"Kau mau ke atas sana?" tanya Revand.
Amira mengangguk, "Betapa menyenangkan bila berada di sana" guman Amira lagi, matanya tidak lepas dari gubuk itu.
"Ayo ke sini" panggil Revand sambil berdiri.
Bagai anak kecil yang mendapat hadiah permen, dengan girang hati Amira bangun dari tempat duduk nya, dan meraih sebuah akar pohon yang diberikan Revand padanya.
Amira mencoba menaiki tali itu tapi gagal, dia mencoba lagi tetap saja gagal.
"Huh.... ternyata susah sekali, untuk naik ke atas" gerutu Amira.
Revand tertawa melihat Amira berguling-guling karena jatuh saat mencoba naik ke atas pohon. Tubuh dan wajahnya sudah penuh dengan daun-daun kering yang melekat karena keringat.
Kemudian Revand memberi petunjuk cara naik ke atas pohon menggunakan akar, serta memberi contoh, Amira mencoba lagi..... Lagi-lagi gagal. Berulang kali dia mencoba tetapi tetap saja gagal.
Di saat Amira akan menyerah karena tangannya sudah terasa lelah.
Tiba-tiba..... Revand telah menggendongnya. Dengan lincah dia berhasil membawa tubuh Amira ke atas pohon, dan meletakkannya secara lembut ke sebuah dahan yang berbentuk seperti kursi di samping gubuk.
Wajah Amira bersemu merah, jantungnya berdebar kencang. Selama ini, dia tidak pernah bersentuhan dengan pria lain, selain suaminya sendiri. Kini, bahkan dia telah berpelukan dengan pria lain.
Untuk sesaat, dia merasa berdosa pada suaminya. Melihat Amira yang salah tingkah, Revand segera menggodanya.
"Tubuh mu sangat ringan, apa kau sedang diet?. Pantas aja kau tidak bisa manjat. Kalau kau mau naik ke atas, porsi makan mu harus di tambah lagi" kata Revand.
"Huh... enak aja. Kalau aku menjadi gendut malah tambah tidak bisa naik" omel Amira dengan wajah cemberut.
Melihat ini Revand tertawa kecil, kemudian dia berdiri di salah satu cabang pohon yang agak tinggi di depannya.
"Amira kemarilah, ada yang ingin aku tunjukkan pada mu" mata Revand memandang ke suatu tempat yang jauh.
Amira yang penasaran, segera mengikuti pandangan Revand. Dan bibir Amira tampak ternganga, takjub.
Sesuatu yang luar biasa tampak di sana. Jalanan berliku-liku seperti tubuh seekor ular yang sedang memeluk pohon terukir di sana.
Sedangkan di bawahnya air laut tampak berkejaran dengan buih-buihnya mengelilingi pantai. Ada sebuah pulau berada di tengah laut. Dan pulau itu di penuhi ribuan bunga yang sangat indah.
"Ini luar biasa!!" kata Amira, pandangan matanya tidak berkedip.
"Suatu hari, aku akan mengajakmu kesana" kata Revand pelan. Mata Amira semakin memancar sinar keindahan.
*****
Hampir pukul delapan malam, Amira baru saja berada di rumah. Hati dan pikirannya telah menjadi lebih segar dan bersemangat.
Sebelum pulang tadi, Revand juga telah mengajaknya makan malam ke sebuah restoran yang berada di kaki gunung.
Ternyata restoran ini mempunyai ciri khas. Mereka boleh memancing ikan sendiri dan membakarnya sendiri, tentu saja tetap di bantu oleh pelayan di sana.
Amira dan Revand saling rebutan ikan dan mereka tertawa geli, saat menyadari tingkah mereka tidak lebih seperti anak SMA yang baru mengenal cinta pertama.
"Al.... terima kasih untuk semuanya ya" kata Amira, Revand tersenyum.
Hari ini, Amira benar-benar telah melewati sesuatu yang sangat luar biasa dalam hidupnya. Dia terlihat sudah melupakan kesedihannya. Senyum manisnya masih mengambang di bibir saat memasuki pagar rumahnya.
"Dari mana saja, kau. Mengapa ponsel mu tidak aktif?!!"
Amira yang baru tiba di rumah, terkejut dengan kehadiran mereka berdua. Tumben, batinnya.
Erick dan Sonya ternyata sudah berada di depan rumah, menyambutnya dengan wajah kurang senang.
Dan karena Amira sedang malas bertengkar, jadi dia memilih diam saja melihat keberadaan kedua manusia ini. Hatinya saat ini sedang bahagia, dia tidak ingin moodnya berantakan lagi.
Dia segera mengambil sebuah kunci di dalam tasnya.
Setelah pintu rumah terbuka, Amira segera masuk ke dalam rumah di ikuti Erick dan Sonya di belakangnya.
Padahal rencananya tadi dia ingin segera istirahat setelah sampai ke rumah. Tapi sepertinya istirahatnya akan tertunda dengan kehadiran kedua makhluk ini.
"Kalau suami sedang berbicara, tolong di hargai. Jangan diam saja" omel Sonya, yang merasa kesal melihat penampilan Amira yang kelihatan berbeda dari sebelumnya.
Mendengar itu, sontak Amira berhenti dan membalikkan badannya menghadap Erick dan Sonya.
"Apa yang kalian inginkan?" tanya Amira datar, berusaha bersikap sabar. Dia tahu, sebentar lagi pertengkaran akan terjadi.
Erick menghela napas panjang. Dia jadi bingung menghadapi situasi sekarang ini.
Sonya yang sedang ngidam menginginkan nasi goreng buatan Amira.
Sedangkan Amira sikapnya seperti sudah bersiap untuk berperang.
Erick jadi ragu, mana mungkin mengatakan hal yang sebenarnya pada Amira. Pasti akan terjadi pertengkaran lagi. Aduh Sonya, ngidam kok aneh-aneh ya, keluh Erick. Dan dia segera memutar otak untuk mencari aman.
"Mas ingin makan nasi goreng buatan mu" akhirnya Erick mendapat ide untuk menghindari pertengkaran kedua istrinya.
Amira tersenyum manis, dia tahu ide siapa ini. Karena itu, dia akan menanggapinya dengan cerdas pula.
"Ternyata benar kata orang, walau suami sudah mempunyai istri lain, istri sah tetap yang terbaik ya, mas" kata Amira sambil melirik Sonya dan Erick secara bersamaan.
Spontan Sonya merasa tersinggung, "Apa maksud mu?!"
"Maksudku... ternyata mas Erick tidak pernah bisa melupakan aku, istri sah nya" sahut Amira tenang dengan gaya manja, dia menggandeng tangan Erick.
"Setiap malam mas pasti merindukan aku. Karena itu mas selalu menelpon aku untuk menanyakan kabar aku, mas kangen ya?" tambah Amira lagi, sambil menatap Erick dengan mesra.
Mendapat perlakuan seperti itu, Erick menjadi salah tingkah dan sedikit gugup, tidak biasanya Amira bersikap manja, seperti sekarang ini.
Melihat semua ini, Sonya menjadi sangat murka, kecemburuan merasuki hati dan kepalanya. Keinginannya nasi goreng buatan Amira, lenyap sudah.
"Mas?!.... Apa benar yang dikatakan mbak Amira?!!" bentak Sonya.
Erick yang masih bingung, tidak bereaksi apa-apa. Dia masih terpukau dengan sikap Amira yang mendadak centil.
Melihat Erick hanya diam saja, Sonya semakin marah, "Kalau begitu, aku tidak sudi mengandung anak mu?!!"
Sonya kemudian pergi dengan setengah berlari meninggalkan Erick dan Amira, dengan mata yang berapi-api karena marah.
"Mas, istri muda mu mau bunuh diri, cepat kau susul dia" bisik Amira sambil menunjuk ke arah Sonya.
Erick yang tersadar tidak punya pilihan lagi, selain segera berlari menyusul Sonya yang sudah pergi dari rumah Amira.
"Sayang.... tunggu dulu!!" teriak Erick.
Setelah keduanya pergi, Amira menghela napas lega. Dengan tenang dia segera menutup pintu rumah rapat-rapat, dan menguncinya dari dalam.
.
.#KBS
Dukung Author dengan vote, like dan comment
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments