"Ck... Elahhh, Jetpam nggak pernah ontime. Kek gitu minta hilal jodoh, yang di atas juga jadi ogah-ogahan." Kesal Zevana ketika melihat kembarannya.
"Elah Je, timbang tiga jam doang." Saut Zevan enteng.
Seketika ucapan Zevan membuat manik mata Zevana melotot.
"Afe loe kate? Tiga jam itu cuman? Wahh gue aduin ke Ibu nanti. Inget, nggak boleh makan gaji buta." Seloroh Zevana tak terima.
"Ck.. Kan.. Kan.. Sukanya ngadu. Lagian ane udah bilang ke Enyak kalau ada jam tambahan di kampus." Jelas Zevan santai.
Zevana memutar bola matanya, ada aja alasan kembarannya ini untuk ngeles.
"Udah.. Buruan tugas, cari Suster Erlina. Ada pasien nu riweh di bangsal VIP, ceunah nggak mau minum obat." Ucap Zevana sebelum melangkah. ( Ada pasien yang ribet di bangsal VIP. Katanya nggak mau minum obat. )
"Kan.. Kan.. Kan.. giliran yang gini aja ane yang kena." Zevan menggerutu sembari memutar badan mengikuti langkah Zevana.
"Mati aja kalo kagak mau minum obat." Sambungnya lagi sebelum memutar badan berlawanan arah dengan Zevana.
"Astagfirullah, JetPam!" Sentak Zevana berbalik menghadap ke arah Zevan.
Seketika Zevana teringat sesuatu, Ia lalu mengejar kembarannya itu dan menepuk bahunya.
"Ck.. Nape lagi, Je?" Tanya Zevan menoleh kearah Zevana.
Zevana mencondongkan tubuhnya dan mendekatkan bibir ke telinga Zevan.
"Aku minta tolong, carikan informasi biodata seseorang." Ucap Zevana berbisik ditelinga Zevan.
"Siape?" Tanya Zevan kembali masih tetap diposisi mereka.
Zevana kembali berbisik, "Nanti aku chat."
Sontak saja jawaban Zevana membuat Zevan kesal.
"Elah, timbang ngomong doang. Lagian emang ane intel? Ane kagak bisa, sibuk." Ujar Zevan sudah akan melangkahkan kaki.
"Minta bantuan Martin." Ucap Zevana masih tetap berdiri di tempatnya sembari menatap kepergian Zevan.
Zevan lantas menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang.
"Cowok ya, Je?" Tanya Zevan memastikan. Tidak biasanya kembarannya itu meminta tolong untuk dicarikan informasi biodata.
Zevana hanya mengedikan bahu dan berlalu pergi. Tentu hal itu membuat Zevan kembali dibuat kesal. Sungguh, dibuat penasaran itu tidak enak.
...----------------...
Setibanya di rumah, Zevana langsung membersihkan diri. Usai itu dirinya yang sudah merasa sangat lelah menjatuhkan diri di atas kasur nan empuk. Ia teringat untuk mengirimi pesan kepada kembarannya itu. Sejurus itu kemudian jarinya sudah berselancar mengetik pesan dan menekan tombol send.
klunting...
Satu notif terdengar dari ponsel Zevana, pertanda kalau Zevan sedang tidak sibuk saat ini.
{ Serius ente? Rayhan Alfarizi William? Je di mbah google juga banyak. } Balas Zevan.
Membaca balasan dari Zevan membuat dahi Zevana mengernyit. Ia tahu kalau di google banyak informasi tentang Rayhan. Zevana ingin yang signifikan, tentu tidak semua ada di google.
Zevana menarik nafas dan membuangnya berlahan sebagai tanda dirinya untuk tetap sabar menghadapi kembarannya itu. Ia lalu mengetikkan pesan balasan yang langsung mendapat respon dari siempunya kontak.
{ Okke, ane kerjain dengan senyap. Jangan lupa bayarannya. } Tulis Zevan di ruang chat yang hanya Allah, Zevan, dan Zevana yang tahu.
Zevana mengulum senyum manisnya, entah mengapa dirinya penasaran. Ia pernah beberapa kali bertemu dengan sosok Rayhan saat Tuan Rama berkunjung ke pondok. Meskipun tidak bertatap muka secara langsung, namun entah mengapa Zevana penasaran.
Usai bertukar pesan dengan kembarannya, Zevana lebih memilih mengarungi alam mimpi segera. IGD sangat padat hari ini, bahkan jam istirahatnya sangat singkat tadi siang. Tak butuh waktu lama, Zevana sudah terlelap di balik selimut tebal yang membungkus tubuhnya.
Hari berganti...
Zevana membuka kelopak matanya berlahan kala mendengar alarm ponselnya berdering. Adzan subuh pun terdengar merdu di telinganya. Sejenak Ia menikmati suara muadzin masjid pondok nan merdu itu. Hatinya sampai bergetar, air matanya seketika luruh. Kembali Ia mengingat setiap dosa yang diperbuat. Begitu baiknya sang pencipta hingga memberi kesempatan padanya untuk membuka mata kembali. Padahal belum tentu setelah ini dirinya akan berbuat kebaikan.
"Allah" Lirih Zevana masih terisak. Kakinya menekuk hingga sejajar dengan dagu. Lututnya pun jadi tumpuan untuk kepalanya. Tangannya melingkar memeluk kaki. Seketika tangisannya pun pecah.
Entah apa yang Zevana lakukan hingga begitu dalamnya penyesalan yang Ia rasakan. Yang barusan Zevana lakukan adalah bentuk terapi untuk dirinya sendiri. Meluapkan segala beban yang Ia pendam dan rasakan. Berharap setelahnya akan ada rasa lega hinggap di hatinya.
Setelah merasa tenang meski masih sesegukan, Zevana melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Saat keluar dari kamar mandi Zevana sudah terlihat segar. Ia lalu membentangkan sajadah dan melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim. Usai menunaikan dua rekaat wajib, Zevana tak lantas melipat sajadahnya. Ia duduk dengan bibir yang terus melafalkan dzikir. Ujung jemari kanannya sibuk menghitung dzikir dengan ruas-ruas jarinya. Sungguh pemandangan yang menyejukan jiwa.
Terbit pun tiba, Zevana masih setia dengan mukenanya. Kali ini terlihat Ia tengah duduk di sofa dengan tangan yang memegang mushaf. Baru saja Ia hendak membuka mushaf itu, tiba-tiba ketukan pintu terdengar dari luar.
"Tok.."
"Tokk..."
"Tokkk..."
Akhirnya Zevana mengurungkan niatnya dan segera membuka pintu. Terlihat seorang wanita paruh baya berdiri di ambang pintu.
"Ibu.." Sebut Zevana kala melihat sosok di balik pintu. Senyum pun terukir di bibir direktur Hermina.
"Ada apa Bu?" Zevana melihat manik mata Ibunya yang teduh. Tatapannya begitu lembut, melambangkan kasih sayangnya pada sang Ibu.
"Jejen telfon kamu katanya nggak aktif. Katanya ada pasien naratama yang mencari mu." Ujar Ibu Zevana yang di tanggapi dengan tatapan bingung oleh Putrinya.
"Astagfirullah, handphone Nana di charge semalem Bu." Saut Zevana.
"Buruan gih telfon balik, dari suaranya kayaknya udah frustasi tuh. Ibu ada urusan soalnya, jadi mungkin ke RSnya agak siangan." Papar direktur Hermina seraya melangkah pergi.
"Lahhh, padahal aku juga jadwal siang hari ini. Feeling ane nggak enak ini." Gerutu Zevana masuk kedalam bilik.
Zevana segera mengaktifkan ponselnya, terlihat puluhan panggilan tak terjawab dan pesan beruntun. Seketika Zevana menghela nafas panjang kala membaca pesan terakhir dari sudara kembarnya.
{ Cepat kemari, atau yang semalam batal. }
Akhirnya mau tidak mau Zevana harus segera bersiap. Saudaranya itu tidak akan mengancam kalau tidak benar-benar mendesak. Selang beberapa menit Zevana sudah siap dengan outfit casualnya.
Dokter cantik itu gegas melajukan mobilnya setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya.
"BRUUMMM"
Sesampainya di rumkit, Zevana dikejutkan dengan keramaian di bangsal naratama. Ia buru-buru berjalan mendekati keramaian itu. Zevana melongo ketika melihat kembarannya sudah acak-acakan.
"Lahhh JetPam, ente kenape?" Serunya ditengah keramaian. Sontak suara Zevana mengalihkan atensi orang-orang disana.
Zevan nampak meraup wajahnya dengan kasar, "Gegare ente, ane jadi di amuk pasien setresss."
To Be Continued ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
🌷💚SITI.R💚🌷
novel bahasay nuansa betawi ya thoor...sebenary pasien siapa si yg istimewa itu
2025-02-02
1
💞pejuang🤑🤑🤑
untuk pemula udah lumayN ok thor semangat selal💪💪💪
2025-02-01
1
💞pejuang🤑🤑🤑
kie bahasanya di mix ya thor
2025-02-01
1