Bab 5

"Kau yang telah menciptakan keributan dalam rumah tangga kita!!! Dengan menghadirkan ja*****g ini ke rumahku?!!" Amira berkacak pinggang.

"Tutup mulutmu, Amira?!!. Sonya adalah istriku juga. Kalian berdua adalah istriku. Mengapakah kau tidak bisa menerima kehadiran Sonya dalam hidup kita" seru Erick kesal.

"Tidak akan pernah mas?!! Sampai kapan pun aku tidak sudi menerima ja*****g ini hadir dalam rumah tangga kita!!"

"Amira!!!!" bentak Erick.

"Dengar ya kalian berdua?!, jangan pernah berpikir untuk menjadikan aku babu kalian, paham?!!!" Amira juga ikut membentak.

Erick tertegun, tidak menyangka Amira berpikiran seperti itu. Padahal dengan makan bersama seperti usulan Sonya, mereka bisa lebih bisa mengakrabkan diri.

"Amira mas tidak bermaksud seperti itu, sayang...." Erick menurunkan nada suaranya, mencoba membujuk istri pertamanya, yang dikiranya telah salah paham dengan niat mereka.

"Pergilah kalian dari sini?!" setelah berkata seperti, Amira langsung meninggalkan Erick dan Sonya yang masih duduk di kursi meja makan, dia menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Amira........ "

Erick hendak menyusul Amira, tetapi Sonya mencegahnya.

Di dalam hati Sonya merasa senang, melihat Amira dan Erick bertengkar. Dia berharap, Amira menyerah dan memilih pergi dari rumah mewah ini.

"Mas.....biarkan mbak Amira sendiri dulu. Sebaiknya kita pergi" kata Sonya.

"Tapi aku mengkhawatirkan keadaan Amira" ujar Erick sambil mengusap wajahnya.

"Mbak Amira sudah dewasa, dia bisa menjaga dirinya sendiri. Lagi pula mbak Amira butuh ketenangan. Besok pasti sudah bisa berpikir jernih lagi" bujuk Sonya berlagak bijaksana.

Erick menghela napas. Tubuh dan pikirannya sudah sangat lelah, sungguh sulit sekali menyatukan kedua wanita ini.

Akhirnya dia memilih untuk menuruti saran Sonya. Semoga besok Amira sudah tenang kembali, batin Erick.

Erick dan Sonya keluar dari rumah Amira. Sonya menatap jendela kamar Amira dari bawah dengan tersenyum tipis.

Aku akan selalu menciptakan neraka dalam rumah tangga kalian, batin Sonya sambil masuk ke dalam mobil dan mereka berlalu dari rumah Amira.

Dari balik gorden kamar, Amira menatap wajah suaminya yang memilih pergi bersama Sonya.

Padahal malam ini adalah waktu Erick bersama dirinya. Tetapi Erick sudah tidak peduli lagi dengan perasaan hatinya.

Setelah mobil suaminya menghilang dari pandangannya, Amira terduduk di sudut kamar sambil memeluk kedua lututnya. Dia menangis merasakan suaminya sudah semakin jauh darinya.

Setelah dia di poligami, suaminya pun menginginkan dirinya melayani istri baru suaminya juga, yaitu memasak buat mereka.

Tega kau mas..... Dimana hati nurani mu. Amira menangis sejadi-jadinya. Dadanya terasa sesak dan nyeri. Begitu sakit.....

*****

Pagi harinya, Amira kembali menyiapkan sarapan buat Eric. Entah apa yang di kepala Amira, berulang kali di sakiti masih saja dia bersikap memaafkan.

Sisa tangisannya semalam masih tampak jelas terlihat di wajah cantik itu.

Erick yang baru datang segera mendekati Amira.

"Amira.... mas minta maaf atas kejadian semalam. Mas menyesal telah membuat kau salah paham dengan permintaan Sonya" kata Erick berhati-hati takut menyinggung perasaan Amira lagi.

Mendengar itu Amira hanya menghela napas saja. Sekuat tenaga dia menekan perasaannya. Percuma berdebat dengan pria yang sudah kehilangan akal sehat ini.

Lebih baik dia menyelamatkan batinnya yang sudah terlanjur di sakiti. Dia tidak ingin lukanya semakin dalam.

Melihat Amira diam saja, Erick kembali berkata "Kau... kau tidak marah lagi?"

"Apa aku terlihat seperti orang yang sedang marah?" Amira balik bertanya sambil menatap lekat wajah suaminya.

Mendapat tatapan seperti itu Erick menjadi kikuk, tetapi di detik berikutnya wajahnya terlihat berubah.

"Kalau begitu...... bolehkah mas minta sekalian di bawakan bekal buat Sonya juga. Kasihan dia belum sarapan" kata Erick tanpa perasaan bersalah.

Lagi-lagi Amira harus menekan emosinya. Dan tanpa berkata sepatah kata pun juga, Amira segera beranjak ke dapur.

Dan tidak lama kemudian....dua rantang telah berada di tangan Amira.

"Untuk mu warna biru, sedangkan warna kuning buat si ja*****ng itu" kata Amira. sambil meletakkan rantang itu di depan Erick.

"Amira?! Dia itu istri mas juga. Tolong hargai Sonya?!" seru Erick bernada tidak senang.

Amira memutar bola matanya dengan malas.

"Lihatlah betapa ingin dia berteman dengan mu. Tetapi kau selalu berpikiran buruk terhadapnya" omel Erick sambil menenteng kedua rantang dan membawanya ke dalam mobil.

Ingin berteman kok selalu menyusahkan orang lain, batin Amira.

Akan aku tunjukkan arti teman yang sebenarnya, batin Amira sambil memperhatikan Erick memasukkan rantang tersebut ke dalam mobil.

Kemudian mobil melaju dengan pesat ke jalan raya menuju area perkantoran.

Setelah memarkirkan mobilnya di tempat parkiran kantor, Erick segera turun dan terlihat Sonya sudah menunggunya.

Seperti biasa, dia akan mengajak Erick ke kantin kantor untuk sarapan.

Tetapi kali ini dia melihat Erick telah membawa dua rantang di tangannya.

"Ini untuk mu..... Amira yang membuatnya tadi" kata Erick sambil meletakkan rantang kuning ke atas meja dan segera berlalu dari hadapan Sonya.

Erick tidak mau orang di kantor curiga bahwa dirinya dan Sonya sudah menikah. Karena peraturan kantor tidak mengizinkan suami-istri berkerja di satu perusahaan.

Dan selama ini, orang-orang mengira antara Erick dan Sonya hanya berteman saja.

Sejenak Sonya tertegun memandang rantang kuning itu. Apakah Erick sudah berhasil meyakinkan Amira untuk mau menjadi tukang masak mereka?.

Sejenak hatinya terlihat ragu. Dia membuka penutupnya dan aroma nasi goreng segera tercium keluar. Sungguh sangat menggugah selera.

Setelah berpikir sejenak, kemudian Sonya mengalah pada perutnya yang keroncongan minta di isi.

Dengan lahap dia menghabiskan nasi goreng itu tanpa tersisa sedikit pun.

Dan di tempat lain, Amira tersenyum penuh arti.

Kau pikir, aku wanita bodoh ya.....Kita lihat bagaimana nasibmu beberapa menit lagi, batin Amira.

Tiga puluh menit kemudian.....

Suara ponsel terdengar nyaring. Amira meliriknya, di sana tertera nama Erick. Dengan malas dia meraih ponsel itu.

"Amira?!!!! Apa yang telah kau masukkan ke dalam makanan Sonya?!! " suara Erick terdengar menggelegar. Amira terpaksa menjauhkan ponsel itu dari telinganya.

"Ada apa sih, mas? buat kaget aja" tanya Amira berlagak serius.

"Jangan bercanda, Amira. Apa yang telah kau lakukan?! Sonya sampai harus berulang kali ke kamar mandi setelah makan nasi goreng buatanmu!! "

"O.... itu. Aku hanya menambah sedikit obat pencahar saja, mas". sahut Amira tenang.

"Apa?!!!!"

"Aduh mas.... jangan teriak seperti itu dong. Santai aja" seru Amira.

"Amira?!!! Kau sungguh keterlaluan!!"

Klik!!!

Ponsel dimatikan dari seberang. Amira hanya mengangkat bahu. Kemudian dengan santai dia berjalan menyusuri toko pakaian di mall.

Sudah lama rasanya, dia tidak membeli pakaian baru. Dan saat ini, dia ingin menyenangkan hati dan pikirannya.

Dan beberapa gaun telah menjadi pilihannya. Dengan segera dia menuju ke bagian kasir dan membayar dengan kartunya.

.

KBS

Dukung Author dengan vote, like dan comment

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!