Bab 9: Di Ambang Harapan dan Ketakutan

Malam di Hakar seakan menggigil oleh hembusan angin dingin yang membawa aroma asap dan darah. Athena duduk di sudut ruangan yang remang-remang, menatap api kecil yang berkeretak di tungku. Di luar, suara tangisan seorang ibu terdengar lirih, memecah keheningan. Tangisan itu berasal dari seorang wanita yang anaknya diambil oleh Militer Timur sebagai "jaminan ketertiban."

Athena mengepalkan tangan. Perasaan bersalah membebani dirinya, meskipun ia tahu bahwa serangan terhadap gudang penyimpanan adalah langkah yang perlu. Ia mulai meragukan keputusan yang telah diambilnya. Apakah ia benar-benar membantu, atau justru membawa lebih banyak penderitaan?

Varek menghampirinya, menepuk pundaknya dengan lembut. "Kau tidak bisa menyelamatkan semua orang, Nak," katanya dengan nada rendah. "Tapi kau bisa memberi mereka sesuatu yang lebih besar dari ketakutan—harapan."

Athena mengangguk, tetapi hatinya tetap gelisah. Di tengah rasa bersalah itu, sebuah ketukan keras di pintu membuyarkan pikirannya.

---

Sila masuk dengan tergesa-gesa, wajahnya pucat. "Mereka datang," katanya terengah-engah.

Athena berdiri. "Siapa?"

"Konvoi Militer Timur. Mereka membawa lebih banyak pasukan dan perlengkapan berat. Mereka tidak datang hanya untuk mencari pemberontak. Mereka akan menghancurkan kota ini."

Kata-kata itu seperti tombak yang menusuk jantung Athena. Ia menatap Sila, mencoba memastikan bahwa itu bukan sekadar rumor.

"Mereka tidak ingin hanya menghukum kita," lanjut Sila. "Mereka ingin menjadikan Hakar contoh bagi kota-kota lain."

---

Athena dan para pemberontak lainnya segera berkumpul di tempat persembunyian. Peta kecil kota Hakar terhampar di atas meja kayu yang goyah.

"Mereka punya tank kecil, senjata berat, dan setidaknya satu peleton penuh," kata Karos sambil menunjuk rute yang akan dilalui pasukan musuh. "Dengan kekuatan itu, mereka bisa meratakan Hakar dalam hitungan jam."

"Kalau begitu, kita harus menghentikan mereka sebelum mereka sampai ke sini," jawab Athena.

Karos tertawa pendek, penuh sinisme. "Dan bagaimana kau berencana melakukannya? Kita bahkan tidak punya cukup senjata untuk melawan setengah dari mereka."

Athena menatap peta dengan serius. "Kita tidak perlu mengalahkan mereka. Kita hanya perlu memperlambat mereka."

Varek memandangnya penuh tanda tanya. "Apa yang kau maksud?"

"Kita jebak mereka," kata Athena, matanya menyala dengan tekad. "Jalan menuju Hakar melewati jurang sempit di sisi utara. Jika kita bisa memblokir jalan itu, mereka tidak akan bisa maju."

"Dan bagaimana kita melakukannya tanpa senjata berat?" tanya Sila.

"Kita punya bahan peledak dari gudang penyimpanan," jawab Athena. "Kita bisa menggunakannya untuk menjatuhkan tebing di atas jalan."

---

Malam itu juga, Athena memimpin tim kecil menuju jurang utara. Mereka membawa bahan peledak yang tersisa dari gudang penyimpanan, bergerak dengan cepat dan diam di bawah naungan kegelapan.

Namun, perjalanan itu tidak mudah. Mereka harus melewati hutan yang penuh bahaya, termasuk ranjau yang ditinggalkan dari perang besar berabad-abad lalu. Suara ranting patah di bawah kaki mereka terasa seperti dentuman yang memecah keheningan, membuat mereka tegang setiap saat.

Ketika mereka mencapai jurang, fajar hampir menyingsing. Jalan yang akan dilalui pasukan Militer Timur terbentang seperti ular, dikelilingi tebing curam di satu sisi dan jurang dalam di sisi lainnya.

"Kita harus bekerja cepat," kata Athena, membagi tugas pada kelompoknya.

Mereka mulai memasang bahan peledak di sepanjang tebing. Namun, suara gemuruh dari kejauhan membuat mereka berhenti.

"Mereka sudah dekat," bisik Karos, wajahnya tegang.

---

Pasukan Militer Timur tiba lebih cepat dari yang mereka perkirakan. Suara deru mesin dan langkah kaki yang berbaris menggema di udara. Athena menyadari bahwa mereka tidak punya cukup waktu untuk menyelesaikan pemasangan bahan peledak.

"Pasang apa yang bisa kita pasang," perintah Athena dengan suara tegas. "Dan sisanya, kita lakukan secara manual!"

Sila dan Karos bekerja dengan panik, sementara Athena mempersiapkan senjatanya. Ia tahu bahwa mereka harus menahan pasukan cukup lama untuk membuat rencana ini berhasil.

Ketika pasukan musuh mendekat, tembakan pertama dilepaskan oleh pemberontak. Ledakan kecil meletus di dekat barisan depan musuh, membuat mereka berhenti sejenak.

"Serang mereka!" teriak seorang perwira musuh, memerintahkan pasukannya maju.

Athena dan kelompoknya bersembunyi di balik batu-batu besar, melepaskan tembakan seadanya untuk mengulur waktu. Namun, jumlah mereka jauh lebih sedikit dibandingkan pasukan Militer Timur.

"Athena!" teriak Sila. "Bahan peledak sudah siap, tapi kita harus menyalakannya dari jarak dekat!"

Athena menatap Sila, lalu ke arah pasukan musuh yang semakin dekat. Ia tahu apa yang harus dilakukan, meskipun itu berarti mempertaruhkan nyawanya.

"Kalian pergi!" perintah Athena. "Aku akan menyalakannya!"

"Tidak mungkin!" protes Karos.

"Tidak ada waktu untuk debat!" balas Athena. "Pergi sekarang, atau semuanya akan sia-sia!"

---

Athena menunggu sampai kelompoknya pergi sebelum ia merangkak ke posisi bahan peledak. Tembakan dari pasukan musuh terus menghujani tempat persembunyiannya, tetapi ia tetap bergerak maju.

Ketika ia mencapai bahan peledak, jarak antara dirinya dan pasukan musuh sudah terlalu dekat. Dengan tangan gemetar, ia menyalakan sumbu dan berlari sekuat tenaga menjauh dari tempat itu.

Ledakan besar mengguncang bumi, menjatuhkan tebing ke jalan di bawahnya. Jeritan terdengar dari pasukan musuh yang tertimpa reruntuhan, sementara debu tebal menyelimuti udara.

Athena terjatuh di tanah, napasnya tersengal-sengal. Telinganya berdenging akibat ledakan, tetapi ia tahu bahwa mereka berhasil. Jalan menuju Hakar kini tertutup, setidaknya untuk sementara waktu.

Ketika Athena kembali ke Hakar, ia disambut dengan keheningan yang penuh emosi. Penduduk dan pemberontak lainnya menatapnya dengan campuran rasa kagum dan ketakutan.

"Kau hampir mati," kata Varek, suaranya bergetar.

"Tapi aku masih hidup," jawab Athena. "Dan kita baru saja memenangkan satu pertempuran. Perang ini masih panjang."

Athena tahu bahwa perjuangan mereka belum selesai. Namun, untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa mereka punya peluang untuk melawan. Dan itu adalah sesuatu yang tidak pernah mereka miliki sebelumnya: harapan.

Episodes
1 Bab 1: Bayang-Bayang Reruntuhan
2 Bab 2: Jejak ke Puncak Relic
3 Bab 3: Jalan Berdarah ke Relic
4 Bab 4: Cahaya yang Pudar
5 Bab 5: Jejak yang Terlupakan
6 Bab 6: Faksi Militer dan Negara Atlantis yang Menindas
7 Bab 7: Bayang-bayang Penindasan
8 Bab 8: Api Perlawanan yang Mulai Berkobar
9 Bab 9: Di Ambang Harapan dan Ketakutan
10 Bab 10: Pertempuran di Hakar
11 Bab 11: Kekalahan yang Mematahkan semangat
12 Bab 12: Eksekusi di Bawah Langit Kelabu
13 Bab 13: Air Mata di Bawah Langit Kelam
14 Bab 14: Bara di Ibu Kota
15 Bab 15: Bara yang Menyala di Pelosok
16 Bab 16: Perpecahan di Tengah Api
17 Bab 17: Ruang Tahta Atlantis
18 Bab 18: Bara di Balik Gunung
19 Bab 19: Pertemuan yang Diganggu
20 Bab 20: Ikatan di Tengah Api
21 Bab 21: Genosida di Pulau Mistik
22 Bab 22: Api yang Tak Padam
23 Bab 23: Nyala Api Revolusi
24 Bab 24: Serangan Pertama
25 Bab 25: Propaganda Atlantis
26 Bab 26: Cahaya di Tengah Kegelapan
27 Bab 27: di Balik Tirai Kekuasaan
28 Bab 28: Nyala Api yang Semakin Membara
29 BAB 29 Perkenalan Tiga Jenderal Besar dan Jenderal Tertinggi Atlantis
30 Bab 30: Api yang Tidak Pernah Padam
31 Bab 31: Pertempuran Tak Terelakkan
32 Bab 32: Intervensi Atlantis
33 Bab 33: Di Ambang Kehancuran
34 Bab 34: Taktik Terakhir
35 Bab 35: Suara dari Timur
36 Bab 36: Bayangan Perang di Timur
37 Bab 37: Kabut Pengkhianatan
38 Bab 38: Langit Berdarah
39 Bab 39: Pelarian yang Membara
40 Bab 40: Nyali di Balik Pelarian
41 Bab 41: Kilatan di Tengah Malam
42 Bab 42: Neraka di Balik Kabut
43 Bab 43: Pertarungan di Perbatasan Bayangan
44 Bab 44: Bayangan Kematian
45 Bab 45: Bara di Tengah Kegelapan
46 Bab 46: Kobaran Api Revolusi
47 Bab 47: Jejak Darah di Tengah Konflik
48 Bab 48: Jejak Api di Bawah Langit Berdarah
49 Bab 49: Tanah yang Berlumur Darah
50 Bab 50: Kekacauan di Tepi Jurang
51 Bab 51: Neraka di Kaki Gunung Karst
52 Bab 52: Api di Tengah Kegelapan
53 Bab 53: Duel di Tengah Badai
54 Bab 54: Bara yang Tak Padam
55 Bab 55: Penyerbuan ke Jantung Atlantis
56 Bab 56: Amarah yang Membakar Langit
57 Bab 57: Badai Balas Dendam
58 Bab 58: Pertempuran Terakhir di Kegelapan Abadi
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Bab 1: Bayang-Bayang Reruntuhan
2
Bab 2: Jejak ke Puncak Relic
3
Bab 3: Jalan Berdarah ke Relic
4
Bab 4: Cahaya yang Pudar
5
Bab 5: Jejak yang Terlupakan
6
Bab 6: Faksi Militer dan Negara Atlantis yang Menindas
7
Bab 7: Bayang-bayang Penindasan
8
Bab 8: Api Perlawanan yang Mulai Berkobar
9
Bab 9: Di Ambang Harapan dan Ketakutan
10
Bab 10: Pertempuran di Hakar
11
Bab 11: Kekalahan yang Mematahkan semangat
12
Bab 12: Eksekusi di Bawah Langit Kelabu
13
Bab 13: Air Mata di Bawah Langit Kelam
14
Bab 14: Bara di Ibu Kota
15
Bab 15: Bara yang Menyala di Pelosok
16
Bab 16: Perpecahan di Tengah Api
17
Bab 17: Ruang Tahta Atlantis
18
Bab 18: Bara di Balik Gunung
19
Bab 19: Pertemuan yang Diganggu
20
Bab 20: Ikatan di Tengah Api
21
Bab 21: Genosida di Pulau Mistik
22
Bab 22: Api yang Tak Padam
23
Bab 23: Nyala Api Revolusi
24
Bab 24: Serangan Pertama
25
Bab 25: Propaganda Atlantis
26
Bab 26: Cahaya di Tengah Kegelapan
27
Bab 27: di Balik Tirai Kekuasaan
28
Bab 28: Nyala Api yang Semakin Membara
29
BAB 29 Perkenalan Tiga Jenderal Besar dan Jenderal Tertinggi Atlantis
30
Bab 30: Api yang Tidak Pernah Padam
31
Bab 31: Pertempuran Tak Terelakkan
32
Bab 32: Intervensi Atlantis
33
Bab 33: Di Ambang Kehancuran
34
Bab 34: Taktik Terakhir
35
Bab 35: Suara dari Timur
36
Bab 36: Bayangan Perang di Timur
37
Bab 37: Kabut Pengkhianatan
38
Bab 38: Langit Berdarah
39
Bab 39: Pelarian yang Membara
40
Bab 40: Nyali di Balik Pelarian
41
Bab 41: Kilatan di Tengah Malam
42
Bab 42: Neraka di Balik Kabut
43
Bab 43: Pertarungan di Perbatasan Bayangan
44
Bab 44: Bayangan Kematian
45
Bab 45: Bara di Tengah Kegelapan
46
Bab 46: Kobaran Api Revolusi
47
Bab 47: Jejak Darah di Tengah Konflik
48
Bab 48: Jejak Api di Bawah Langit Berdarah
49
Bab 49: Tanah yang Berlumur Darah
50
Bab 50: Kekacauan di Tepi Jurang
51
Bab 51: Neraka di Kaki Gunung Karst
52
Bab 52: Api di Tengah Kegelapan
53
Bab 53: Duel di Tengah Badai
54
Bab 54: Bara yang Tak Padam
55
Bab 55: Penyerbuan ke Jantung Atlantis
56
Bab 56: Amarah yang Membakar Langit
57
Bab 57: Badai Balas Dendam
58
Bab 58: Pertempuran Terakhir di Kegelapan Abadi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!