WWK BAB 07

"Yolo, bukan maen da Kak Marcel. Apa lagi si bungsu Martin, double M yang membuat ku ketar ketir. Ck, nggak guna gue sandi ponsel sama laptop apa lagi ipad selama masih ada mereka." Gumam Zevana seraya pergi dari tempat kejadian perkara.

Zevana hendak masuk ketenda peristirahatan, sungguh dirinya butuh waktu sesaat untuk menormalkan detak jantungnya. Saat hendak masuk kedalam tenda, tiba-tiba...

"KLUNTINGGG"

Satu notif pesan masuk kedalam ponselnya. Ia mengelurkan ponsel dari saku, dilihatnya pesan dari Martin yang muncul di pop up.

📱 "Heh gue denger ya sampean ngomong apa." Pesan dari Martin membuat Zevana sontak melihat kekanan dan kirinya.

"Masa iya mereka pasang cctv disini?" Zevana bermonolog sendiri. Seketika tubuhnya merinding karena membaca pesan dari Martin.

Akhirnya Zevana memilih untuk tidak menanggapi pesan dari sepupunya itu. Ia melangkahkan kakinya masuk kedalam tenda. Matanya kini menengadarkan pandangan. Benarkah Zevana disini sekarang? Apa dia benar-benar bisa tidur nanti? Terbiasa dengan kemewahan di rumah dan juga rumah sakit membuat Zevana agak ragu.

Ditenda itu hanya ada kasur lantai yang tipis, bantal dan selimut yang tebalnya tak seberapa. Meja kecil dan lemari kecil, tentu Zevana tidak sendiri di tenda itu. Setidaknya ada tiga kasur disana.

Kini Zevana menghela nafas panjang, "Udah di niatin Nana, kamu pasti bisa. Biar ada serunya kalau cerita sama anak mu nanti. Masa iya hidup elu cuman gitu-gitu aja." Gumam Zevana bicara sendiri di tenda itu.

Waktu demi waktu telah berganti hari berlalu menjadi minggu. Zevana menikmati setiap momen saat menjadi relawan disana. Ada kala momen dimana Zevana harus masuk ke zona bahaya. Bahkan pernah Zevana hampir tertimpa runtuhan bangunan bekas di bom oleh isriwil. Namun, hal itu tak membuat Zevana putus semangat untuk membantu saudara-saudaranya yang memang sangat membutuhkannya. Tak sedikit dari mereka yang berterimakasih. Bahkan Zevana sudah akrab dengan tim relawan dari pondok pesantren Abinya. Tidak hanya itu, dia juga sudah akrab dengan bodyguard yang di sewa oleh kembarannya.

Sebulan lebih sudah kepergian Zevana ke daerah konflik itu. Selama itu pula Zevan tak hentinya cemas, walaupun dia terus memantau kembarannya lewat orang-orang kepercayaan.

Hari ini kembaran Zevana itu dikagetkan dengan kedatangan tamu yang salah satunya sangat Zevan ingat. Ia duduk bersama Ibunya di sofa panjang sebelah Abinya. Abi Halim memulai perbincangan setelah pelayan rumah menyajikan minuman dan beberapa camilan.

"Sudah lama sekali tidak bersua Pak Panji. Ada keperluan apa kira-kira anda bertamu ke kediaman saya?" Ucap Yai Halim. Sungguh, dirinya penasaran dengan keperluan tamunya pagi ini.

"Memang kita sudah lama tidak bertemu, tapi kamu masih berkomunikasi dengan Putra ku bukan?" Kini sesepuh William itu balik bertanya kepada tuan rumah. Yai Halim mengangguki ucapan sesepuh William.

"Sebelumnya saya mohon maaf, tadinya saya sudah meminta Rama untuk meluangkan waktu. Tapi sepertinya urusannya benar-benar tidak bisa di tunda atau pun di gantikan oleh orang lain lagi, jadi saya yang kesini." Kakek Panji menjeda ucapannya sebelum kembali melanjutkan. Ia menarik nafas dalam lalu berucap kembali.

"Saya kemari ingin melamar Nak Zevana untuk cucu pertama saya Rayhan Alfarizi William." Sejenak Kakek Panji melihat ekspresi kedua orang tua sosok yang sudah mencuri perhatiannya.

"Saya meminta izin dan restu untuk cucu saya. Harapan saya semoga keluarga Salim dapat memberikan pandangan positif dan do'a terbaik agar niat tulus ini dapat membawa kebahagiaan serta keberkahan bagi kedua keluarga, aamiin... Silahkan." Pungkas Kakek Panji mepersilahkan Yai Halim untuk menjawab.

Duaarrr

Sungguh Zevan terkejut, rupanya ucapan aki-aki ini kala itu tidak main-main. Ia kemudian menatap sosok pria berbadan tegap nan tampan di sebelah Kakek Panji. Zevan memperkirakan umur pria itu jauh lebih tua darinya. Mungkin selisih delapan atau sembilan tahun. Astogeh, kalau sampai lamaran ini Abinya terima, Zevana akan menikah dengan Om-Om pikir Zevan.

Yai Halim tersenyum, Ia kemudian menatap Istrinya sekilas sebelum menarik nafas dan menghembuskannya berlahan. Kemudia Ia menjawab, "Sebelumnya saya minta maaf Pak Panji, tapi Putri saya sedang tidak di tempat. Ia tengah menjalankan pengabdiannya peduli sesama di negara konflik. Zevana ikut menjadi salah satu dokter relawan di perbatasan Mesir dengan Palestine. Jadi, untuk saat ini saya tidak bisa memberikan jawaban apapun. Pun sudah ada beberapa proposal yang masuk untuk Zevana, namun belum saya pertimbangkan." Yai Halim menjeda kalimatnya, Ia bisa melihat raut kekecewaan di wajah senja sesepuh William.

"Zevana sendiri mengatakan kalau dirinya ingin fokus lanjut study untuk spesialisnya. Jadi, untuk niat baik Pak Panji ini saya belum berani menjawabnya. Kebetulan yang bersangkutan tidak ada di tempat. Sekali lagi saya mohon maaf kepada keluarga William." Pungkas Yai Halim.

Kakek Panji melirik kearah samping sejenak. "Kalau begitu enaknya gimana ya, Lim? Sesepuh Wiliam tentu tidak mau usahanya pagi ini sia-sia.

Yai Halim nampak berfikir sejenak, "Pak Panji bawa proposal Rayhan?"

"Ada." Jawaban singkat Kakek Panji yang mengulurkan tangan pada seorang pria yang duduk tak jauh darinya. Pria itu tampak mengenakan stelah serba hitam yang kemudian memberikan sebuah map kepada Kakek Panji.

Kakek Panji meneruskan map itu kepada Yai Halim. "Ini, proposal Rayhan." Ucap Kakek Panji.

Yai Halim menerima map itu kemudian Ia berucap, "Alhamdulillah, proposal sudah ada di tangan saya. Untuk lebih lanjutnya nanti saya kabari setelah yang bersangkutan pulang."

"Kira-kira kapan, Lim?" Kembali Kakek Panji bertanya.

"Duh, sepertinya Pak Panji sangat berharap proposalnya di terima. Saya jadi takut mengecewakan." Saut Yai Halim belum menjawab pertanyaan sesepuh William.

"InSyaaAllah, nanti saat Zevan wisuda. Tidak lama lagi, mungkin sekitar semingguan." Ucap Yai Halim.

"Begitu rupanya, ah iya... Ada titipan dari Rama untuk mu." Kakek William merogoh saku kemeja batiknya. Secarik kertas sudah berpindah ketangan beliau. Ia kemudian menyodorkan kertas itu pada Yai Halim.

"Katanya buka nanti saat Kakek sudah pergi dari sini." Ucap Kakek Panji.

Yai Halim nampak mengernyitkan dahi, tapi kemudian Ia meletakkan kertas itu di atas map milik Rayhan tadi.

"Dari tadi terus mengobrol, sekarang ayo diminum tehnya. Pasti sudah mulai dingin..." Yai Halim mempersilahkan tamunya untuk melepas rasa dahaga setelah mengutarakan niat.

Yai Halim kemudian melirik kearah pria yang sering di panggil Rayhan itu. Sedari tadi Rayhan hanya terdiam. Ekspresinya pun tidak bisa Yai Halim tebak. Hanya saja, ahh sudahlah semoga saja firasatnya tidak benar.

Mereka kemudian melanjutkan perbincangan, kini Yai Halim melibatkan Rayhan. Kebetulan Ia sudah mengenal Rayhan karena beberapa kali temannya Rama membawa anak itu ketika menyambanginya. Bahkan, sempat terbesit rasa kagum akan prestasi Rayhan dalam menjalankan bisnis.

Kini, mereka tengah tertawa karena cerita sesepuh William yang mencak-mencak sewaktu di rumkit beberapa waktu lalu. Sungguh, Zevan di buat tak berkutik oleh Kakek Panji. Namun, baik Yai Halim maupun Istrinya sudah tidak heran lagi. Dirumah ini yang paling slengekan hanyalah Zevan. Tapi kendati demekian, sikapnya itulah yang membuat rumah menjadi ramai dan cukup berwarna.

Setelah cukup lama berbincang, akhirnya sesepuh William pamit undur diri. Tuan rumah mengantarkan tamu hingga mobil yang di tumpangi tamu itu menghilang dari halaman rumah.

Kini, Yai Halim tengah berada di ruang kerjanya. Ia meletakkan proposal milik Rayhan di atas proposal lain yang ditujukan untuk Putrinya. Tangan Yai Halim kini membuka secarik kertas yang diberikan Kakek Panji. Matanya bergerak kekanan dan kekiri membaca setiap kalimat didalam kertas itu.

To Be Continued...

Terpopuler

Comments

💞pejuang🤑🤑🤑

💞pejuang🤑🤑🤑

ini lagi ngajuin kerja sama ato gimana ?
kok proposal seh.
biodata mungkin ya yang di maksud

2025-02-02

2

Nurgusnawati Nunung

Nurgusnawati Nunung

bakal bingung Jeje milih yang mana. semangat

2025-02-06

1

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

tinggal zevana yg mesortir semua proposaly..

2025-02-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!