Angel merasa dirinya sangat bodoh dan tidak berharga. "Derren tidak akan pernah menikahi aku, dia hanya menjadikan aku sebagai pemuas nafsunya saja. Aku tidak mau jika begini selamanya." Angel mengambil pisau dan menusukkan berkali-kali ke perutnya hingga banyak mengeluarkan darah.
Angel memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri, karena begitu frustasi dengan sikap Derren yang tidak pernah mau memberikan kepastian dalam hubungan mereka.
Ketika tetangga kosan Angel datang mengantarkan makanan, dia kaget melihat kondisi Angel dan langsung menghubungi polisi.
Polisi pun datang dan kamar Angel diberi line police. Seketika semua penghuni kos digegerkan dengan aksi bunuh diri dengan cara yang tragis itu.
...***...
Dua hari kemudian Sonia baru mendapatkan kabar bahwa Angel meninggal bunuh diri di kamar nya, saat itu Sonia hendak bercerita pada Angel mengenai Sean, yang mana Sean adalah masa lalunya. Selama ini Angel begitu penasaran dengan pria yang Sonia cintai.
Sonia begitu shock mendengar kematian Angel yang sangat mendadak dan tragis.
"Kenapa kamu malah mengakhiri semuanya dengan cara seperti ini sih Ngel, Ya Allah. Masih banyak cara lain kan buat mengakhiri hubungan kamu, kenapa kamu malah mengakhiri hidup kamu sendiri? Terus aku harus berbagi cerita sama siapa sekarang? Kamu egois tau nggak." Sonia merutuki Angel di makam nya, dia belum bisa menerima kepergian Angel dengan cara seperti itu.
Sonia datang bersama Sean ke makam, mereka sudah kembali menjalin hubungan setelah 5 tahun berpisah.
"Sekarang dia sudah tenang di sana, kamu nggak boleh larut juga dalam kesedihan ini. Kamu harus semangat menjalani semuanya tanpa Angel," kata Sean menenangkan Sonia.
"Aku sangat benci sama Derren tau nggak, ini semua pasti gara-gara dia. Dasar laki-laki bajingan, nidurin mau, nikahin banyak gaya, cowok kurang ajar emang," umpat Sonia pada Derren seolah Derren ada di hadapannya.
Saat akan pulang, Sonia melihat Derren datang ke makam Angel, emosi Sonia langsung memuncak, dia menampar dan memukul Derren menggunakan sepatu pansusnya. Deren mengaduh kesakitan, Sean berusaha menenangkan Sonia namun tidak berhasil.
"Ngapain kamu ke sini hah? Belum puas juga kamu sudah bikin Angel begini? Apa salah nya sih kamu beri kepastian sama Angel, ini nggak. Nikahin dia kamu nggak mau, mutusin dia juga kamu enggan, emang kamu pikir hubungan kalian sekedar pelampiasan nafsu doang? Kalau memang begitu kenapa kamu nggak sewa aja wanita murahan, banyak kok, kenapa harus sahabat aku sih yang kamu jadikan korban? Dasar kurang ajar." Sonia teriak sambil menunjuk wajah Derren, lelaki itu babak belur dibuat oleh Sonia.
Sean mencoba untuk memeluk Sonia agar tidak marah-marah lagi dan cara itu berhasil, Sonia kembali menangis dalam pelukan Sean.
"Udah udah, jangan kayak gini. Gimana pun juga ini sudah menjadi takdirnya Angel," tukas Sean.
"Aku bukannya tidak mau menikahi dia Son, tapi aku meminta waktu sama dia, itu aja kok." Dengan entengnya Derren bilang begitu pada Sonia yang membuat gadis itu kembali naik pitam.
"Minta waktu? Mau sampai kapan hah? Sampai dia mati? Ini kamu liat, dia udah mati. Ini waktu yang kamu minta itu? Giliran minta jatah tiap hari aja kamu nggak pernah tau waktu, tapi buat tanggung jawab susahnya minta ampun."
"Aku juga tidak menyangka kalau dia akan senekat ini, ini juga bukan kesalahanku." Sonia ingin memaki Derren lagi namun ditahan oleh Sean.
"Udah Son, kamu nggak usah ikut campur urusanku." Sonia kembali melayangkan sepatunya ke wajah Derren hingga akhirnya Sean menggendong Sonia dan memasukkan nya ke dalam mobil.
"Kamu jangan begini dong sayang, lelaki begitu tidak akan pernah merasa dirinya salah, dia akan selalu merasa benar. Jadi percuma aja kamu berdebat dengan lelaki modelan begitu, yang ada tenaga kamu bakalan terkuras."
"Aku kesal banget Sean, aku sangat tau bagaimana Angel mencintai dia tapi dia sama sekali nggak ada ada empati untuk Angel, asal kamu tau nih ya, Angel itu meninggal karena tidak diberi kepastian hubungan oleh Derren, Angel sendiri yang ngomong sama aku sebelum dia meninggal." Emosi Sonia masih menggebu, Sean merasa lucu dengan ekspresi Sonia karena yang dia tau, Sonia sangat jarang sekali marah dan merepet seperti ini.
"Iya aku ngerti, tapi kamu jangan kepancing emosi begini."
"Maafin aku Sean, aku nggak bisa menahan diri saat liat muka tuh cowok." Sean kembali memeluk Sonia dengan sedikit terkekeh.
"Iya iya, aku ngerti, udah sabar."
Sean membawa Sonia ke sebuah cafe, perut mereka berdua sangat lapar, apalagi Sonia yang baru saja habis memaki-maki Derren.
Sonia dan Sean memilih sebuah cafe yang begitu nyaman bagi mereka untuk berduaan. Setelah mendengar perkataan Kenzo waktu itu, Sean kembali mencoba untuk mendekati Sonia melalui kerja sama antara perusahaannya dengan perusahaan Vanno.
Sean juga rela pindah rumah dari Jakarta ke Bandung hanya untuk bisa lebih dekat dengan Sonia. Bahkan Sean juga sering membeli cake diam-diam melalui Rani, pembantu di rumahnya yang ada di Bandung, semua itu hanya untuk bisa melepas rindu dengan cara memakan buatan Sonia.
Mereka berdua menyantap makanan yang sudah terhidang sambil sesekali bicara hal yang tidak penting.
Sean bisa melihat jelas, jika sekarang wajah Sonia tampak tidak baik, dia terlihat tidak semangat bahkan saat tertawa pun tampak sekali dia paksakan.
"Jangan berduka lama-lama dong sayang, meraung-raung pun kamu, nggak bakalan membuat Angel hidup kembali," kata Sean pada Sonia.
"Iya aku tau, tapi kan sedih Sean, aku udah nggak punya teman cerita lagi, nggak bakalan ghibahin orang lagi dan juga nggak bisa temu kangen lagi."
"Kan ada aku, kamu bisa cerita padaku, bisa ghibahin orang sama aku dan pastinya juga bisa temu kangen setiap hari sama aku." Sonia tertawa manis mendengar perkataan Sean, dia tidak menyangka kalau Sean yang sekarang sudah bisa bergurau seperti ini, yang dia tahu, Sean adalah orang yang sangat dingin dan serius dalam hal apapun, sangat jarang dia mau bergurau seperti ini.
"Sejak kapan kamu mau ghibahin orang?" tanya Sonia.
"Sejak tadi."
"Haha yakin kamu mau dengerin aku ghibahin orang?"
"Yakinlah, karena itu nggak akan mungkin."
"Maksudnya?"
"Kamu nggak akan pernah ghibahin orang Sonia, karena aku sangat tau dirimu, kamu tidak pernah mau mengurusi hidup orang lain."
"Aku udah berubah sekarang Sean, nggak kayak dulu lagi."
"Iya sih, udah berubah banget malahan, buktinya kamu mau kembali sama aku padahal terakhir kali kita ketemu kan kamu mutusin aku dan bilang jangan pernah mencari kamu lagi." Sonia tertegun mendengar perkataan Sean,senyum di bibirnya seketika hilang.
Sonia memang berkata begitu pada Sean lima tahun yang lalu, saat dirinya masih kuliah di tahun pertama.
Sean dan Sonia sudah menjalin hubungan dari Sonia SMP, bagi Sonia, Sean itu sosok laki-laki yang bisa melindungi dan menjaganya, mereka berpacaran sampai Sonia lulus SMA, saat awal-awal kuliah pun hubungan mereka masih baik-baik saja, sampai pada akhirnya masalah besar datang dan membuat Sonia harus meninggalkan Sean.
"Kok bengong, ayo makan, ntar dingin nggak enak loh." Sean membuyarkan lamunan Sonia dengan memegang tangannya.
"Ah iya, maaf." Sonia melanjutkan makannya, dia membuang jauh-jauh apa yang pernah terjadi antara dirinya dengan Sean lima tahun yang lalu.
"Aku harus bisa melupakan semuanya, sekarang keadaan sudah baik-baik saja dan Sean juga sudah memaafkan ku. Aku tidak mau mengingat kenangan pahit itu lagi, aku nggak mau kehilangan Sean lagi," batin Sonia sambil mencuri-curi pandang pada Sean.
Selesai makan, Sean memutuskan untuk mengantarkan Sonia pulang, masih banyak pekerjaan yang harus dia kerjakan hari ini.
"Kamu hati-hati di jalan, kalau sudah sampai kabarin aku," ingat Sonia sambil membuka *seat*belt, Sean menahan Sonia dengan menggenggam tangan gadis cantik itu.
"Ada apa?"
"Peluk aku Son, aku kangen sama pelukan kamu," pinta Sean, Sonia memeluk pria itu dengan pelukan khasnya, menyembunyikan wajah di ceruk leher Sean, itu seakan tempat ternyaman saat berpelukan, dia dengan rakus menghirup aroma tubuh Sean yang sudah lama tidak dia nikmati. Pelukan Sonia inilah yang membuatnya selalu diterpa rindu.
"Tolong jangan pernah meninggalkanku lagi, sudah cukup waktu lima tahun itu untuk perpisahan kita," kata Sean dengan air mata yang tak sengaja jatuh begitu saja.
"Maafkan aku Sean, aku janji tidak akan meninggalkanmu lagi."
...•••...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments