Bab 7: Bayang-bayang Penindasan

Angin dingin menusuk kulit Athena saat ia melangkah keluar dari hutan lebat menuju dataran terbuka. Dari kejauhan, ia melihat asap tipis mengepul dari sebuah kota kecil yang terlihat rapuh. Kota itu tampak seperti sisa-sisa peradaban tua, dikelilingi oleh pagar kayu yang setengah runtuh, seolah-olah tidak mampu melindungi penduduknya dari bahaya.

Athena menghela napas panjang. Sejak meninggalkan reruntuhan kuil, ia telah berjalan jauh melewati desa-desa kosong yang ditinggalkan, ladang tandus yang tidak lagi dapat ditanami, dan sungai-sungai yang mengering. Namun, ini berbeda. Kota ini masih hidup, tapi kehidupan di dalamnya tidak tampak seperti sesuatu yang layak disebut "hidup."

---

Athena yang sudah datang di Kota Hakar

Athena memasuki gerbang kayu kota yang sudah hampir runtuh, mencoba menyembunyikan kehadirannya. Penduduk kota itu tampak lesu dan kurus, dengan pakaian compang-camping dan wajah penuh luka. Mereka berjalan lamban, memikul beban berat di pundak, sementara pasukan berseragam gelap berdiri mengawasi mereka.

Para penjaga itu mengenakan seragam hitam dengan lambang burung elang yang dicengkeram oleh cakar mekanik—simbol Militer Timur. Senjata otomatis tergantung di pinggang mereka, dan wajah mereka tersembunyi di balik topeng logam yang membuat mereka terlihat seperti mesin pembunuh tanpa emosi.

Athena memutuskan untuk tetap rendah hati, berjalan di antara bayang-bayang, mengamati apa yang sebenarnya terjadi di tempat itu.

"Lebih cepat!" seru salah satu penjaga, mendorong seorang pria tua yang berusaha mengangkut sekantong besar logam bekas ke gerobak. Pria itu tersandung dan jatuh, tapi penjaga tidak menunjukkan belas kasihan. Dengan kejam, ia menendang tubuh tua itu hingga berguling di tanah.

"Jangan buang waktu kami. Kalau kau tidak bisa bekerja, kau akan mati," katanya dingin.

Athena mengepalkan tangan, kemarahan membara dalam dadanya. Namun, ia tahu bahwa melawan sekarang hanya akan membuatnya terbunuh, dan itu tidak akan membantu siapa pun di sini.

---

Setelah mengamati lebih jauh, Athena mulai memahami situasi di kota kecil yang disebut Hakar itu. Penduduknya dipaksa bekerja untuk memenuhi kuota sumber daya yang dikirim ke Atlantis. Setiap hari, mereka harus menggali logam dari reruntuhan bangunan tua, memotong kayu dari hutan sekitar, dan menyerahkan semua hasil kerja keras mereka kepada para penjaga.

Anak-anak tidak dikecualikan dari penderitaan ini. Athena melihat seorang anak kecil, tidak lebih dari sepuluh tahun, menyeret balok kayu yang terlalu besar untuk tubuh mungilnya. Peluh mengalir di wajahnya yang kotor, tapi tidak ada tanda-tanda ia akan menyerah. Seorang wanita, mungkin ibunya, berusaha membantu, tapi penjaga dengan cepat menahan langkahnya.

"Anak itu bisa bekerja sendiri," kata penjaga itu sambil menodongkan senjata ke arah wanita itu. "Jangan coba-coba mengurangi beban kami."

Wanita itu hanya bisa menunduk, menahan air matanya.

---

Saat malam tiba, Athena menyelinap ke salah satu rumah kecil di tepi kota. Di sana, ia bertemu dengan seorang pria tua bernama Varek, yang tampaknya menjadi salah satu penduduk yang masih memiliki semangat perlawanan meski fisiknya sudah melemah.

"Jadi kau orang luar," kata Varek dengan suara serak sambil menyeruput teh hangat yang dibuat dari dedaunan liar. "Kenapa kau datang ke tempat seperti ini? Kau tahu kalau mereka akan membunuhmu jika ketahuan, bukan?"

"Aku sedang mencari sesuatu," jawab Athena dengan hati-hati. "Tapi apa yang kulihat di sini… ini lebih buruk daripada yang pernah kubayangkan."

Varek mengangguk. "Ini bukan hanya Hakar. Kota-kota kecil di seluruh wilayah ini mengalami nasib yang sama. Mereka tidak peduli pada kita. Mereka hanya melihat kita sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Logam, kayu, apa pun yang bisa mereka ambil untuk Atlantis, mereka akan ambil, tanpa peduli siapa yang harus menderita."

Athena mendengar kesedihan dalam nada bicara pria itu. "Apa kau tahu siapa yang bertanggung jawab atas semua ini?"

"Militer Timur mungkin terlihat sebagai pelakunya, tapi mereka hanya boneka," jawab Varek. "Atlantis adalah dalangnya. Mereka punya teknologi, kekuatan, dan pengaruh untuk mengendalikan dunia ini. Mereka bahkan tidak perlu datang sendiri—mereka hanya mengirimkan perintah melalui para penjaga ini."

---

Saat fajar menyingsing, Athena mendengar suara gaduh dari alun-alun kota. Ia bergegas keluar, menyelinap di antara bangunan untuk melihat apa yang terjadi.

Di tengah alun-alun, seorang pria muda berlutut, tangannya terikat di belakang punggung. Penjaga berdiri di sekelilingnya, dengan seorang perwira berpakaian lebih megah memimpin.

"Pria ini," kata perwira itu dengan suara lantang, "telah berani mencuri makanan dari gudang militer. Pengkhianatan seperti ini tidak akan ditoleransi."

Athena melihat ke arah kerumunan penduduk yang dipaksa menonton. Wajah mereka penuh ketakutan, tapi tidak ada yang berani berbicara. Pria yang akan dieksekusi itu menatap kerumunan dengan mata penuh kemarahan, bukan penyesalan.

"Aku hanya mencoba menyelamatkan keluargaku!" teriaknya. "Kalian tidak peduli pada kami! Kalian mengambil segalanya dari kami!"

Perwira itu tidak tergoyahkan. Ia mengangkat pistol dan menodongkannya ke kepala pria itu.

"Ini adalah peringatan bagi siapa pun yang mencoba melawan," katanya dingin sebelum menarik pelatuknya.

Tembakan menggema di udara, dan tubuh pria itu roboh ke tanah. Athena merasakan matanya panas, tapi ia tidak membiarkan dirinya menangis. Ia tahu bahwa rasa sakit ini adalah bagian dari kenyataan yang harus ia hadapi.

---

Setelah eksekusi, Athena kembali ke rumah Varek, di mana ia tidak lagi menyembunyikan pikirannya.

"Aku tidak bisa hanya menonton," katanya dengan suara tegas. "Aku harus melakukan sesuatu untuk menghentikan ini."

Varek memandangnya dengan ragu. "Kau tidak bisa melawan mereka sendirian, Nak. Mereka punya senjata, teknologi, dan pasukan yang jauh lebih kuat daripada apapun yang kau miliki."

"Tapi mereka tidak punya kebenaran," jawab Athena. "Jika aku bisa mencapai Puncak Relic dan menemukan apa yang tersembunyi di sana, mungkin aku bisa mengungkapkan sesuatu yang bisa mengubah keadaan. Aku harus mencoba, setidaknya."

Pria tua itu terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk pelan. "Kalau begitu, aku akan membantumu sebisaku. Ada jaringan perlawanan kecil di wilayah ini, orang-orang yang sudah muak dengan penindasan. Aku akan memperkenalkanmu pada mereka."

Athena tersenyum tipis. Untuk pertama kalinya dalam beberapa hari terakhir, ia merasa bahwa ada secercah harapan.

---

Athena tahu bahwa jalan ke depan akan penuh dengan bahaya. Tapi melihat penderitaan di Hakar, ia menyadari bahwa misinya bukan hanya tentang dirinya sendiri. Ini tentang membebaskan dunia dari belenggu yang telah memenjarakannya selama berabad-abad.

Dengan tekad yang semakin membara, ia bersiap untuk melangkah ke babak berikutnya dalam perjuangannya melawan kekuatan yang jauh lebih besar dari dirinya.

---

Episodes
1 Bab 1: Bayang-Bayang Reruntuhan
2 Bab 2: Jejak ke Puncak Relic
3 Bab 3: Jalan Berdarah ke Relic
4 Bab 4: Cahaya yang Pudar
5 Bab 5: Jejak yang Terlupakan
6 Bab 6: Faksi Militer dan Negara Atlantis yang Menindas
7 Bab 7: Bayang-bayang Penindasan
8 Bab 8: Api Perlawanan yang Mulai Berkobar
9 Bab 9: Di Ambang Harapan dan Ketakutan
10 Bab 10: Pertempuran di Hakar
11 Bab 11: Kekalahan yang Mematahkan semangat
12 Bab 12: Eksekusi di Bawah Langit Kelabu
13 Bab 13: Air Mata di Bawah Langit Kelam
14 Bab 14: Bara di Ibu Kota
15 Bab 15: Bara yang Menyala di Pelosok
16 Bab 16: Perpecahan di Tengah Api
17 Bab 17: Ruang Tahta Atlantis
18 Bab 18: Bara di Balik Gunung
19 Bab 19: Pertemuan yang Diganggu
20 Bab 20: Ikatan di Tengah Api
21 Bab 21: Genosida di Pulau Mistik
22 Bab 22: Api yang Tak Padam
23 Bab 23: Nyala Api Revolusi
24 Bab 24: Serangan Pertama
25 Bab 25: Propaganda Atlantis
26 Bab 26: Cahaya di Tengah Kegelapan
27 Bab 27: di Balik Tirai Kekuasaan
28 Bab 28: Nyala Api yang Semakin Membara
29 BAB 29 Perkenalan Tiga Jenderal Besar dan Jenderal Tertinggi Atlantis
30 Bab 30: Api yang Tidak Pernah Padam
31 Bab 31: Pertempuran Tak Terelakkan
32 Bab 32: Intervensi Atlantis
33 Bab 33: Di Ambang Kehancuran
34 Bab 34: Taktik Terakhir
35 Bab 35: Suara dari Timur
36 Bab 36: Bayangan Perang di Timur
37 Bab 37: Kabut Pengkhianatan
38 Bab 38: Langit Berdarah
39 Bab 39: Pelarian yang Membara
40 Bab 40: Nyali di Balik Pelarian
41 Bab 41: Kilatan di Tengah Malam
42 Bab 42: Neraka di Balik Kabut
43 Bab 43: Pertarungan di Perbatasan Bayangan
44 Bab 44: Bayangan Kematian
45 Bab 45: Bara di Tengah Kegelapan
46 Bab 46: Kobaran Api Revolusi
47 Bab 47: Jejak Darah di Tengah Konflik
48 Bab 48: Jejak Api di Bawah Langit Berdarah
49 Bab 49: Tanah yang Berlumur Darah
50 Bab 50: Kekacauan di Tepi Jurang
51 Bab 51: Neraka di Kaki Gunung Karst
52 Bab 52: Api di Tengah Kegelapan
53 Bab 53: Duel di Tengah Badai
54 Bab 54: Bara yang Tak Padam
55 Bab 55: Penyerbuan ke Jantung Atlantis
56 Bab 56: Amarah yang Membakar Langit
57 Bab 57: Badai Balas Dendam
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Bab 1: Bayang-Bayang Reruntuhan
2
Bab 2: Jejak ke Puncak Relic
3
Bab 3: Jalan Berdarah ke Relic
4
Bab 4: Cahaya yang Pudar
5
Bab 5: Jejak yang Terlupakan
6
Bab 6: Faksi Militer dan Negara Atlantis yang Menindas
7
Bab 7: Bayang-bayang Penindasan
8
Bab 8: Api Perlawanan yang Mulai Berkobar
9
Bab 9: Di Ambang Harapan dan Ketakutan
10
Bab 10: Pertempuran di Hakar
11
Bab 11: Kekalahan yang Mematahkan semangat
12
Bab 12: Eksekusi di Bawah Langit Kelabu
13
Bab 13: Air Mata di Bawah Langit Kelam
14
Bab 14: Bara di Ibu Kota
15
Bab 15: Bara yang Menyala di Pelosok
16
Bab 16: Perpecahan di Tengah Api
17
Bab 17: Ruang Tahta Atlantis
18
Bab 18: Bara di Balik Gunung
19
Bab 19: Pertemuan yang Diganggu
20
Bab 20: Ikatan di Tengah Api
21
Bab 21: Genosida di Pulau Mistik
22
Bab 22: Api yang Tak Padam
23
Bab 23: Nyala Api Revolusi
24
Bab 24: Serangan Pertama
25
Bab 25: Propaganda Atlantis
26
Bab 26: Cahaya di Tengah Kegelapan
27
Bab 27: di Balik Tirai Kekuasaan
28
Bab 28: Nyala Api yang Semakin Membara
29
BAB 29 Perkenalan Tiga Jenderal Besar dan Jenderal Tertinggi Atlantis
30
Bab 30: Api yang Tidak Pernah Padam
31
Bab 31: Pertempuran Tak Terelakkan
32
Bab 32: Intervensi Atlantis
33
Bab 33: Di Ambang Kehancuran
34
Bab 34: Taktik Terakhir
35
Bab 35: Suara dari Timur
36
Bab 36: Bayangan Perang di Timur
37
Bab 37: Kabut Pengkhianatan
38
Bab 38: Langit Berdarah
39
Bab 39: Pelarian yang Membara
40
Bab 40: Nyali di Balik Pelarian
41
Bab 41: Kilatan di Tengah Malam
42
Bab 42: Neraka di Balik Kabut
43
Bab 43: Pertarungan di Perbatasan Bayangan
44
Bab 44: Bayangan Kematian
45
Bab 45: Bara di Tengah Kegelapan
46
Bab 46: Kobaran Api Revolusi
47
Bab 47: Jejak Darah di Tengah Konflik
48
Bab 48: Jejak Api di Bawah Langit Berdarah
49
Bab 49: Tanah yang Berlumur Darah
50
Bab 50: Kekacauan di Tepi Jurang
51
Bab 51: Neraka di Kaki Gunung Karst
52
Bab 52: Api di Tengah Kegelapan
53
Bab 53: Duel di Tengah Badai
54
Bab 54: Bara yang Tak Padam
55
Bab 55: Penyerbuan ke Jantung Atlantis
56
Bab 56: Amarah yang Membakar Langit
57
Bab 57: Badai Balas Dendam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!