Chapter 2 | Tamu Penting

Beberapa minggu yang lalu....

Seorang gadis pulang ke rumah riang gembira, gadis itu tidak lain adalah Isvara Kinandari Heksatama. Isvara atau Isva baru saja pulang dari kampus.

Baru saja sampai rumah, Isvara kaget melihat rumahnya mendadak ramai sekali. Tidak biasanya rumahnya ramai seperti ini, kecuali ada acara penting. Sedangkan yang Isvara tahu tidak ada acara penting dalam waktu dekat.

Isvara berdiri di sudut ruangan dengan pandangan ke arah sang ibu yang mondar-mandir tanpa henti, memeriksa setiap sudut dekorasi yang tengah dikerjakan beberapa orang dari salah satu penyedia jasa dekorasi. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan desah frustrasi yang sudah melayang di ujung lidahnya sejak tadi. Ada keletihan yang menyesak di dada, bukan karena sibuknya hari ini, tetapi karena terlalu sering menyaksikan pemandangan yang sama jika akan ada acara di rumahnya.

"Jangan letakkan bunga di situ! Geser sedikit ke kanan, biar simetris!" Suara mamanya terdengar tajam dan tegas. Para pekerja hanya mengangguk, menaati perintah tanpa perdebatan, mungkin sudah terbiasa.

Isvara menghela napas panjang. Gadis itu jadi teringat beberapa hari lalu rumah mereka disibukkan oleh persiapan acara besar—ulang tahun pernikahan kedua orang tuanya yang ke-20.

Namun, acara itu sudah terjadi. Akan tetapi, untuk hari ini Isvara sendiri masih berusaha menebak-nebak acara apalagi yang akan digelar di rumahnya.

Karena jiwa penasarannya meronta-ronta, tanpa menunggu lama Isvara langsung menghampiri mamanya. "Ma."

Mendengar panggilan putri sulungnya, Mama Isvara yang bernama Aina itu langsung menghentikan aktivitasnya.

"Ada apa, Isva?" Isvara tidak langsung menjawab pertanyaan mamanya, gadis cantik itu lebih memilih untuk menyalami sang Mama lebih dulu.

"Ma ini ada apa ya? Kok ada banyak banget orang? Enggak biasanya kayak gini?" tanya Isvara penasaran.

"Kamu enggak tau, nanti malam itu bakalan ada acara penting."

Isvara melotot, karena saking terkejutnya. "Acara apa Ma? Kok nggak ada yang bilang sama aku sih."

"Ada tamu penting buat kita, terutama buat adik kamu. Acaranya dadakan, mungkin Papa, Mama sama adik kamu lupa kasih tau kamu. Mending sekarang kamu siap-siap deh, Mama enggak mau kamu tampil biasa aja di acara nanti. Acaranya memang untuk adik kamu, tetapi Mama mau kedua anak Mama tampil cantik. Pokoknya semua orang harus tau kecantikan princess-princess keluarga Heksatama," jawab Aina dengan panjang lebar.

Isvara tersenyum kecil, sambil melihat disekelilingnya sebelum ia memutuskan untuk pergi ke kamarnya untuk bersiap-siap.

Aina kembali melakukan aktifitasnya seperti sebelum kedatangan Isvara. Memeriksa semuanya sampai tidak ada lagi yang terlewatkan.

Bagi Aina, detail terkecil pun adalah segalanya. Setiap hiasan bunga, setiap sudut ruangan harus sempurna. Dan itu membuat Isvara lelah.

Bukan hanya lelah fisik, tapi juga lelah jiwa. Karena gadis cantik itu, tidak begitu suka sesuatu yang berlebihan seperti mamanya.

"Apa gunanya semua ini?" gumam Isvara pelan, meski ia tahu mamanya tidak akan mendengar. "Siapa yang peduli kalau bunga-bunga ini nggak simetris? Siapa yang benar-benar akan memperhatikan?"

Namun, Isvara tahu, mamanya peduli. Sangat peduli. Bagi Aina, semua harus sempurna. Bahkan jika itu berarti mondar-mandir mengarahkan pekerja dekorasi sepanjang hari, memastikan setiap pita, bunga, dan taplak meja berada di tempatnya.

Bukan pergi ke kamarnya, Isvara malah berbalik arah menuju kamar sang adik yang memang berada tidak jauh dari kamarnya.

Isvara mengetuk pintu kamar adiknya yang bernama Ineisha dengan perlahan, karena tidak ingin menimbulkan keributan.

"Siapa?"

"Ini, Kakak, Nei," sahut Isvara dari depan pintu.

"Masuk aja, Kak. Enggak dikunci kok." Mendengar jawaban yang keluar dari mulut Ineisha, tanpa berpikir panjang.

Saat masuk kamar adiknya, Isvara melihat sang adik tidak hanya sendiri di kamar. Terlihat ada beberapa orang, seperti stylist, MUA dan juga hairdo. Mereka juga sedang melakukan tugasnya masing-masing.

"Kenapa, Kak?" Ineisha sedang di make up jadi tidak bisa berbicara terlalu banyak.

"Kata Mama bakal ada tamu penting buat kamu? Tamu penting siapa sih?" Rasa penasaran Isvara belum juga hilang, hingga ia memutuskan mencari tahunya lewat sang adik.

Bukan memberikan jawaban untuk sang Kakak, Ineisha hanya tersenyum manis.

"Jawab dong. Jangan senyum doang, kan Kakak jadi makin penasaran tau, Nei," paksanya.

"Nanti juga Kakak bakalan tau kok, siapa tamunya. Tahan aja dulu rasa penasarannya."

Isvara menghela napas, ingin sekali memaksa sang adik sampai memberikannya jawaban. Namun, sekarang adiknya sedang tidak sendirian di kamarnya. Hingga membuatnya kurang nyaman. Karena tidak mendapatkan jawaban yang ia inginkan, ia memilih pergi dari kamar Ineisha.

"Mau ke mana Kak?"

"Ke kamar," jawab Isvara singkat.

"Ngapain ke kamar, di sini aja. Habis ini 'kan giliran Kakak yang bakal di make up." Walau memang ini adalah acara Ineisha, tetapi Aina juga menyiapkan yang terbaik untuk Isvara.

"Enggak usah. Kakak nanti bisa dandan sendiri aja," tolaknya dengan halus.

"Kakak yakin?"

Isvara mengangguk, sebelum benar-benar menghilang dari kamar sang Adik.

Tidak butuh waktu lama, kini gadis cantik itu sudah berada di kamarnya sendiri. Bahkan sedang merebahkan diri, tidak langsung bersiap-siap seperti yang diperintahkan oleh sang Mama.

Isvara meraih buku designnya, dari pada dirinya sibuk menebak-nebak siapa tamu penting sang adik. Toh, memang siapapun tamunya, tidak akan merubah hidupnya.

Hingga ia akan lebih memilih mendesign sesuatu di bukunya, sudah lama juga Isvara tidak melakukan hal itu karena disibukkan dengan kuliah bisnisnya.

Isvara sangat suka sekali mendesign, bahkan hasil designnya selalu memuaskan. Namun, ia tidak bisa menjadi designer, padahal itulah impiannya.

Semua itu karena kedua orang tuanya menginginkan dirinya kuliah bisnis, mereka menginginkan Isvara menjadi pengganti sang Papa untuk mengurus perusahaan. Jika papanya sudah pensiun.

Namun, Isvara tetap mendesign walau hanya sebagai hobby saja.

"Kayaknya aku pengen deh, design gaun untuk pernikahanku sendiri. Mungkin aku nggak bisa mendesign untuk gaun orang lain, tetapi untuk gaunku sendiri harusnya gak papa," kata Isvara berbicara sendiri. Sebelum akhirnya mulai mendesign gaun impiannya.

***

Hari sudah malam, yang berarti tamu yang ditunggu sebentar lagi datang. Isvara sudah siap, tetapi dia tetap berada di kamarnya sampai dipanggil untuk ke ruang makan.

Terdengar suara ketukan pintu, Isvara yang mengira itu adalah pelayan yang datang memanggilnya. Ia segera bangkit untuk membukakan pintu.

Namun, ternyata yang mengetuk pintu bukanlah pelayan yang diperintah oleh sang Mama untuk memanggilnya. Tetapi Ineisha yang terlihat sudah sangat siap untuk bertemu dengan tamu penting.

"Nei, kenapa kamu malah ke kamar Kakak?" tanya Isvara dengan wajah bingung. Bukan menjawab, tanpa aba-aba Ineisha malah memeluk erat sang Kakak. "Aku deg-degkan banget, Kak."

"Wajar kok kamu deg-degkan apalagi kamu mau ketemu sama tamu penting." Isvara berusaha membuat adiknya tenang. Tentu ia sangat paham dengan apa yang kini sang adik rasanya.

"Gimana penampilan aku, Kak? Ada yang kurang enggak?" tanya Ineisha sambil memperlihatkan penampilannya pada Isvara.

Isvara tersenyum, ia memperhatikan adiknya dari atas sampai bawah. Memastikan tidak ada yang kurang pada diri adiknya.

"Kamu perfect banget kok, Nei. Apalagi kamu juga cantik banget."

Ineisha tersenyum bahagia mendengar pujian dari kakaknya, ia tahu bahwa sang Kakak tidak akan membohonginya.

"Makasih, Kak. Kakak juga cantik banget, walaupun enggak di make up sama MUA kayak aku," pujian tulus keluar dari mulut Ineisha.

Apa yang Ineisha katakan adalah sebuah kebenaran, Isvara tidak kalah cantik dari pada adiknya. Bahkan Isvara terlihat sangat cantik sekali, gadis itu memang termasuk pintar dalam masalah merias. Namun, dirinya jarang menggunakan keahliannya kecuali saat acara tertentu.

***

Tamu yang ditunggu-tunggu akhirnya datang, pelayan yang membukakan pintu. Namun, tidak jauh dari pintu sudah ada Darius bersama dengan istrinya menyambut kedatangan tamu walau yang datang hanyalah dua orang.

Seorang wanita paruh baya yang usianya hampir sama dengan Eyang Isvara dan Ineisha, selain tinggal bersama dengan kedua orang tuanya. Kedua adik kakak itu juga tinggal dengan Eyang mereka— Mama Darius yang bernama Rieta akan tetapi tidak setiap hari, karena terkadang Rieta menginap di rumah anaknya yang lain

Mereka berempat saling memperkenalkan diri, karena memang sebelumnya mereka tidak saling kenal. Aina langsung mengajak tamunya ke ruang makan, mereka memang akan makan malam dulu setelah itu mengobrol.

Di ruang makan, sudah ada Rieta yang berdiri di depan meja makan. Rieta merasa seperti mengenal salah satu tamunya, tetapi ia sedikit lupa. Jadi wanita paruh baya itu berusaha mengingatnya.

"Ma, kenalkan ini Archio dan Tante Tiana— Omanya Archio," ujar Aina memperkenalkan tamunya kepada sang ibu mertua.

"Tiana? Saya seperti tidak asing dengan nama itu," ujar Rieta.

Wanita paruh baya yang bernama Tiana itu tersenyum manis. "Tentu saja Anda tidak asing dengan nama saya, Nyonya Rieta. Atau Saya harus memanggil Anda dengan panggilan Eta?"

Mendengar ucapan Tiana, Rieta langsung teringat dengan seseorang. Wanita paruh baya itu langsung berjalan menghampiri Tiana dan memeluknya. "Kak Tiana? Lama kita tidak bertemu."

Rieta bisa langsung mengingat Tiana, karena orang yang memanggilnya Eta hanyalah Tiana.

"Iya, Eta. Walaupun banyak yang berubah di diri kita, aku masih bisa mengenalimu," balas Tiana.

Wajah mereka berdua saat muda dan sekarang memang masih sama, hanya terlihat lebih tua. Serta tubuhnya juga jelas berbeda, saat masih muda dan ketika sudah tua. Apalagi keduanya sudah memiliki cucu.

"Mama sama Tante Tiana kalian saling kenal?" tanya Darius dengan wajah bingung. Karena ia tidak pernah tau, mamanya kenal dengan Tiana. Sedangkan dirinya mengetahui teman-teman sang Mama.

"Kami memang saling kenal, bahkan dulu kami bersahabat. Sebelum akhirnya kita berpisah, karena Mama harus ikut Kakek kamu pindah ke kota lain," jawab Reita dengan senyum mengembang, karena baginya Tiana adalah sahabat baik. Namun, mereka terpisah jauh hingga tidak pernah lagi bertemu. Sampai akhirnya sekarang mereka dapat bertemu, itupun karena tidak sengaja.

Tiana sendiri lebih tua 2 tahun daripada Rieta, tetapi mereka tidak memperdulikannya dan tetap memilih bersahabat baik.

Aina tertawa. "Yaampun, enggak nyangka ya. Mama sama Tante Tiana itu sahabat lama. Yang nantinya bakal jadi besan."

"Iya, sayang. Mungkin memang sudah jodohnya seperti itu."

Tiana dan Rieta asyik berpelukan, untuk menuntaskan rasa rindu mereka.

Terpopuler

Comments

Dewii

Dewii

Udah mampir nih Thorrr , jangan lupa mampir dikarya ku juga yah "My chosen Family"

2024-12-22

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 | Dua Pengantin
2 Chapter 2 | Tamu Penting
3 Chapter 3 | Patah Hati
4 Chapter 4 | Tersinggung
5 Chapter 5 | Cara Eyang Reita
6 Chapter 6 | Berangkat Bareng
7 Chapter 7 | Pacar?
8 Chapter 8 | Sahabat Isvara
9 Chapter 9 | Curhat
10 Chapter 10 | Masakan Mama
11 Chapter 11 | Bicara Dari Hari Ke Hati
12 Chapter 12 | Apa Rahasia Ineisha?
13 Chapter 13 | Pilihan Yang Sulit
14 Chapter 14 | Keputusan Yang Isvara Ambil
15 Chapter 15 | Menikah?
16 Chapter 16 | Isvara Protes
17 Chapter 17 | Tidur Di Sofa
18 Chapter 18 | Kedatangan Mertua
19 Chapter 19 | Tamparan Darius
20 Chapter 20 | Kemarahan Darius
21 Chapter 21 | Putus Hubungan
22 Chapter 22 | Chilla
23 Chapter 23 | Peringatan Pertama
24 Chapter 24 | Kenapa aku, Oma?
25 Chapter 25 | Pagi Pertama
26 Chapter 26 | Sugar Daddy?
27 Chapter 27 | Memberitahu Sahabat
28 Chapter 28 | Benar-Benar Diblokir?
29 Chapter 29 | Belanja Banyak
30 Chapter 30 | Berkenalan
31 Chapter 31 | Kata- kata Chio Yang Menyakitkan
32 Chapter 32 | Pembelaan Kalila
33 Chapter 33 | Pilihan Untuk Ineisha
34 Chapter 34 | Bubur Buatan Isvara
35 Chapter 35 | Pujian Javas
36 Chapter 36 | Tersebar
37 Chapter 37 | Ulah Ineisha
38 Chapter 38 | Membuat Kekacauan
39 Chapter 39 | Teror
40 Chapter 40 | Berkat Tiana
41 Chapter 41 | 10M
42 Chapter 42 | Permintaan Maaf
43 Chapter 43 | Hukuman Untuk Pembully
44 Chapter 44 | Perbedaan Yang Mencolok
45 Chapter 45 | Resepsi
46 Chapter 46 | Resepsi 2
47 Chapter 47 | Adik Ipar?
48 Chapter 48 | Anak?
49 Chapter 49 | Selamanya ?
50 Chapter 50 | Main Di Kamar Javas
51 Chapter 51 | Afsheen Menangis
52 Chapter 52 | Ancaman Chio
53 Chapter 53 | Rumah Kamu Juga
54 Chapter 54 | Salah Paham Lagi
55 Chapter 55 | Chilla Terkejut
56 Chapter 56 | Pembelaan Javas
57 Chapter 57 | Memberi Pengertian
58 Chapter 58 | Jangan Kaya Mama
59 Chapter 59 | Namanya Ineisha
60 Chapter 60 | Terkurung
61 Chapter 61 | Menyalahkan Isvara
62 Chapter 62 | Aku Nggak Minta Tuh
63 Chapter 63 | Lupa Punya Istri
64 Chapter 64 | Tuduhan Ineisha
65 Chapter 65 | Racauan Chio
66 Chapter 66 | Firasat Semua Orang
67 Chapter 67 | Apartemen Siapa?
68 Chapter 68 | Berhasil
69 Chapter 69 | Adik atau Sahabat?
70 Chapter 70 | Penculikan
71 Chapter 71 | Tertembak
72 Chapter 72 | Dimana Isvara ?
73 Chapter 73 | Penyesalan Dion
74 Chapter 74 | Kekhawatiran Semua Orang
75 Chapter 75 | Polisi?
76 Chapter 76 | Kemarahan Dion
77 Chapter 77 | Dendam
78 Chapter 78 | Dendam 2
79 Chapter 79 | Membongkar Semuanya
80 Chapter 80 | Kembali Ke Luar Negri
81 Season Dua?
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Chapter 1 | Dua Pengantin
2
Chapter 2 | Tamu Penting
3
Chapter 3 | Patah Hati
4
Chapter 4 | Tersinggung
5
Chapter 5 | Cara Eyang Reita
6
Chapter 6 | Berangkat Bareng
7
Chapter 7 | Pacar?
8
Chapter 8 | Sahabat Isvara
9
Chapter 9 | Curhat
10
Chapter 10 | Masakan Mama
11
Chapter 11 | Bicara Dari Hari Ke Hati
12
Chapter 12 | Apa Rahasia Ineisha?
13
Chapter 13 | Pilihan Yang Sulit
14
Chapter 14 | Keputusan Yang Isvara Ambil
15
Chapter 15 | Menikah?
16
Chapter 16 | Isvara Protes
17
Chapter 17 | Tidur Di Sofa
18
Chapter 18 | Kedatangan Mertua
19
Chapter 19 | Tamparan Darius
20
Chapter 20 | Kemarahan Darius
21
Chapter 21 | Putus Hubungan
22
Chapter 22 | Chilla
23
Chapter 23 | Peringatan Pertama
24
Chapter 24 | Kenapa aku, Oma?
25
Chapter 25 | Pagi Pertama
26
Chapter 26 | Sugar Daddy?
27
Chapter 27 | Memberitahu Sahabat
28
Chapter 28 | Benar-Benar Diblokir?
29
Chapter 29 | Belanja Banyak
30
Chapter 30 | Berkenalan
31
Chapter 31 | Kata- kata Chio Yang Menyakitkan
32
Chapter 32 | Pembelaan Kalila
33
Chapter 33 | Pilihan Untuk Ineisha
34
Chapter 34 | Bubur Buatan Isvara
35
Chapter 35 | Pujian Javas
36
Chapter 36 | Tersebar
37
Chapter 37 | Ulah Ineisha
38
Chapter 38 | Membuat Kekacauan
39
Chapter 39 | Teror
40
Chapter 40 | Berkat Tiana
41
Chapter 41 | 10M
42
Chapter 42 | Permintaan Maaf
43
Chapter 43 | Hukuman Untuk Pembully
44
Chapter 44 | Perbedaan Yang Mencolok
45
Chapter 45 | Resepsi
46
Chapter 46 | Resepsi 2
47
Chapter 47 | Adik Ipar?
48
Chapter 48 | Anak?
49
Chapter 49 | Selamanya ?
50
Chapter 50 | Main Di Kamar Javas
51
Chapter 51 | Afsheen Menangis
52
Chapter 52 | Ancaman Chio
53
Chapter 53 | Rumah Kamu Juga
54
Chapter 54 | Salah Paham Lagi
55
Chapter 55 | Chilla Terkejut
56
Chapter 56 | Pembelaan Javas
57
Chapter 57 | Memberi Pengertian
58
Chapter 58 | Jangan Kaya Mama
59
Chapter 59 | Namanya Ineisha
60
Chapter 60 | Terkurung
61
Chapter 61 | Menyalahkan Isvara
62
Chapter 62 | Aku Nggak Minta Tuh
63
Chapter 63 | Lupa Punya Istri
64
Chapter 64 | Tuduhan Ineisha
65
Chapter 65 | Racauan Chio
66
Chapter 66 | Firasat Semua Orang
67
Chapter 67 | Apartemen Siapa?
68
Chapter 68 | Berhasil
69
Chapter 69 | Adik atau Sahabat?
70
Chapter 70 | Penculikan
71
Chapter 71 | Tertembak
72
Chapter 72 | Dimana Isvara ?
73
Chapter 73 | Penyesalan Dion
74
Chapter 74 | Kekhawatiran Semua Orang
75
Chapter 75 | Polisi?
76
Chapter 76 | Kemarahan Dion
77
Chapter 77 | Dendam
78
Chapter 78 | Dendam 2
79
Chapter 79 | Membongkar Semuanya
80
Chapter 80 | Kembali Ke Luar Negri
81
Season Dua?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!