sembilan

Kalista berjalan santai menuju kelasnya yang ada di lantai dua,ketika sampai di kelas ternyata sudah ada beberapa orang yang datang.Ia berjalan ke meja paling belakang,ia menyimpan tasnya lalu duduk di sana.

Sambil menunggu waktu upacara bendera,ia mengeluarkan ponselnya dan membuka video materi pelajaran yang di berikan guru yang mengajarnya di rumah.Setelah masuk SMA, ia meminta orang tuanya mencarikan guru privat untuknya dan tentu orang tuanya menyanggupi hal itu.

Ini baru satu Minggu ia menjadi siswi SMA,bahkan jadwal pelajaran saja belum dibagikan,tapi Kalista sudah belajar materi yang akan diajarkan nanti.

"Emmh,gue boleh duduk di sini?"

Atensinya teralihkan ketika mendegar suara seseorang seperti tengah berbicara padanya.Ia mendongak menatap laki-laki dengan kacamata bulat yang tengah berdiri di sampingnya.

Ia menatap laki-laki itu, seragam yang rapi serta atribut yang lengkap, rambut tertata indah dengan poni menutupi alis, dan kacamata bulat yang menambah kesan cerdasnya. Kalista menduga laki-laki tersebut adalah tipe cupu dan kutu buku.

"Iya," jawab Kalista singkat, lalu kembali fokus pada urusannya sendiri.

Laki-laki itu tampak senang dan menaruh tasnya di kursi di sebelahnya. "Hoodie lo gak dibuka? Emang gak gerah?" tanyanya penasaran.

Kalista menoleh, tatapan dinginnya menyapu wajah laki-laki itu. "Urusan lo apa? Mau gerah atau enggak, gue yang rasain," gerutu Kalista.

Laki-laki itu menutup bibirnya rapat-rapat, sepertinya ia merasa menyesal telah memilih Kalista sebagai teman sebangku. Terbayang betapa dingin dan tajamnya ucapan Kalista, ia mencoba mencari cara keluar dari situasi tersebut, tapi sudah terlambat. Semua kursi di kelas telah terisi, membuatnya merasa terperangkap dalam nasib naas sebagai teman sebangku Kalista.

Laki-laki itu diam,namun matanya melirik sekeliling, memperhatikan orang-orang yang akan menjadi teman kelasnya selama tiga tahun kedepan.Ada berbagai macam manusia di sini,tapi dari pengamatannya kebanyakan dari mereka adalah murid-murid yang suka belajar dan tidak pernah membuat masalah.Mungkin, ia tidak tau apakah penilaiannya terhadap teman-temannya itu benar atau tidak.

Tatapan laki-laki itu kini beralih ke sosok gadis di sampingnya. Dari penampilan serta sikap yang terpancar darinya, jelas bahwa dia adalah perempuan pemberani yang gemar menindas di sekolah lamanya,terlihat dari cara dia bicara dan menatap orang lain. Namun tak menutup kemungkinan, dia adalah gadis dingin yang menjaga jarak dengan orang lain.

Melihat tatapan menggantung dari laki-laki itu, Kalista spontan melirik ke arahnya dan menegur tajam. "Apa liat-liat?!"

Laki-laki itu segera menggeleng cepat dan mengalihkan perhatiannya, gugup. "Gila!ini cewek galak banget,kaya macan betina," gumamnya pelan.

Namun seketika, Kalista membantah pelan. "Gue masih bisa denger omongan Lo," tegasnya.

Laki-laki itu mencibir, menyesal. "Maaf," ucapnya seraya merunduk.

Mengesampingkan percakapan sejenak, Kalista menyimpan ponselnya ke dalam kantong rok seraya membuka hoodie yang selama ini menemani. Hoodie itu dilipat rapi dan masukkan ke dalam tas,ia mengambil topi dari dalam tasnya dan memakainya. Dengan langkah tegas, ia segera beranjak dari tempat duduknya.

Melihat kalista bergegas, laki-laki itu mengajukan pertanyaan. "Mau ke mana?" tanyanya penasaran.

"Upacara," jawab Kalista ringkas lalu melangkah keluar dari kelas dengan penuh percaya diri.

Laki-laki itu menatap Kalista yang menghilang di balik pintu, bersamaan dengan itu bel berbunyi,ia segera mengambil topinya dalam tas lalu berjalan dengan langkah cepat menyusul teman-temannya yang lain.

Upacara dilaksanakan selama tiga puluh menit, setelahnya siswa-siswi diberikan waktu sepuluh menit istirahat memulai jam pelajaran pertama.

Kalista memanfaatkan waktu luangnya untuk membeli minuman di kantin. Ia berjalan seorang diri menyusuri koridor, namun langkahnya tiba-tiba terhenti ketika seorang laki-laki dengan sengaja menghalanginya. Ditatapnya laki-laki itu dengan dingin, namun laki-laki tersebut tak peduli dan berkata, "Adek kelas nih, boleh kenalan?" Sambil mengulurkan tangannya.

Kalista tak mau meladeni, ia memilih menghindar dan melanjutkan perjalanan ke kantin. Ini adalah satu dari sekian banyak alasan mengapa ia tak suka mempercantik diri.

Sesampainya di kantin, ia membeli sebotol air mineral. Setelah membayar, ia segera kembali ke kelasnya. Namun di tempat yang sama, laki-laki tadi kembali menghadangnya.

"Kenalan dulu lah," ujarnya.

Kalista mendengus kesal dan menjawab, "Minggir, gue mau lewat."

Laki-laki itu tak bergeming, malah balas menyahut, "Kenalan dulu dong, pelit amat sih." Sambil tersenyum sinis.

Ia menatap jengkel laki-laki di depannya,lalu tatapan Kalista teralih pada seorang gadis yang tengah menatap kearah mereka dengan tatapan seperti marah.Ia lalu tersenyum miring.

"Tuh, pacar Lo ngamuk,"ujar Kalista sambil menunjuk ke arah gadis itu dengan dagunya.

Laki-laki itu menoleh ke belakang,lalu sedetik kemudian ia kembali menghadap ke arahnya dengan wajah panik."Mampus!", ujarnya.

Laki-laki itu segera menyingkir dari depannya dan masuk ke dalam ruang kelasnya.

Kalista kembali melanjutkan langkahnya,setelah berada di samping gadis tadi ia berhenti sejenak lalu berkata."Cowok Lo buaya, hati-hati,"ujarnya lalu kembali melanjutkan langkahnya.

Sampai di kelas ia langsung duduk di bangkunya dan menegakkan minum yang baru ia beli.

Di sampingnya sedari tadi laki-laki yang sebangku dengannya menatapnya, memalingkan wajahnya saat Kalista menoleh.

"Kenapa?",tanyanya.

Laki-laki itu menggeleng.

Kalista menghela napasnya."Gue tau Lo mau ngomong sesuatu,"ujarnya.

Laki-laki itu sempat menoleh sebentar."Emmh,anu gu-gue cuma mau kenalan aja,kita kan temen semenjak tapi gak saling kenal,rasanya aneh."

"Nama gue Aldara."

Laki-laki itulah nampak memperlihatkan senyum tipis saat ia memperkenalkan namanya."Gue Aldo,salam kenal ya,"ucapnya dengan semangat tak lupa ia mengulurkan tangan pasangan gadis itu.

Kalista hanya melirik sebentar tanpa menyambut uluran tangan laki-laki itu.

Wajah cerah laki-laki itu berubah,ia menarik kembali tangannya.

Kalista melirik sebentar ke samping,ia melihat dengan jelas wajah muram laki-laki itu.Ia sebenarnya tak tega,karena kejadian masa lalu ia sedikit tidak percaya jika berteman dengan laki-laki,takut nanti dia jatuh cinta pada laki-laki itu dan kembali di tolak seperti dulu.

Beberapa menit kemudian guru masuk dan pembelajaran pun di mulai.

_____

Jam istirahat tiba, satu per satu teman kelasnya bergegas keluar kelas, menuju kantin. Di tengah keheningan kelas, Kalista mengeluarkan kotak makan dari tasnya. Di sampingnya, Aldo melakukan hal yang sama.

Dengan perasaan ragu, Aldo bertanya, "lo bawa bekal juga ya?"

Walaupun sering diacuhkan oleh Kalista, Aldo tak pernah berhenti berusaha untuk berbicara dengannya. Namun, Kalista tetap saja menjaga jarak.

"Menurut lo?" jawabnya singkat dan dingin.

Aldo tersenyum lembut, kemudian menjawab dengan polos, "Ya, lo bawa."

Kalista melirik tajam, "Kalau tahu jawabannya, ngapain tanya?"

Aldo kembali diam, ia mulai membuka kotak bekalnya dan menyantap isinya. Begitu pula dengan Kalista. Keduanya menikmati makan siang dengan suasana yang hening dan tegang. Usai makan, Aldo menyimpan kotak bekalnya dan mengambil kotak makanan lain yang berisi buah-buahan serta kue kering.

Dengan tangan gemetar dan perasaan cemas, ia menawarkan kotak makan tersebut kepada Kalista. "Lo mau coba?"

Kalista menatap kotak makanan tersebut dalam sekejap, sebenarnya ia ingin menerima, namun ada rasa gengsi yang mencegahnya.

Dengan angkuh ia menjawab, "Gak usah. Lo saja yang makan."

Seolah tidak mendengar, Aldo mengambil beberapa buah anggur dari kotak makannya, kemudian meletakkannya di atas tutup kotak makan Kalista.

"Gue tahu Lo mau, makan saja. Tenang, tidak ada racun di dalamnya," ucap Aldo dengan nada santai.

"Terima kasih," gumam Kalista dengan wajah yang masih kaku.

Aldo tersenyum tipis. Meskipun gadis itu terlihat dingin, ia tahu bahwa Kalista masih bisa menunjukkan rasa terima kasih. "Maaf ya, kalau sikap gue selama ini buat lo risih. Sebenarnya gue cuma mau berteman dengan lo," ungkap Aldo dengan tulus.

Kalista terdiam sesaat, kemudian berkata, "Iya, gue juga minta maaf kalau sikap gue selama ini menyinggung perasaan lo. Tapi memang begini sifat gue."

Aldo mengangguk lega, merasa bahwa setidaknya dengan pembicaraan ini, ia tidak perlu merasa canggung lagi dengan gadis di sampingnya yang ternyata bernama Aldara. Setelah berbincang, ia pun menyadari bahwa gadis ini tidak seburuk yang sempat ia duga sebelumnya. Semoga saja, pertemanan baru ini bisa membawa perubahan positif bagi keduanya.

Episodes
1 satu
2 dua
3 tiga
4 empat
5 lima
6 enam
7 tujuh
8 delapan
9 sembilan
10 sepuluh
11 sebelas
12 dua belas
13 tiga belas
14 empat belas
15 lima belas
16 enam belas
17 tujuh belas
18 delapan belas
19 sembilan belas
20 Dua puluh
21 Dua puluh satu
22 Dua puluh dua
23 dua puluh tiga
24 Dua puluh empat
25 dua puluh lima
26 dua puluh enam
27 dua puluh tujuh
28 dua puluh delapan
29 dua puluh sembilan
30 tiga puluh
31 tiga puluh satu
32 tiga puluh dua
33 tiga puluh tiga
34 tiga puluh empat
35 tiga puluh lima
36 tiga puluh enam
37 tiga puluh tujuh
38 tiga puluh delapan
39 tiga puluh sembilan
40 empat puluh
41 empat puluh satu
42 Empat puluh dua
43 empat puluh tiga
44 empat puluh empat
45 empat puluh lima
46 empat puluh enam
47 empat puluh tujuh
48 empat puluh delapan
49 empat puluh sembilan
50 lima puluh
51 lima puluh satu
52 lima puluh dua
53 lima puluh tiga
54 lima puluh empat
55 lima puluh lima
56 lima puluh enam
57 lima puluh tujuh
58 lima puluh delapan
59 lima puluh sembilan
60 enam puluh
61 enam puluh satu
62 enam puluh dua
63 enam puluh tiga
64 enam puluh empat
65 enam puluh lima
66 enam puluh enam
67 enam puluh tujuh
68 enam puluh delapan
69 enam puluh sembilan
70 tujuh puluh
71 Tujuh puluh satu
72 tujuh puluh dua
73 tujuh puluh tiga
74 tujuh puluh empat
75 tujuh puluh lima
76 tujuh puluh enam
77 tujuh puluh tujuh
78 Ending
Episodes

Updated 78 Episodes

1
satu
2
dua
3
tiga
4
empat
5
lima
6
enam
7
tujuh
8
delapan
9
sembilan
10
sepuluh
11
sebelas
12
dua belas
13
tiga belas
14
empat belas
15
lima belas
16
enam belas
17
tujuh belas
18
delapan belas
19
sembilan belas
20
Dua puluh
21
Dua puluh satu
22
Dua puluh dua
23
dua puluh tiga
24
Dua puluh empat
25
dua puluh lima
26
dua puluh enam
27
dua puluh tujuh
28
dua puluh delapan
29
dua puluh sembilan
30
tiga puluh
31
tiga puluh satu
32
tiga puluh dua
33
tiga puluh tiga
34
tiga puluh empat
35
tiga puluh lima
36
tiga puluh enam
37
tiga puluh tujuh
38
tiga puluh delapan
39
tiga puluh sembilan
40
empat puluh
41
empat puluh satu
42
Empat puluh dua
43
empat puluh tiga
44
empat puluh empat
45
empat puluh lima
46
empat puluh enam
47
empat puluh tujuh
48
empat puluh delapan
49
empat puluh sembilan
50
lima puluh
51
lima puluh satu
52
lima puluh dua
53
lima puluh tiga
54
lima puluh empat
55
lima puluh lima
56
lima puluh enam
57
lima puluh tujuh
58
lima puluh delapan
59
lima puluh sembilan
60
enam puluh
61
enam puluh satu
62
enam puluh dua
63
enam puluh tiga
64
enam puluh empat
65
enam puluh lima
66
enam puluh enam
67
enam puluh tujuh
68
enam puluh delapan
69
enam puluh sembilan
70
tujuh puluh
71
Tujuh puluh satu
72
tujuh puluh dua
73
tujuh puluh tiga
74
tujuh puluh empat
75
tujuh puluh lima
76
tujuh puluh enam
77
tujuh puluh tujuh
78
Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!