mengeluh karena tidak bisa menjawab soal yang di berikan guru matematikanya.

Beberapa menit yang lalu guru matematikanya masuk,beliau hanya menjelaskan sebentar materi pembelajaran, lalu memberikan beberapa soal untuk dikerjakan,setelah itu guru itu keluar karena ada rapat untuk persiapan ujian akhir semester satu.

"Tadi kan udah dijelasin sama Bu Meli,kok masih belum ngerti?",tanya Kalista.

"Ya Lo bisa ngerti karena pinter,gue kan paling gak bisa kalau matematika.Cetek banget otak gue kalau soal hitungan begini,"ujar Tasya.

Kalista menghela napas,ia lalu menarik buku tulis gadis itu."Sini gue jelasin."

Kalista pun mengajari Tasya dalam menyelesaikan soal yang ada di buku tulis,dengan sabar ia mengajari Tasya yang memang agak lemot kalau soal perhitungan seperti ini.

"Gimana ngerti kan sekarang?",tanya Kalista.

Mata Tasya berbinar,ia lalu mengangguk."Ngerti,kenapa gak Lo aja si yang ngajar biar hitungannya masuk ke otak gue,"ujar Tasya.

"Ya kalau gue yang ngajar,Bu Meli ngapain?"

"Iya juga."

Tak lama Alvaro menghampiri meja Kalista sambil membawa buku tulisnya,ia lihat wajah laki-laki itu terlihat frustasi.

"Kal,"panggil laki-laki itu.

Seakan mengerti Tasya berdiri dari tempat duduknya."Sini duduk,Al." Tatapannya lalu beralih pada Kalista."Kal,gue duduk di bangku Alvaro ya,nanti kalau Alvaro udah selesai gue balik lagi,"ujar Tasya.

Sebelum Aldara menjawab,gadis itu susah melangkah ke depan,sedangkan Alvaro sudah duduk di sampingnya.

"Ajarin gue dong,Kal.Nih nomor tiga sama tujuh susah banget,"ujar Alvaro.

Kalista menoleh,ia lalu mengalihkan atensinya pada Alvaro.Ia berdeham sebentar lalu menarik buku laki-laki itu.

"Sini,gua ajarin,"ujarnya.

Alvaro menggeser sedikit bangku yang didudukinya supaya ia bisa lebih dekat dengan Kalista dan bisa mendengar dengan jelas penjelasan gadis itu.

Kalista melirik sebentar ke arah Alvaro, ia berusaha untuk menahan senyumnya ketika dirinya begitu dekat dengan laki-laki itu.

Tuhan,begini kah rasanya jatuh cinta?

Kalista mulai menjelaskan dengan perlahan soal yang tidak Alvaro mengerti, laki-laki itu begitu fokus dengan apa yang diajarkan oleh Kalista.

"Oh,begitu caranya.Makasih ya,karena Lo gue jadi paham,"ujar Alvaro sambil menepuk-nepuk pundak Kalista.

"Yaudah gue balik lagi ke depan,sekali lagi makasih ya."

Laki-laki itu beranjak dan kembali ke bangkunya,sedangkan Kalista masih membeku di tempat karena perlakuan laki-laki itu.Rasanya ia ingin berteriak ketika Alvaro mengacak rambutnya,ternyata jatuh cinta bisa membuatnya segila ini.

____

Di hari Minggu yanga cerah,karena bosan terus berada di rumah,ia memilih untuk berjalan-jalan ke taman kota.Setelah cukup lama berjalan-jalan di sana ia secara kebetulan bertemu dengan Alvaro di sana.

Alvaro mengajak Kalista untuk duduk di bangku taman yang tenang. Mereka berbicara tentang banyak hal, mulai dari hobinya masing-masing hingga cita-cita mereka di masa depan. Kalista merasa begitu nyaman berbicara dengan Alvaro, sesekali ia memperhatikan wajah laki-laki itu,mengagumi setiap pahatan wajah Alvaro yang terlihat begitu sempurna dimatanya.

Kalista mencoba untuk lebih mengenal Alvaro dan memahami dirinya sendiri. Ia mulai menyadari bahwa Alvaro memiliki sifat yang sangat ia kagumi, seperti kebaikan hati, ketulusan, dan kegigihannya dalam menghadapi tantangan hidup. Semakin lama, semakin tumbuh keyakinan dalam hati Kalista bahwa ia memang jatuh cinta pada Alvaro.

"Lama kita berteman,baru kali ini kita bicara soal kehidupan kita masing-masing,biasanya obrolan kita gak jauh seputar buku dan pelajaran,"ujar Alvaro.

Kalista mengangguk menyetujui,memang sudah beberapa bulan berteman yang mereka bicarakan ini hanya seputar pelajaran dan buku,sesekali mereka membahas film yang pernah mereka tonton.Meski topik yang dibicarakan selalu sama,mereka tidak pernah bosan.

"Iya Lo bener,mungkin karena gue gak pernah sedekat ini berteman sama seseorang,jadi ya kesannya kaku,"ujar Kalista.

"Iya si,Lo emang kaku.Selain sama gue dan Tasya,Lo selalu bersikap dingin sama yang lain."

Kalista lagi-lagi mengangguk."Ya begitulah gue."

"Setelah lulus mau lanjut ke mana?",tanya Alvaro.

"Gue gak tau,mungkin gue akan pilih ke SMA 1,biar jaraknya gak terlalu jauh dari rumah."

"Wah,sama gue juga rencananya mau lanjut ke sana.Semoga kita bertiga bisa satu kelas lagi,gue seneng punya temen kayak Lo dan Tasya."

"Iya semoga aja ya."

Ia menatap Alvaro,sebelum mereka benar-benar lulus,ia ingin menyatakan perasaannya pada laki-laki itu.Namun, ada satu hal yang membuat Kalista ragu untuk mengungkapkan perasaannya. Ia takut kalau nantinya perasaannya tidak terbalas dan hubungan pertemanan mereka menjadi canggung. Dalam dilema ini, Kalista harus memutuskan apakah ia akan mengambil langkah berani untuk mengungkapkan cintanya kepada Alvaro atau memilih untuk menyimpan perasaan itu sendiri dan menjaga pertemanan mereka.

"Al,gue pulang duluan ya,udah mau sore,takut dicariin mamah gue,"ujar Kalista.

Alvaro mengangguk."Hati-hati ya."

____

Seminggu kemudian...

Di sekolah,Kalista mengigit bibirnya sendiri.Setelah semalaman berpikir,ia memilih untuk mengungkapkan perasaannya pada Alvaro hari ini.Menurutnya ini waktu yang tepat,karena setelah ini akan ada libur akhir semester satu.Jadi setelah mengungkapkan perasaannya, setidaknya keesokan harinya ia tidak perlu bertemu dengan Alvaro untuk sementara waktu sampai dua Minggu ke depan.

"Eh,Al Tasya mana?",tanya Kalista pada Al yang tadi sempat ke kantin sebentar bersama Tasya.

"Lagi ngobrol sama temannya dari kelas lain,lama dia ngobrolnya jadi gue tinggal,"jawab Alvaro.

"Emmh,Al gue mau ngomong sesuatu,tapi gak disini,"ujar Kalista dengan gugup.

"Mau ngomong apa? Kenapa gak ngomong di sini aja?"

"Gak,jangan di sini.Ikut gue yuk,janji gak akan lama,gue cuma mau ngomong bentar."

Alvaro mengangguk,ia lalu mengikuti kemana Kalista akan mengajaknya.Gadis itu menghentikan langkahnya ketika berada sudah berada di taman dekat lapangan,yang memang cukup sepi.

"Mau bicara apa?",tanya Alvaro penasaran.

Kalista memainkan jari-jarinya,ia jadi ragu untuk mengungkapkan perasaannya setelah berhadapan langsung dengan Al.Ia menarik napasnya lalu menatap Alvaro.

"Al,g-gue suka sama Lo,"Kalista bernapas lega setelah berhasil mengatakan itu.

Di hadapannya Alvaro menatap nya dengan tatapan yang sulit diartikan.Laki-laki itu laku menatap Kalista dari atas kebawah,berulang kali.

"Emmh,maaf nih,Kal.Gue gak bisa nerima perasaan Lo."

Kalista tadi memasang wajah cerah berubah,senyuman kecil sedari tadi menghiasi wajahnya luntur seketika.

"Kenapa?"tanya Kalista lirih dengan hati yang mulai merasa sakit.

Laki-laki di hadapannya terlihat menghela napas."Gue gak tau apa yang buat Lo suka dan nyatain perasaan sama gue."

Kening Kalista berkerut.Memangnya ada yang salah ya kalau dia menyatakan perasaannya pada laki-laki yang ia sukai?

"Maaf Kal,gue gak bisa."

"Ya tapi kenapa?Gue pikir selama ini kita cukup Deket Lo juga selalu bersikap manis sama gue.Obrolan kita juga selalu nyambung."

"Kal." Alvaro menyela sebelum Kalista berbicara lebih banyak.

"Lo bisa ngaca?",ujar Alvaro lagi.

"Ngaca?",tanya Kalista tak mengerti.

"Lihat diri lo, Kal! Bahkan untuk merawat diri sendiri saja lo gak bisa. Gue mau pacar yang anggun dan tahu cara menjaga penampilannya. Bukan kayak lo yang berpenampilan seperti cowok. Gue emang menikmati pertemanan kita, karena kita punya banyak kesamaan saat berbicara. Tapi soal perlakuan manis yang gue lakuin, mungkin gue gak seharusnya lakuin itu supaya lo gak salah sangka." Alvaro menyesalinya dengan wajah yang penuh penyesalan.

"Maaf, Kal, tapi aku yakin lo bukan pasangan yang cocok buat gue. Gue merasa malu untuk ngenalin Lo ke teman-teman gue sebagai pacar. Seharusnya, sebelum nyatain perasaan lo, Lo  perlu belajar yang namanya tau diri."

Kalista mencengkeram rok seragamnya, matanya mulai berkaca-kaca.

"Pacaran itu buat cewek dan cowok ! Lo harus sadar, dengan penampilan Lo yang seperti ini, gak akan ada cowok yang mau sama lo. Setiap cowok mau melindungi pacarnya, bukan bersaing atau kalah kuat dari kekasihnya. Gue  kira penjelasan gue cukup supaya buat Lo sadar!" Setelah mengucapkan itu, Alvaro pergi begitu saja meninggalkan Kalista yang terhempas oleh gelombang perasaan patah hati, air mata mulai jatuh, dan hatinya hancur luluh lantak, terkoyak diantara sesal, kemarahan, dan kesepian.

Apakah memang penampilannya begitu buruk? Memang, dia tak secantik gadis-gadis lain dan tidak memiliki aura anggun yang melayang di sekelilingnya. Namun, apakah ia begitu buruk hingga pantas diperlakukan demikian?

Ia berbalik, menatap pantulan dirinya pada kaca gedung yang seolah menyindir dengan kelicikan. Tak ada yang berbeda, sama seperti gadis lainnya. Namun, rambutnya yang lebih pendek dan lengan baju yang digulung sepertinya telah membuatnya menjadi objek hinaan. Hanya cara berpakaian dan merawat diri yang membedakannya dengan perempuan lain, lalu kenapa Alvaro begitu angkuh padanya?

Sejujurnya, hatinya hancur berkeping-keping oleh kata-kata laki-laki itu, apalagi ketika matanya memancarkan rasa jijik seolah menatap sesuatu yang kotor dan tak bernilai. Ia tak menyangka jika Alvaro akan menginjak-injak perasaannya seperti itu. Rasanya cinta yang semula menyala bak bara api, kini sirna bagaikan angin yang lembut menghembuskan kesedihan.

Menahan luka yang begitu dalam, ia mengepalkan tangan sekuat tenaga, berjanji pada dirinya sendiri. Mulai hari ini, tak ada lagi harapan yang mampu mempertahankan keberadaan laki-laki itu dalam hidupnya. Ia akan menjauh, menghapus setiap kenangan bersama Alvaro, dan memulai lembaran baru yang lebih baik untuk dirinya.

Episodes
1 satu
2 dua
3 tiga
4 empat
5 lima
6 enam
7 tujuh
8 delapan
9 sembilan
10 sepuluh
11 sebelas
12 dua belas
13 tiga belas
14 empat belas
15 lima belas
16 enam belas
17 tujuh belas
18 delapan belas
19 sembilan belas
20 Dua puluh
21 Dua puluh satu
22 Dua puluh dua
23 dua puluh tiga
24 Dua puluh empat
25 dua puluh lima
26 dua puluh enam
27 dua puluh tujuh
28 dua puluh delapan
29 dua puluh sembilan
30 tiga puluh
31 tiga puluh satu
32 tiga puluh dua
33 tiga puluh tiga
34 tiga puluh empat
35 tiga puluh lima
36 tiga puluh enam
37 tiga puluh tujuh
38 tiga puluh delapan
39 tiga puluh sembilan
40 empat puluh
41 empat puluh satu
42 Empat puluh dua
43 empat puluh tiga
44 empat puluh empat
45 empat puluh lima
46 empat puluh enam
47 empat puluh tujuh
48 empat puluh delapan
49 empat puluh sembilan
50 lima puluh
51 lima puluh satu
52 lima puluh dua
53 lima puluh tiga
54 lima puluh empat
55 lima puluh lima
56 lima puluh enam
57 lima puluh tujuh
58 lima puluh delapan
59 lima puluh sembilan
60 enam puluh
61 enam puluh satu
62 enam puluh dua
63 enam puluh tiga
64 enam puluh empat
65 enam puluh lima
66 enam puluh enam
67 enam puluh tujuh
68 enam puluh delapan
69 enam puluh sembilan
70 tujuh puluh
71 Tujuh puluh satu
72 tujuh puluh dua
73 tujuh puluh tiga
74 tujuh puluh empat
75 tujuh puluh lima
76 tujuh puluh enam
77 tujuh puluh tujuh
78 Ending
Episodes

Updated 78 Episodes

1
satu
2
dua
3
tiga
4
empat
5
lima
6
enam
7
tujuh
8
delapan
9
sembilan
10
sepuluh
11
sebelas
12
dua belas
13
tiga belas
14
empat belas
15
lima belas
16
enam belas
17
tujuh belas
18
delapan belas
19
sembilan belas
20
Dua puluh
21
Dua puluh satu
22
Dua puluh dua
23
dua puluh tiga
24
Dua puluh empat
25
dua puluh lima
26
dua puluh enam
27
dua puluh tujuh
28
dua puluh delapan
29
dua puluh sembilan
30
tiga puluh
31
tiga puluh satu
32
tiga puluh dua
33
tiga puluh tiga
34
tiga puluh empat
35
tiga puluh lima
36
tiga puluh enam
37
tiga puluh tujuh
38
tiga puluh delapan
39
tiga puluh sembilan
40
empat puluh
41
empat puluh satu
42
Empat puluh dua
43
empat puluh tiga
44
empat puluh empat
45
empat puluh lima
46
empat puluh enam
47
empat puluh tujuh
48
empat puluh delapan
49
empat puluh sembilan
50
lima puluh
51
lima puluh satu
52
lima puluh dua
53
lima puluh tiga
54
lima puluh empat
55
lima puluh lima
56
lima puluh enam
57
lima puluh tujuh
58
lima puluh delapan
59
lima puluh sembilan
60
enam puluh
61
enam puluh satu
62
enam puluh dua
63
enam puluh tiga
64
enam puluh empat
65
enam puluh lima
66
enam puluh enam
67
enam puluh tujuh
68
enam puluh delapan
69
enam puluh sembilan
70
tujuh puluh
71
Tujuh puluh satu
72
tujuh puluh dua
73
tujuh puluh tiga
74
tujuh puluh empat
75
tujuh puluh lima
76
tujuh puluh enam
77
tujuh puluh tujuh
78
Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!