Bab 2: Jejak ke Puncak Relic

Angin malam terasa menusuk kulit, membawa aroma debu dan kematian. Athena menarik mantel lusuhnya lebih erat, melangkah melintasi jalan setapak yang kini ditelan hutan belantara. Jalan ini dulunya adalah jalur utama menuju kota besar—sekarang hanya dilingkupi reruntuhan dan akar pohon yang mencengkeram aspal retak.

Puncak Relic. Kata itu seperti api kecil di pikirannya, memaksa dirinya melangkah maju. Athena tidak tahu apa yang akan ia temukan di sana, tapi pria bertopeng gas itu telah menyulut rasa ingin tahu yang tak bisa ia abaikan.

---

Tiga hari telah berlalu sejak pertemuan itu. Athena tidak sendirian lagi di jalan ini. Dunia yang hancur bukanlah tempat bagi siapa pun untuk merasa aman. Ia bertemu para pengembara di sepanjang perjalanan—beberapa hanya memandangnya dengan curiga, yang lain menawarkan pertolongan dengan harapan akan imbalan. Tapi Athena belajar untuk tidak mempercayai siapa pun.

Di sebuah bekas halte bus yang sudah runtuh, Athena berhenti untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Ia membuka ranselnya, memeriksa persediaan yang hampir habis. Hanya ada beberapa sisa roti keras dan botol air yang sudah setengah kosong. Perjalanan ke Puncak Relic akan memakan waktu lebih lama dari yang ia perkirakan.

Saat sedang menikmati makan malamnya yang sederhana, ia mendengar suara dari kejauhan. Langkah kaki—berat dan teratur. Athena segera bangkit, meraih pisaunya, dan merunduk di balik puing-puing.

Beberapa menit kemudian, sosok besar muncul. Dua pria dengan tubuh kekar, membawa senjata tajam, melangkah masuk ke area halte. Mereka tampak seperti tentara yang kehilangan seragam mereka—penguasa jalanan yang memanfaatkan kekacauan.

“Apa tempat ini sudah digeledah?” salah satu pria bertanya.

“Sepertinya sudah. Tidak ada tanda-tanda apa pun,” jawab yang lain.

Athena tahu mereka tidak akan berhenti mencari jika mencurigai keberadaannya. Ia merayap pelan, berharap bisa meloloskan diri tanpa terdeteksi. Namun, bunyi kecil dari batu yang tergeser di bawah kakinya menarik perhatian mereka.

“Siapa di sana?!” seru salah satu pria.

Athena tidak menunggu lebih lama. Ia berlari sekuat tenaga, mendengar langkah kaki mereka mengejarnya. Dengan cepat, ia masuk ke jalanan yang dipenuhi reruntuhan, berharap bisa menggunakan medan untuk meloloskan diri.

“Berhenti, gadis kecil!” teriak salah satu dari mereka.

Athena tahu mereka tidak akan menunjukkan belas kasih. Ketika salah satu pria semakin mendekat, ia berhenti dan berbalik. Dengan satu gerakan cepat, ia melempar pisau ke arah pria itu, mengenai bahunya. Pria itu berteriak, tapi Athena tidak berhenti untuk melihat akibatnya.

Ia terus berlari hingga napasnya habis, akhirnya menemukan sebuah bangunan tua yang tampak cukup kokoh untuk dijadikan tempat persembunyian sementara. Di dalamnya, ia menemukan sebuah ruang kecil dengan pintu kayu yang masih bisa dikunci.

---

Dalam gelap, Athena merasakan tubuhnya gemetar. Bukan hanya karena kelelahan, tetapi juga karena ketakutan. Ketika ia memejamkan mata, ingatan masa lalunya kembali menghantui—malam ketika desanya diserang.

Saat itu, ia juga bersembunyi di balik pintu, mendengar langkah kaki penjarah yang mendekat. Perasaan tak berdaya itu kembali menghantuinya sekarang. Namun, Athena bukan lagi anak kecil yang tidak bisa melawan. Ia telah belajar bertahan hidup.

Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Jika pria-pria tadi menemukan tempat ini, ia siap bertarung.

---

Pagi harinya, Athena keluar dari persembunyiannya. Matahari terbit membawa sedikit kehangatan, cukup untuk mendorongnya melanjutkan perjalanan. Namun, sebelum ia meninggalkan gedung itu, sesuatu menarik perhatiannya.

Di salah satu ruangan, ia menemukan peti besi yang terkunci. Dengan hati-hati, Athena mencoba membuka kunci itu dengan pisaunya. Setelah beberapa menit mencoba, kunci itu patah, dan peti terbuka.

Di dalamnya, ia menemukan sesuatu yang tidak ia duga: dokumen tua yang tampaknya berasal dari masa sebelum perang nuklir. Sebagian besar sudah hancur, tapi ada satu peta yang masih bisa terbaca. Di peta itu, ada tanda kecil di daerah pegunungan dengan tulisan yang hampir pudar: Relic.

“Puncak Relic,” bisiknya.

Peta itu menunjukkan jalur menuju tempat yang ia cari. Athena menyimpannya dengan hati-hati sebelum meninggalkan gedung itu.

---

Dalam perjalanannya, Athena menyadari bahwa ia tidak lagi sendirian. Seorang pria muda, berusia sekitar dua puluhan, mulai mengikutinya dari kejauhan. Athena berhenti dan menoleh.

“Kau sudah cukup lama mengikutiku,” katanya, memegang pisaunya dengan waspada. “Apa maumu?”

Pria itu mengangkat tangannya sebagai tanda damai. “Aku bukan ancaman. Aku hanya ingin bergabung.”

“Kenapa aku harus mempercayaimu?” Athena bertanya dengan nada tajam.

“Karena aku tahu jalan menuju Puncak Relic,” jawab pria itu sambil tersenyum tipis.

Athena menatapnya lama, mencoba menilai apakah pria ini jujur atau hanya mencari kesempatan. “Apa yang kau tahu tentang Puncak Relic?”

“Lebih dari yang kau kira,” jawabnya. “Namaku Elias. Aku sedang mencari seseorang yang memiliki medali seperti milikmu.”

Athena terkejut, tapi ia tidak menunjukkannya. “Bagaimana kau tahu tentang medali ini?”

“Aku tahu lebih banyak daripada yang kau pikirkan,” jawab Elias. “Tapi aku tidak akan bicara di sini. Tempat ini terlalu berbahaya.”

Athena tidak suka dipaksa untuk mempercayai orang asing, tapi jika pria ini tahu sesuatu tentang perjalanannya, mungkin ia bisa berguna.

“Baiklah,” katanya akhirnya. “Tapi jika kau mencoba berbuat macam-macam, aku tidak akan ragu membunuhmu.”

Elias hanya tersenyum. “Kau akan butuh bantuanku lebih dari yang kau kira.”

---

Bersama Elias, Athena melanjutkan perjalanan. Meski ia tidak sepenuhnya mempercayai pria itu, ia tahu bahwa informasi yang dimilikinya mungkin sangat berharga. Namun, Athena juga menyadari bahwa dunia ini penuh tipu daya, dan setiap langkah membawa mereka lebih dekat ke bahaya.

Di kejauhan, pegunungan menjulang tinggi, tampak seperti penjaga bisu dunia yang telah hancur. Puncak Relic mungkin adalah harapan terakhir manusia, atau mungkin hanya legenda yang tak pernah nyata.

Athena hanya tahu satu hal: ia akan terus maju, apa pun yang terjadi.

Episodes
1 Bab 1: Bayang-Bayang Reruntuhan
2 Bab 2: Jejak ke Puncak Relic
3 Bab 3: Jalan Berdarah ke Relic
4 Bab 4: Cahaya yang Pudar
5 Bab 5: Jejak yang Terlupakan
6 Bab 6: Faksi Militer dan Negara Atlantis yang Menindas
7 Bab 7: Bayang-bayang Penindasan
8 Bab 8: Api Perlawanan yang Mulai Berkobar
9 Bab 9: Di Ambang Harapan dan Ketakutan
10 Bab 10: Pertempuran di Hakar
11 Bab 11: Kekalahan yang Mematahkan semangat
12 Bab 12: Eksekusi di Bawah Langit Kelabu
13 Bab 13: Air Mata di Bawah Langit Kelam
14 Bab 14: Bara di Ibu Kota
15 Bab 15: Bara yang Menyala di Pelosok
16 Bab 16: Perpecahan di Tengah Api
17 Bab 17: Ruang Tahta Atlantis
18 Bab 18: Bara di Balik Gunung
19 Bab 19: Pertemuan yang Diganggu
20 Bab 20: Ikatan di Tengah Api
21 Bab 21: Genosida di Pulau Mistik
22 Bab 22: Api yang Tak Padam
23 Bab 23: Nyala Api Revolusi
24 Bab 24: Serangan Pertama
25 Bab 25: Propaganda Atlantis
26 Bab 26: Cahaya di Tengah Kegelapan
27 Bab 27: di Balik Tirai Kekuasaan
28 Bab 28: Nyala Api yang Semakin Membara
29 BAB 29 Perkenalan Tiga Jenderal Besar dan Jenderal Tertinggi Atlantis
30 Bab 30: Api yang Tidak Pernah Padam
31 Bab 31: Pertempuran Tak Terelakkan
32 Bab 32: Intervensi Atlantis
33 Bab 33: Di Ambang Kehancuran
34 Bab 34: Taktik Terakhir
35 Bab 35: Suara dari Timur
36 Bab 36: Bayangan Perang di Timur
37 Bab 37: Kabut Pengkhianatan
38 Bab 38: Langit Berdarah
39 Bab 39: Pelarian yang Membara
40 Bab 40: Nyali di Balik Pelarian
41 Bab 41: Kilatan di Tengah Malam
42 Bab 42: Neraka di Balik Kabut
43 Bab 43: Pertarungan di Perbatasan Bayangan
44 Bab 44: Bayangan Kematian
45 Bab 45: Bara di Tengah Kegelapan
46 Bab 46: Kobaran Api Revolusi
47 Bab 47: Jejak Darah di Tengah Konflik
48 Bab 48: Jejak Api di Bawah Langit Berdarah
49 Bab 49: Tanah yang Berlumur Darah
50 Bab 50: Kekacauan di Tepi Jurang
51 Bab 51: Neraka di Kaki Gunung Karst
52 Bab 52: Api di Tengah Kegelapan
53 Bab 53: Duel di Tengah Badai
54 Bab 54: Bara yang Tak Padam
55 Bab 55: Penyerbuan ke Jantung Atlantis
56 Bab 56: Amarah yang Membakar Langit
57 Bab 57: Badai Balas Dendam
58 Bab 58: Pertempuran Terakhir di Kegelapan Abadi
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Bab 1: Bayang-Bayang Reruntuhan
2
Bab 2: Jejak ke Puncak Relic
3
Bab 3: Jalan Berdarah ke Relic
4
Bab 4: Cahaya yang Pudar
5
Bab 5: Jejak yang Terlupakan
6
Bab 6: Faksi Militer dan Negara Atlantis yang Menindas
7
Bab 7: Bayang-bayang Penindasan
8
Bab 8: Api Perlawanan yang Mulai Berkobar
9
Bab 9: Di Ambang Harapan dan Ketakutan
10
Bab 10: Pertempuran di Hakar
11
Bab 11: Kekalahan yang Mematahkan semangat
12
Bab 12: Eksekusi di Bawah Langit Kelabu
13
Bab 13: Air Mata di Bawah Langit Kelam
14
Bab 14: Bara di Ibu Kota
15
Bab 15: Bara yang Menyala di Pelosok
16
Bab 16: Perpecahan di Tengah Api
17
Bab 17: Ruang Tahta Atlantis
18
Bab 18: Bara di Balik Gunung
19
Bab 19: Pertemuan yang Diganggu
20
Bab 20: Ikatan di Tengah Api
21
Bab 21: Genosida di Pulau Mistik
22
Bab 22: Api yang Tak Padam
23
Bab 23: Nyala Api Revolusi
24
Bab 24: Serangan Pertama
25
Bab 25: Propaganda Atlantis
26
Bab 26: Cahaya di Tengah Kegelapan
27
Bab 27: di Balik Tirai Kekuasaan
28
Bab 28: Nyala Api yang Semakin Membara
29
BAB 29 Perkenalan Tiga Jenderal Besar dan Jenderal Tertinggi Atlantis
30
Bab 30: Api yang Tidak Pernah Padam
31
Bab 31: Pertempuran Tak Terelakkan
32
Bab 32: Intervensi Atlantis
33
Bab 33: Di Ambang Kehancuran
34
Bab 34: Taktik Terakhir
35
Bab 35: Suara dari Timur
36
Bab 36: Bayangan Perang di Timur
37
Bab 37: Kabut Pengkhianatan
38
Bab 38: Langit Berdarah
39
Bab 39: Pelarian yang Membara
40
Bab 40: Nyali di Balik Pelarian
41
Bab 41: Kilatan di Tengah Malam
42
Bab 42: Neraka di Balik Kabut
43
Bab 43: Pertarungan di Perbatasan Bayangan
44
Bab 44: Bayangan Kematian
45
Bab 45: Bara di Tengah Kegelapan
46
Bab 46: Kobaran Api Revolusi
47
Bab 47: Jejak Darah di Tengah Konflik
48
Bab 48: Jejak Api di Bawah Langit Berdarah
49
Bab 49: Tanah yang Berlumur Darah
50
Bab 50: Kekacauan di Tepi Jurang
51
Bab 51: Neraka di Kaki Gunung Karst
52
Bab 52: Api di Tengah Kegelapan
53
Bab 53: Duel di Tengah Badai
54
Bab 54: Bara yang Tak Padam
55
Bab 55: Penyerbuan ke Jantung Atlantis
56
Bab 56: Amarah yang Membakar Langit
57
Bab 57: Badai Balas Dendam
58
Bab 58: Pertempuran Terakhir di Kegelapan Abadi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!