..."Tuan memanggil saya?" tanya Rani pada Sean, dia menundukkan kepala saat berbicara pada tuannya itu....
"Iya, saya mau kamu menjemput cake di rumahnya Sonia, tadi saya memesan 20 cake, bilang saja untuk acara ya."
"Baik tuan."
Memang seperti itu Sean, dia akan memesan cake buatan Sonia untuk melepas rindu pada Sonia, lalu membagikan cake itu pada para pelayan di rumahnya.
Rani langsung menuju ke rumah Sonia bersama dengan sopir Sean, Rani sudah berdandan layaknya bukan seorang pembantu, itu atas perintah dari Sean.
Selama ini Rani sudah menjadi pelanggan tetap Sonia yang selalu order banyak, paling sedikit Rani akan order sebanyak 10 cake dan paling banyak bisa sampai 60 bahkan 100 cake, tentu saja Sonia tidak mengerjakannya sendiri, dia akan membayar jasa orang lain untuk membantu.
Rani tiba di depan rumah Sonia, mengetuk pintu rumah itu namun tidak ada jawaban. Lama menunggu akhirnya Rani memberanikan diri untuk memeriksa dengan cara mengintip ke dalam rumah Sonia.
Rani kaget melihat Sonia yang sudah tergeletak dengan hidung yang mengeluarkan banyak darah. Rani meminta tolong kepada Jabar, sopir Sean untuk membantu Sonia.
Jabar mendobrak pintu rumah tersebut dan akhirnya berhasil untuk masuk. Mereka langsung membawa Sonia ke rumah sakit, beruntungnya Sonia cepat mendapatkan pertolongan dari dokter, hingga keadaannya membaik.
...***...
Sonia mengedarkan pandangannya dan melihat ada Rani dan Jabar sedang menunggu dirinya sadar.
"Mbak Rani, saya kenapa ya?" tanya Sonia bingung karena tiba-tiba dia sudah berada di rumah sakit.
"Kamu tadi pingsan Sonia, hidungmu keluar darah, makanya kami lancang mendobrak pintu rumahmu dan membawa kamu ke sini," jelas Rani.
"Ya Allah, maafin aku ya mbak, aku jadi ngerepotin mbak sama mas nya."
"Nggak kok, sekarang mending kamu istirahat ya, kata dokter tadi kamu itu kelelahan."
"Iya mbak, makasih banyak loh ya," ucap Sonia dengan sedikit sungkan karena sudah membuat repot orang lain.
Sonia memang akhir-akhir ini sering kelelahan, banyak pekerjaan yang dia lakukan tanpa ada waktu untuk istirahat atau bisa dikatakan waktu istirahatnya tidak cukup.
"Mungkin aku harus libur dulu deh jualan, nggak mungkin harus maksain kerja kalo ujung-ujungnya bakalan sakit begini. Penghasilan ku bakalan habis buat berobat aja kalau begini," pikir Sonia yang menyadari konsekuensi dari memaksakan tubuhnya.
Rani dan Jabar pulang tanpa membawa pesanan dari Sean.
"Maaf tuan, Sonia sedang sakit, tidak ada pesanan yang saya bawa sekarang." Sean kaget, dia langsung berdiri dan memeriksa ponselnya, memang Sonia belum merespon orderannya, biasanya pesan Sean selalu direspon cepat oleh Sonia, tentunya Sean menggunakan nomor lain.
"Sonia sakit apa?" Sean bertanya dengan nada yang begitu khawatir.
"Tadi saat kami datang ke rumahnya, saya melihat kalau Sonia tergeletak dengan hidung yang banyak mengeluarkan darah, saya dan Jabar membawa Sonia ke rumah sakit terdekat dan keadaan nya sekarang masih lemah tuan, kata dokter tadi sih, Sonia kelelahan." Rani menjelaskan pada Sean kondisi Sonia dan di balas anggukan oleh Jabar karena memang dia yang mendobrak pintu rumah Sonia.
"Ya sudah, kalau begitu kalian boleh pergi." Rani dan Jabar sedikit menunduk lalu pergi dari hadapan Sean.
"Permisi tuan," pamit mereka berdua.
Sean menyambar kunci mobilnya, dia pergi mengenakan pakaian casual dan terlihat lebih santai, hari ini dia tidak ke kantor. Sean menuju ke rumah sakit dimana Sonia sedang dirawat, setelah mengetahui ruangan Sonia, Sean segera menuju ke sana dengan perasaan khawatir.
"Semoga dia baik-baik saja," harap Sean pada kondisi Sonia.
Pria itu sampai di depan ruangan yang dituju, sebelum masuk, dia mendengar suara Vanno dari dalam sana sedang bicara dengan Sonia, timbul rasa cemburu di hati Sean mendengar hal itu.
Sean mengintip dengan sedikit membuka pintu ruangan dan melihat Vanno sedang bicara pada Sonia sambil menggenggam tangan gadisnya.
"Apa gaji yang aku berikan padamu itu kurang Sonia? Kamu jangan memaksakan diri dalam bekerja seperti ini, begini kan jadinya. Tubuh kamu juga butuh istirahat loh."
"Iya Vanno maaf, tapi aku senang aja ngelakuin nya, bukan karna gaji yang kamu berikan kurang kok." Vanno dan Sonia memang dekat sebagai teman jika tidak sedang berada di kantor, Sonia tadi meminta izin pada Vanno karena dia sakit, dengan cepat Vanno melesat untuk menemui Sonia.
"Aku sangat khawatir melihat kamu begini, saat mendapat telfon dari kamu tadi, aku meninggalkan meeting dan langsung menghampirimu Sonia."
Vanno begitu perhatian namun dalam hati gadis itu, sama sekali tidak memiliki perasaan apapun pada bos tampannya.
"Terima kasih sudah khawatir, aku hanya tidak ingin libur masuk kantor tanpa kabar Van, maaf ya sudah mengganggu waktu kamu."
"Jangan bicara begitu, kamu tidak pernah mengganggu waktu ku Sonia." Sonia tersenyum yang membuat Sean terbakar api cemburu.
"Mereka sangat dekat, apa mereka memiliki hubungan spesial? Atau mereka berdua pacaran?"pikir Sean yang tengah mengintip mereka berdua.
"Permisi pak, saya mau masuk," sapa seorang perawat yang ingin masuk ke dalam ruangan Sonia. Sontak pandangan Vanno dan Sonia teralihkan dan melihat ada Sean berdiri di pintu ruang rawat.
"Pak Sean," kata Sonia pelan.
"Sean, kenapa di sini?" tanya Vanno, dia tidak bicara formal lagi karena sekarang bukan di kantor dan sedang tidak membicarakan bisnis.
Sean terlihat gelagapan dan akhirnya memasuki ruangan. Perawat tadi memeriksa infus di tangan Sonia dan memberikan vitamin untuk gadis 24 tahun itu.
"Vitamin nya diminum ya."
"Makasih sus."
Perawat itu meninggalkan ruang rawat tersebut, hanya Sean, Sonia dan Vanno yang tersisa. Vanno masih menunggu jawaban dari Sean.
"Hm gimana keadaan kamu? Kenapa kamu bisa masuk ke sini?" tanya Sean tanpa menjawab pertanyaan Vanno tadi.
"Alhamdulillah saya nggak apa-apa pak, saya cuma kelelahan aja. Besok juga saya udah boleh pulang kok," jawab Sonia dengan lembut disertai senyum.
"Kok kamu di sini Sean?" tanya Vanno lagi.
"Saya tadi membesuk teman di rumah sakit ini dan tidak sengaja mendengar suara kamu, saya pikir kamu yang sakit, jadi saya melihat ke sini." Sean berbohong untuk menutupi kegugupan nya dan dibalas anggukan oleh Vanno.
"Oh iya, saya masih ada meeting, kamu saya tinggal nggak papa?" tanya Vanno pada Sonia.
"Iya nggak apa Vanno."
"Pergi dulu ya, kamu jaga diri baik-baik. Nanti jika selesai meeting aku akan ke sini lagi." Vanno mengusap lembut kepala Sonia lalu melenggang keluar, Sean mengepalkan tangannya karena cemburu melihat kedekatan Vanno dan Sonia.
Suasana menjadi sangat canggung sekarang, Sonia dan Sean sama-sama bingung harus memulai percakapan darimana. Ditambah lagi mata Sonia yang terasa sangat berat setelah minum obat.
"Kamu ngantuk?" tanya Sean dengan rasa canggung yang terlihat jelas.
"Iya, tadi habis minum obat, kepala aku juga pusing sekarang."
"Tidurlah, kamu butuh istirahat yang cukup. Aku pergi dulu ya, semoga kamu lekas sembuh." Sean hendak pergi meninggalkan Sonia namun Sonia menahan Sean dengan memegang lengan kokoh pria itu.
"Bagaimana jika aku tidak sembuh Sean?" Sonia menitikkan air matanya dan menatap lekat kedua bola mata Sean.
Sean mendekat dan langsung memeluk Sonia dengan erat, melepaskan segala kerinduan yang selama ini dia pendam pada gadisnya.
"Kamu harus sembuh Sonia, kamu nggak boleh sakit begini." Sean juga menitikkan air matanya tapi dengan cepat dia hapus.
"Kenapa kau kembali lagi Sean?" tangis Sonia terdengar begitu sendu.
"Aku merindukanmu Sonia, tak cukup kah waktu 5 tahun bagimu menjauh dariku?" Sonia tak menjawab lagi, dia hanya terisak dalam pelukan Sean, pria yang menjadi cinta pertamanya itu kini kembali.
"Berpura-pura untuk tidak mengenalmu, adalah hal tersulit bagiku Sonia, tidak bisakah kita seperti dulu lagi?" tanya Sean sambil menangkup wajah gadisnya.
"Apa kamu mau kembali padaku? Setelah apa yang pernah aku lakukan dulu?"
"Tentu aku mau, sudah sangat lama aku ingin kembali padamu, apa kali ini aku diterima?" Sonia kembali memeluk erat Sean lalu ia mengangguk.
"Maafkan aku ya, aku sudah membuat kamu sakit hati," sesal Sonia.
"Shtt jangan diingat lagi, semua sudah berlalu kan."
...•••...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
niktut ugis
lah emak yg gila si nila nech
2025-03-14
0