Bab 3: Jalan Berdarah ke Relic

Matahari siang yang terik memukul wajah Athena saat ia berjalan di antara reruntuhan bangunan yang dulunya pusat kota. Bersama Elias, ia bergerak dengan hati-hati, menghindari jalan-jalan terbuka yang terlalu sepi atau terlalu ramai. Dunia ini penuh dengan jebakan. Semakin dekat mereka ke pegunungan tempat Puncak Relic berada, semakin terasa bahaya mengintai di setiap sudut.

“Menurut peta, kita harus melewati zona merah ini,” ujar Elias sambil menunjuk peta lusuh yang mereka bawa. “Ini dulu adalah distrik militer. Banyak persenjataan berat tertinggal di sini—dan penjaganya.”

Athena mengernyit. “Penjaga? Apa maksudmu?”

Elias menghela napas. “Beberapa kelompok tentara dari masa perang masih bertahan. Mereka membentuk faksi sendiri, menjalankan aturan mereka. Kalau kita ketahuan, mereka tidak akan ragu menembak.”

Athena mengangguk, menyadari betapa berbahayanya perjalanan ini. Namun, ia tak punya pilihan. Setiap langkah membawa mereka lebih dekat ke Puncak Relic, dan ia takkan berhenti.

---

Saat matahari mulai tenggelam, mereka tiba di perbatasan zona merah. Di depan mereka, jalan yang dulunya penuh dengan kendaraan mewah kini berubah menjadi ladang ranjau. Kendaraan-kendaraan lapis baja yang rusak tersebar di sepanjang jalan, beberapa masih menunjukkan bekas ledakan besar.

“Berhenti,” Elias berbisik, menahan bahu Athena. Ia menunjuk ke depan, ke sesuatu yang nyaris tak terlihat—kabel tipis yang terhubung ke perangkat peledak.

“Perangkap?” Athena bertanya.

Elias mengangguk. “Mereka menempatkannya di mana-mana. Kita harus hati-hati. Ikuti aku.”

Dengan langkah perlahan, Elias mulai memandu Athena melalui labirin ranjau. Ia tampak terbiasa dengan medan ini, menghindari jebakan dengan cekatan. Athena mengikutinya, napasnya tertahan setiap kali kakinya hampir menyentuh sesuatu yang mencurigakan.

Namun, ketika mereka hampir keluar dari zona itu, sebuah suara keras terdengar.

Klik.

Athena langsung membeku. Kakinya tanpa sengaja menyentuh plat logam tersembunyi di bawah debu.

“Mati aku,” bisiknya.

Elias segera mendekat, wajahnya tegang. “Jangan gerakkan kakimu. Itu ranjau aktif.”

Athena menahan napas, jantungnya berdegup kencang. Peluh dingin mengalir di dahinya saat Elias berjongkok, memeriksa ranjau dengan hati-hati.

“Aku bisa menjinakkannya,” katanya, suara lirih tapi penuh keyakinan.

Athena ingin bertanya apakah ia yakin, tapi takut suaranya akan mengguncang fokus Elias. Waktu terasa melambat saat pria itu bekerja, memutar kabel-kabel kecil dengan hati-hati.

Beberapa menit kemudian, terdengar bunyi klik pelan.

“Sudah,” Elias berkata sambil mengangkat ranjau itu dari tanah. “Ayo pergi sebelum kita menarik perhatian siapa pun.”

Athena menghela napas lega, tapi rasa tegang masih menggantung di udara. Mereka melanjutkan perjalanan dengan langkah lebih hati-hati.

---

Malam itu, mereka memutuskan untuk beristirahat di dalam reruntuhan sebuah gedung. Api kecil yang mereka nyalakan memberikan sedikit kehangatan, tapi juga bisa menarik perhatian musuh.

“Kau sepertinya sangat ahli dalam hal ini,” kata Athena, memecah kesunyian.

Elias tersenyum tipis. “Aku dulu bagian dari kelompok penjaga. Tapi ketika aku tahu mereka hanya peduli pada kekuasaan, aku pergi. Dunia ini tidak butuh lebih banyak tirani.”

Athena mengangguk. Ia tahu bagaimana rasanya dikhianati oleh orang yang seharusnya melindungi.

Namun, sebelum mereka bisa melanjutkan percakapan, suara langkah kaki mendekat. Banyak langkah kaki.

Athena dan Elias langsung waspada. Mereka mematikan api dan bersembunyi di balik puing-puing. Dari bayangan, sekelompok orang bersenjata muncul, membawa obor yang menerangi wajah mereka yang kasar dan kejam.

“Pasti ada orang di sini,” kata salah satu dari mereka. “Aku bisa mencium asapnya.”

Athena menggenggam pisaunya erat, sementara Elias mengeluarkan pistol kecil dari sakunya.

“Kita harus menyerang lebih dulu,” bisik Elias.

Athena menggeleng. “Mereka terlalu banyak. Kita perlu rencana.”

Namun, sebelum mereka bisa bergerak, salah satu dari penyerang itu melihat ke arah mereka. “Di sana! Mereka di sana!”

Kekacauan pun pecah. Peluru beterbangan, mengenai dinding dan puing-puing di sekitar mereka. Athena dan Elias melarikan diri, mencoba mencari jalan keluar dari gedung yang kini berubah menjadi medan perang.

Dalam kekacauan itu, sebuah peluru mengenai bahu Elias. Ia terjatuh, darah mengalir dari lukanya. Athena segera membantunya bangkit, meskipun beban tubuhnya memperlambat langkah mereka.

“Kita tidak akan berhasil,” kata Elias dengan suara lemah.

“Diam. Aku tidak akan meninggalkanmu,” jawab Athena tegas.

Dengan segala kekuatannya, Athena menarik Elias keluar dari gedung itu, menghindari tembakan yang terus menghujani mereka.

---

Akhirnya, mereka berhasil meloloskan diri ke hutan terdekat. Athena menurunkan Elias di bawah pohon besar, mencoba menekan lukanya yang terus berdarah.

“Kau butuh bantuan,” kata Athena, suaranya gemetar.

Elias hanya tersenyum lemah. “Aku tidak akan bertahan lama. Dengarkan aku, Athena.”

“Jangan bicara seperti itu,” bentaknya.

“Dengar,” Elias berkata lagi. “Peta itu—kau harus melanjutkan perjalanan. Kau tidak bisa berhenti sekarang. Dunia ini butuh seseorang sepertimu.”

Athena tidak bisa menahan air matanya. Ia tidak ingin kehilangan Elias, orang pertama yang membuatnya merasa tidak sendirian. Tapi ia tahu, luka itu terlalu parah untuk diobati.

Dengan napas terakhirnya, Elias memberikan peta itu pada Athena. “Temukan Relic. Jangan biarkan pengorbananku sia-sia.”

Ketika Elias akhirnya menghembuskan napas terakhirnya, Athena merasakan sesuatu di dalam dirinya hancur. Tapi ia tahu, ia tidak bisa berhenti. Ia menutup mata Elias, memberikan penghormatan singkat sebelum melanjutkan perjalanannya ke dalam kegelapan malam.

---

Athena kini sendirian lagi, membawa beban kehilangan yang semakin berat. Ia berjalan dengan langkah goyah, tapi semangatnya untuk menemukan kebenaran tentang Puncak Relic semakin kuat.

Di depan, bayang-bayang pegunungan mulai terlihat. Tapi Athena tahu, perjalanan ini masih panjang, dan bahaya yang lebih besar menantinya.

---

Episodes
1 Bab 1: Bayang-Bayang Reruntuhan
2 Bab 2: Jejak ke Puncak Relic
3 Bab 3: Jalan Berdarah ke Relic
4 Bab 4: Cahaya yang Pudar
5 Bab 5: Jejak yang Terlupakan
6 Bab 6: Faksi Militer dan Negara Atlantis yang Menindas
7 Bab 7: Bayang-bayang Penindasan
8 Bab 8: Api Perlawanan yang Mulai Berkobar
9 Bab 9: Di Ambang Harapan dan Ketakutan
10 Bab 10: Pertempuran di Hakar
11 Bab 11: Kekalahan yang Mematahkan semangat
12 Bab 12: Eksekusi di Bawah Langit Kelabu
13 Bab 13: Air Mata di Bawah Langit Kelam
14 Bab 14: Bara di Ibu Kota
15 Bab 15: Bara yang Menyala di Pelosok
16 Bab 16: Perpecahan di Tengah Api
17 Bab 17: Ruang Tahta Atlantis
18 Bab 18: Bara di Balik Gunung
19 Bab 19: Pertemuan yang Diganggu
20 Bab 20: Ikatan di Tengah Api
21 Bab 21: Genosida di Pulau Mistik
22 Bab 22: Api yang Tak Padam
23 Bab 23: Nyala Api Revolusi
24 Bab 24: Serangan Pertama
25 Bab 25: Propaganda Atlantis
26 Bab 26: Cahaya di Tengah Kegelapan
27 Bab 27: di Balik Tirai Kekuasaan
28 Bab 28: Nyala Api yang Semakin Membara
29 BAB 29 Perkenalan Tiga Jenderal Besar dan Jenderal Tertinggi Atlantis
30 Bab 30: Api yang Tidak Pernah Padam
31 Bab 31: Pertempuran Tak Terelakkan
32 Bab 32: Intervensi Atlantis
33 Bab 33: Di Ambang Kehancuran
34 Bab 34: Taktik Terakhir
35 Bab 35: Suara dari Timur
36 Bab 36: Bayangan Perang di Timur
37 Bab 37: Kabut Pengkhianatan
38 Bab 38: Langit Berdarah
39 Bab 39: Pelarian yang Membara
40 Bab 40: Nyali di Balik Pelarian
41 Bab 41: Kilatan di Tengah Malam
42 Bab 42: Neraka di Balik Kabut
43 Bab 43: Pertarungan di Perbatasan Bayangan
44 Bab 44: Bayangan Kematian
45 Bab 45: Bara di Tengah Kegelapan
46 Bab 46: Kobaran Api Revolusi
47 Bab 47: Jejak Darah di Tengah Konflik
48 Bab 48: Jejak Api di Bawah Langit Berdarah
49 Bab 49: Tanah yang Berlumur Darah
50 Bab 50: Kekacauan di Tepi Jurang
51 Bab 51: Neraka di Kaki Gunung Karst
52 Bab 52: Api di Tengah Kegelapan
53 Bab 53: Duel di Tengah Badai
54 Bab 54: Bara yang Tak Padam
55 Bab 55: Penyerbuan ke Jantung Atlantis
56 Bab 56: Amarah yang Membakar Langit
57 Bab 57: Badai Balas Dendam
58 Bab 58: Pertempuran Terakhir di Kegelapan Abadi
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Bab 1: Bayang-Bayang Reruntuhan
2
Bab 2: Jejak ke Puncak Relic
3
Bab 3: Jalan Berdarah ke Relic
4
Bab 4: Cahaya yang Pudar
5
Bab 5: Jejak yang Terlupakan
6
Bab 6: Faksi Militer dan Negara Atlantis yang Menindas
7
Bab 7: Bayang-bayang Penindasan
8
Bab 8: Api Perlawanan yang Mulai Berkobar
9
Bab 9: Di Ambang Harapan dan Ketakutan
10
Bab 10: Pertempuran di Hakar
11
Bab 11: Kekalahan yang Mematahkan semangat
12
Bab 12: Eksekusi di Bawah Langit Kelabu
13
Bab 13: Air Mata di Bawah Langit Kelam
14
Bab 14: Bara di Ibu Kota
15
Bab 15: Bara yang Menyala di Pelosok
16
Bab 16: Perpecahan di Tengah Api
17
Bab 17: Ruang Tahta Atlantis
18
Bab 18: Bara di Balik Gunung
19
Bab 19: Pertemuan yang Diganggu
20
Bab 20: Ikatan di Tengah Api
21
Bab 21: Genosida di Pulau Mistik
22
Bab 22: Api yang Tak Padam
23
Bab 23: Nyala Api Revolusi
24
Bab 24: Serangan Pertama
25
Bab 25: Propaganda Atlantis
26
Bab 26: Cahaya di Tengah Kegelapan
27
Bab 27: di Balik Tirai Kekuasaan
28
Bab 28: Nyala Api yang Semakin Membara
29
BAB 29 Perkenalan Tiga Jenderal Besar dan Jenderal Tertinggi Atlantis
30
Bab 30: Api yang Tidak Pernah Padam
31
Bab 31: Pertempuran Tak Terelakkan
32
Bab 32: Intervensi Atlantis
33
Bab 33: Di Ambang Kehancuran
34
Bab 34: Taktik Terakhir
35
Bab 35: Suara dari Timur
36
Bab 36: Bayangan Perang di Timur
37
Bab 37: Kabut Pengkhianatan
38
Bab 38: Langit Berdarah
39
Bab 39: Pelarian yang Membara
40
Bab 40: Nyali di Balik Pelarian
41
Bab 41: Kilatan di Tengah Malam
42
Bab 42: Neraka di Balik Kabut
43
Bab 43: Pertarungan di Perbatasan Bayangan
44
Bab 44: Bayangan Kematian
45
Bab 45: Bara di Tengah Kegelapan
46
Bab 46: Kobaran Api Revolusi
47
Bab 47: Jejak Darah di Tengah Konflik
48
Bab 48: Jejak Api di Bawah Langit Berdarah
49
Bab 49: Tanah yang Berlumur Darah
50
Bab 50: Kekacauan di Tepi Jurang
51
Bab 51: Neraka di Kaki Gunung Karst
52
Bab 52: Api di Tengah Kegelapan
53
Bab 53: Duel di Tengah Badai
54
Bab 54: Bara yang Tak Padam
55
Bab 55: Penyerbuan ke Jantung Atlantis
56
Bab 56: Amarah yang Membakar Langit
57
Bab 57: Badai Balas Dendam
58
Bab 58: Pertempuran Terakhir di Kegelapan Abadi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!