WWK BAB 03

Zevan nampak meraup wajahnya dengan kasar, "Gegare ente, ane jadi di amuk pasien setresss."

Tiba-tiba seseorang melempari Zevan sandal.

"BUGHHH"

Sendal itu tepat mengenai pipi kanan Zevan. Zevan melirik seorang pria senja yang menopang tubuhnya dengan berpegangan pada tongkat.

"Ente ya kalo ngomong, ane aduin ke Bapak ente baru tahu rase." Sungut pria senja itu. Kini pria senja itu melangkah mendekati Zevana.

"Nduk, nikah mau ya?" Pria senja itu menatap lekat-lekat wajah ayu Zevana. Zevana yang merasa ditatap pun risi dan buru-buru menundukkan kepala.

"Lahhh, Aki kagak salah denger? Ane kagak ridho ye kalau kembaran ane nikah sama modelan aki-aki." Zevan sudah berdiri tak jauh dari kembarannya.

Pria senja itu melirik kearah Zevan sekilas, lalu kembali menatap wajah Zevana. "Kakek punya cucu laki-laki, dia tampan nan mapan. InSyaaAllah baik juga dari segi sikap maupun agama." Penuturan pria senja itu begitu lembut hingga membuat Zevan berdecak.

"Elahh, tadi sama ane bicaranye kagak gitu. Giliran sama yang bening aje, beuhhh..." Zevan menatap kesal pria senja didepannya.

Fikiran Zevana sudah berceloteh, "Yolo, ini Kakek ngapain malah nyodorin cucunya. Udah gitu rame begini, etdahhh ajuin cuti sebulan boleh nggak ya?" Zevana masih tertunduk karena malu juga risi di tatap oleh pria senja dihadapannya.

Zevana merasa mereka harus menepi untuk mengobrol dari hati ke hati.

"Emm.. Kek, bagaimana kalau ngobrol di bangsal saja? Malu dilihat banyak orang, apa lagi masalah serius dan pribadi. Saya juga punya wali Kek..." Tutur Zevana lembut dan berhati-hati, takut pria senja itu salah faham. Ucapan Zevana hanya mendapat respon anggukan tiga kali oleh pria senja itu.

Akhirnya Zevana, Zevan, dan juga pasien naratama itu masuk ke bangsal VIP. Sebelum melanjutkan pembicaraan, Zevana meminta pasien untuk makan dan minum obat. Zevan yang duduk di sofa hanya melihat kembarannya itu sibuk kesana kemari. Sesekali Ia juga terlihat menggelengkan kepala.

"Jeje, ente digaji sama enyak berapa sampe double-double gitu jobdesknya?" Ucap Zevan memecah suasana hening di kamar itu.

Zevana tersenyum, "Itung-itung nyari pahala, JetPam." Zavina sibuk menuliskan perkembangan pasien pada berkas yang ada di tangannya.

Pria senja itu hanya melihat setiap gerik Zevana, sesekali Ia tersenyum. Sungguh dirinya bagai menemukan sosok cucu perempuan.

"Nduk, siapa wali mu? Kakek ingin melamar mu untuk cucu ku." Pria senja itu kini telah berbaring di brankar rumkit.

Zavina tersenyum sembari menunduk, "Anda adalah sesepuh trah William, bukan? Seharusnya anda tahu siapa wali saya, beberapa kali saya melihat putra dan cucu anda menyambangi pondok."

"Woo, kamu Putri Yai Halim to. Alhamdulillah, luweh gampang kalo gitu." Ujar Pria senja yang di ketahui bernama Panji Putra William itu dengan sumringah. ( luweh gampang \= lebih mudah )

( Di Jawa, ada yang namanya trah, itu adalah nama lain dari keluarga besar. Jadi bisa di katakan trah itu silsilah keluarga atau juga marga.)

Zevan yang mengetahui kalau Kakek itu adalah sesepuh William sontak merasa kaget. Dirinya memang belum membaca biodata pasien. Itu karena pasien tidak mau dicek sama sekali. Bahkan ketika Zevan baru masuk ke ruangan, langsung kena semprot. Sekarang dirinya merasa keki, dia harus segera meminta maaf sebelum semua sampai ke telinga Ibu dan Ayahnya.

"Kek, ane minta maap ye. Omongan ane tadi ntu cuman bercande." Zevan nampak tertunduk.

"Kalau bukan karena ente kembaran Dokter cantik ini, beuhh..." Sesepuh William melihat wajah Zevan yang sudah ketar ketir. Pasalnya Direktur Hermina tidak akan pandang bulu kalau menghukum bawahannya.

Jakun Zevan naik turun, Zevana yang melihat ekspresi kembarannya hanya mengulum senyum. Tentu dia tahu apa yang kembarannya itu khawatirkan.

Zevan mengangkat salah satu alisnya, "Kek, jangan gitu nape? Itu enyak kalo marah bukan maen, etdahhh belum lagi babeh..."

Sontak ucapan Zevan membuat sesepuh William tertawa, tak terkecuali Zevana. Ia sampai menutup mulut dengan telapak tangan agar tidak terlalu berlebihan.

Kakek Panji menghentikan tawanya, Ia teringat akan sesuatu. "Lahh.. Nduk, cucu ku juga ada disini. Semalam aku diminta acc untuk operasi usus buntu." Ujarnya masih setia menatap wajah ayu Zevana, yang hanya di angguki.

"Saya tahu Kek, saya sendiri yang mengoperasinya." Saut Zevana masih setia menundukkan kepala.

"Wooo, jadi semalam kamu nggak bisa datang kesini karena itu." Kakek Panji sudah menduga, dan sekali lagi di angguki oleh Zevana.

"Usai operasi saya oper sift dengan kembaran saya." Tunjuk Zevana kearah Zevan dengan ibu jari kanannya.

"Terimakasih Nduk, orangtua Rayhan sedang dalam perjalanan. Mereka ada di negara tetangga, sedangkan adiknya sibuk dengan dunianya sendiri." Papar Kakek Panji.

Zevana kini mengerti kenapa tak ada seorangpun keluarga yang mendampingi selain asisten pasien.

"Lahh, roma-romanya bakalan lama ini." Gumam Zevan dalam hati. Ia kemudian memberanikan diri untuk berpamitan, karena sudah terlalu lama meninggalkan IGD.

"Kek, aneh sama Jeje pamit dulu ya. Udeh lama nih, takut di IGD ada ape-ape. Bisa-bisa di semprot enyak nanti." Ujar Zevan seraya berdiri dari duduknya.

"Ente aja yang pergi, Dokter cantik biar disini." Kakek Panji berucap seraya melihat Zevan yang sudah akan membuka pintu.

Zevan berbalik, "Lah kocak nih Kakek, Jeje kesini buat kerja bukan nengokin Kakek."

Tiba-tiba pintu di buka oleh seseorang.

"Dok, ada pasien kecelakaan sedang otw." Ucap Suster panik. Saat hendak akan pergi, Suster itu berkata kembali. "Lima orang ,Dok. Satunya kritis, satunya lagi patah tulang." Ujar Suster itu langsung berlalu pergi setelahnya.

"Innalillahi wa innaillaihi roji'un" Ucap Zevana.

Zevan berlalu pergi dari ruang naratama itu. Namun, setelah beberapa langkah, Ia mendapati Zevana belum menyusulnya. Ia pun kembali ke ruangan Kakek Panji tadi.

"Lahh kocak nih bocah. Ayo buruan Je, ente pikir ane bisa membelah diri kek Naruto." Sungut Zevan ketika membuka pintu kamar Kakek Panji dan melihat kembarannya masih duduk diam di sebelah brankar sesepuh William itu.

Zevana menatap tajam kembarannya, "Kan.. Kan... Ane harusnya berangkat siang, JetPam." Zevana berdiri dan menyempatkan diri pamit kepada Kakek Panji.

Saat melewati Zevan yang masih berdiri di ambang pintu, Zevana berkata lirih meski tatapannya menusuk tajam. "Weekend ini harus ada tlaktiran." Ucapnya seraya berlalu mendahului Zevan.

"Lahh bocah..." Gumam Zevan seraya berlari mengejar kembarannya yang sudah masuk kedalam lift.

"TAHAN..." Teriak Zevan saat tahu lift akan tertutup. Zevana pura-pura tidak mendengar teriakan Zevan. Sejurus itu Zevan berlari lebih cepat dari sebelumnya dan hampir saja pintu lift tertutup. Lirikan tajam Ia berikan kepada kembarannya yang cantik meski bibirnya manyun beberapa mili.

To Be Continued...

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

iku boso jowo... bhs Inggrisnya more easy🤭

2024-12-28

0

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

bener² lucu kaka ade ini..jd seru jg

2025-02-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!