WWK BAB 08

Kini, Yai Halim tengah berada di ruang kerjanya. Ia meletakkan proposal milik Rayhan di atas proposal lain yang ditujukan untuk Putrinya. Tangan Yai Halim kini membuka secarik kertas yang diberikan Kakek Panji. Matanya bergerak kekanan dan kekiri membaca setiap kalimat didalam kertas itu.

"Sebelumnya aku minta maaf, Halim. Aku tidak bisa hadir secara langsung untuk melamar Putri mu. Sungguh, semua sangat mendadak karena Papa yang meminta. Sedangkan pekerjaan ku sudah terjadwal dan benar-benar tidak bisa di tunda lagi. Sekali lagi aku mohon maaf pada mu. Terkait lamaran Putra ku, aku sangat berharap kamu bisa mempertimbangkan untuk menerima lamaran Putra ku. Kamu tahu bukan? Waktu itu aku pernah bilang ingin menikahkan salah satu Putra ku dengan Putri mu. Mungkin, ini waktu yang tepat. Kebetulan Papa ingin sekali Putri mu menjadi Istri Putra pertama ku, Rayhan. Katanya Putri mu sangat cocok untuk Rayhan. Sebagai sahabat aku sangat berharap pada mu, Halim. Tapi semua kembali pada mu dan juga Putri mu. Semoga aku mendengar kabar baik nanti, terimakasih." Begitulah kiranya isi dari kertas tadi.

Seketika Yai Halim menghela nafas kasar, sungguh dirinya bingung. Dia sudah punya pandangan untuk pendamping Putrinya. Tapi kini dirinya dibuat dilema karena persahabatan. Kendati demikian, dirinya tetap harus mengutamakan pilihan Putrinya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Flash Back On

"Rayhan tidak mau, Kek." Suara tegas lelaki berumur tiga puluh empat tahun itu memenuhi ruang keluarga mansion utama William.

"Rayhan sudah punya calon, nanti akan Ray kenalkan." Imbuhnya lagi.

Sepulang dari rumkit Rayhan langsung dikejutkan dengan permintaan Kakeknya yang aneh-aneh. Bagaimana tidak? Dirinya diminta menikahi seorang dokter muda anak pemilik RS Hermina, sedangkan dirinya sudah punya tambatan hati.

"Siapa? Si uler keket itu?" Saut Kakek Panji cukup sinis.

Helaan nafas kasar terdengar dari mulut Rayhan, "Namanya Katherine, Kek." Ujarnya seraya duduk kembali di sofa.

"Tahu... Kakek tidak setuju kalau kamu mau menikah dengannya." Tegas Kakek Panji.

"Why? Pernikahan itu Ray yang jalani Kek." Saut Rayhan kembali.

Orangtua Rayhan hanya menyaksikan perdebatan kedua lelaki beda generasi itu. Mereka sebenarnya juga terkejut akan permintaan Kakek Panji. Rama memang berniat untuk menjodohkan salah satu Putranya dengan Putri sahabatnya itu. Tapi bukan Rayhan, dia tahu betul Putranya itu. Tapi mau bagaimana lagi, Papanya sudah memutuskan.

"Pah, bantu Rayhan ngomong ke Kakek dong. Papa kan tahu sendiri, Rayhan sudah lama menjalin hubungan dengan Katherine. Ray tidak enak dengan orangtuanya kalau tiba-tiba harus begini." Kini Rayhan menatap Papanya berharap dirinya akan dibela.

Tapi nahas, Papanya sama sekali tidak membelanya. "Ray, sedikit banyak Papa juga mengenal Kath. Benar kata Kakek mu, Zevana lebih baik untuk mu dari segi manapun."

"Pahh..." Rayhan sejenak mengatur nafasnya, kemudian Ia kembali berucap. "Kenapa tidak jodohkan saja dengan Adek? Dia lebih tepat untuk gadis itu. Umurnya tidak terpaut jauh, satu frekuensi juga." Sungguh, Rayhan ingin melakukan berbagai cara untuk membatalkan niat Kakeknya itu.

"Ck, kalau kamu tidak mau ya sudah. Besok kamu tidak perlu ke kantor lagi, dan jangan salahkan Kakek kalau bisnis keluarga milik uler keket mu itu hancur." Tukas Kakek Panji seraya beranjak dari ruangan itu.

Sontak ucapan Kakek Panji membuat kedua orangtua Rayhan melongo, begitu juga dengan Rayhan. Ketiganya memandangi satu dengan yang lainnya.

"Kakek ngancem? Kok gitu sih Kek, Ray satu-satunya cucu Kakek yang bisa nerusin William Group lohh." Sungut Rayhan sudah berdiri dari duduknya.

Kakek Panji menjeda langkahnya sejenak, "Siapa bilang? Adek ada kok, diam-diam Kakek juga memantau anak itu. Kakek rasa dia cukup kompeten untuk menggantikan Papa mu." Papar sesepuh William kemudian melanjutkan langkahnya.

Rayhan mengacak-acak rambutnya frustasi, "Arghhhh, kenapa jadi gini sih." Ucap Rayhan seraya mendudukkan bokongnya di sofa.

"Turuti saja keinginan Kakek mu, Ray." Suara Rama memecah ketegangan yang terjadi.

Rayhan mendelik tajam kearah Papanya, "Papa gila? Papa fikir Ray akan bahagia nanti? Apa Papa yakin Ray bisa bersikap baik nantinya?" Pertanyaan beruntun itu menjadi bukti kalau Rayhan benar-benar menentang keinginan Kakeknya.

"Ray, banyak kok pernikahan yang awalnya tidak didasari dengan cinta juga tidak saling mengenal berakhir bahagia." Kini Mamanya ikut-ikutan membujuk Rayhan.

"Dulu, Papa sama Mama juga begitu. Sekarang lihat? Happy-happy aja bukan?" Timpal Lydia kembali.

"Iya karena wanita itu sudah mati, kalau belum bagaimana? Akan beda ceritanya bukan?" Sinis Rayhan yang mendapat tatapan tajam dari Papanya.

"Rayhan, jaga bicara mu." Sentak Rama. Sungguh dirinya tidak ingin Putra sulungnya itu membahas soal masa lalunya.

"Benar bukan, Pah? Mama saja yang naif, rela merawat dan membesarkan anak dari wanita yang sudah merebut kebahagiaannya dan juga Ray." Kembali Rayhan mengorek masa lalu Papanya.

"Cukup, Ray. Dia juga Ibu mu, tidakkah kamu ingat bagaimana dia menyayangi mu? Kalau saja Mama masih bisa mengandung lagi, Papa mu tidak akan mau menikah lagi." Lydia kembali bersuara.

Sebelum berlalu Rayhan berucap, "Lagi-lagi karena tua bangka itu. Kalian selalu menuruti dan memaklumi setiap keinginannya yang aneh. Terlalu memaksakan kehendak tetapi tidak memikirkan efek kedepannya."

"Rayhan!" Suara Rama menggema, dia bahkan sudah berdiri dari duduknya. Sungguh, Putranya itu sudah keterlaluan. Menyebut Kakeknya sendiri dengan sebutan "tua bangka".

Lydia ikut berdiri, Ia mencoba menenangkan suaminya. Dada Rama nampak kembang kempis karena emosi. Sepertinya keputusan Papanya untuk melamar Putri sahabatnya itu sudah tepat. Selama menjalin hubungan dengan kekasihnya, sikap Rayhan memang sedikit berubah. Rama bahkan sudah tidak menjumpai Rayhan pergi ke masjid untuk sholat berjama'ah. Padahal dulu Rayhan sangat rajin untuk sholat ke masjid. Mungkin salah satu alasan Papanya adalah ini. Papanya ingin Rayhan kembali seperti dulu, kembali pada jalan yang benar.

Lydia menarik Rama agar duduk kembali. "Sudah, Pah. Mama yakin Rayhan akan mau menuruti keinginan Kakeknya."

"Tapi, Papa jadi takut Rayhan tidak memperlakukan Istrinya dengan baik nantinya. Mengingat dia terpaksa melakukan ini semua. Tadinya Papa berniat menjodohkan Adek dengan Putri Yai Halim, mereka sangat cocok dan pas. Papa bahkan sudah berikan proposal milik Adek kepada Yai Halim. Tapi, mana tahu kalau jadinya akan seperti ini." Rama berucap panjang lebar.

Lydia masih setia mengusap bahu Suaminya, "Belum jodoh, mungkin memang Rayhan yang ditakdirkan untuk Putri Yai. Coba nanti kamu bicarakan dengan Yai Halim. Kamu paham betul bukan sifat Papa mu? Kalau sudah mengambil keputusan tidak bisa di ganggu gugat." Ucapan Lydia mendapat anggukan dari Suaminya.

Flash Back Off

To Be Continued...

Terpopuler

Comments

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

rhoor jangan sampe zevana jd nikah sm reyhan yg jelas² dia sdh punya cewe..takuty nant zev di sakitin

2025-02-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!