Bab 10

Siang itu.....

Jam istirahat kantor sudah tiba, Amira segera mencari kantin yang terdekat dengan kantor. Perutnya terasa melilit, minta segera di isi.

Setelah Amira mendapatkan makanannya, dia segera mencari tempat duduk yang di rasakannya cukup nyaman.

Dan dia melihat ada sebuah meja kosong di sudut ruangan, Amira segera menuju meja tersebut dan duduk di bangku dengan perasaan lega.

"Boleh aku duduk di sini?" Tiba-tiba terdengar suara seseorang.

Amira yang baru saja hendak menyuap makanan ke mulutnya, merasa terkejut. Dan yang lebih terkejut lagi saat melihat seorang pria tampan di depannya.

"Kau...... kau" Amira heran, karena merasa pernah mengenal pria di depannya itu.

"Halo... kita berjumpa lagi ya. Ternyata betul kata nenek moyang dulu, bahwa dunia itu hanya sebesar daun kelor" canda Revand dan langsung duduk di depan Amira.

"Kenapa kau ada di sini? Apa kau bekerja di perusahaan ini juga?! " tanya Amira keheranan, sambil melihat sekelilingnya.

"Ya begitulah.... Oya nama ku Alvaro, kau cukup memanggilku dengan sebutan Al saja" seru Revand sambil mengulurkan tangannya.

Amira menyambutnya dan menyebut namanya dengan suara pelan.

Bagaimana pun dia merasa sungkan berdekatan dengan pria lain, karena dia sudah bersuami.

"Lama juga ya kita tidak berjumpa, ku kira kau benar-benar sudah bunuh diri" kata Revand tertawa geli mengingat kejadian itu.

"Enak aja, aku ini masih ingin menikmati hidup.... ternyata kau pria yang sok tahu ya" sambut Amira ikut tertawa juga.

"Tetapi jujur saja, saat itu aku mengira kau benar hendak bunuh diri, karena wajah mu seperti orang frustasi" seru Revand di sela-sela tawa mereka.

Mendengar itu Amira langsung terdiam.

Revand segera mengalihkan pembicaraan mereka, melihat Amira terdiam. Dan dia bernapas lega, ketika Amira kembali tertawa.

Tampak sekali Amira seperti menutupi sesuatu. Mata itu, walau dalam keadaan tertawa pun, tidak bisa menyembunyikan kesedihan hatinya.

Ingin rasanya Revand merengkuh mata itu di dalam pelukannya. Apalagi dia sudah mengetahui tentang kehidupan Amira yang di poligami, pasti sangat berat baginya.

Sabar, Revand. Wanita di depan mu sepertinya bukan wanita sembarangan. Dia berbeda dengan wanita-wanita yang selama ini kau temui, batin Revand.

. *****

Revand bersenandung lagu dan turun dari mobil sport nya. Tampak seorang wanita setengah baya telah menunggunya.

Dia adalah nyonya Elora ibu Revand. Walaupun nyonya Elora tidak muda lagi, tetapi dia sangat cantik dan anggun. Karena dia selalu menjaga kesehatan dan penampilannya.

"Hai, Mam" sapa Revand sambil mencium tangan ibunya.

"Kau ini dari mana saja" omel Nyonya Elora pada putra semata wayang. Namun begitu, ada tatapan kasih sayang terpancar dari matanya.

"Mencari menantu buat mama" canda Revand sambil duduk di sebelah ibunya.

"Jangan bercanda.... Rossy sudah beberapa kali datang ke sini, tapi kau tidak ada" ujar nyonya Elora lagi.

"Rossy?" kening Revand tampak berkerut tanda sedang memikirkan sesuatu.

"Iyaa... Rossy, gadis yang ingin mama kenalkan pada mu. Dia itu anak tante Marla yang baru pulang dari Belanda".

"Oo..... " jawab Revand singkat.

Revand menghela napas dan sudah menduga apa yang akan dikatakan ibunya.

Entah berapa keluarga sudah, telah di perkenalkan padanya. Kali ini entah keluarga siapa lagi yang akan di undang.

"Revand.... sudah saatnya kau mempunyai istri, biar mama dan papa tenang karena sudah ada yang mengurus mu kelak. Lagi pula mama dan papa sudah semakin tua. Kami ingin melihat mu mempunyai keluarga sendiri. Jangan berkeliaran terus di luar sana" kata nyonya Elora.lagi.

Dan untuk menghindari perjodohan yang selalu dilakukan oleh ibunya, spontan Revand menjawab "Aku sudah mempunyai calon istri, ma"

Mata nyonya Elora berbinar, "Benar kah?"

Revand mengangguk, padahal dia sendiri bingung gadis mana yang di maksudnya.

Banyak teman wanita yang dekat dengannya saat ini. Tetapi sampai sekarang, belum ada satu wanita pun bersemayam dihatinya.

Memang di relung hati yang terdalam, dia telah jatuh cinta pada seorang wanita dari sejak pertama kali bertemu.

Namun sayang, wanita tersebut sudah bersuami, dia adalah Amira.

"Baiklah, kenalkan segera pada mama. Bawa dia kesini" kata nyonya Elora.

Revand tersentak dari lamunannya.

Hei!!!

Mengenalkan pada mama?!!!!

Siapa yang akan dikenalkannya?

Amira?!!

Itu adalah hal yang tidak mungkin.

Sial, batin Revand. Akhirnya dia terjebak dengan perkataannya sendiri.

Diam-diam Revand segera bangkit dari tempat duduknya, di saat nyonya Elora mengabari suaminya Jackson Holmes tentang berita bahagia ini.

Karena Revand tahu, hal berikutnya akan semakin runyam. Jadi menurutnya demi mencari aman, lebih baik saat ini menghindar dulu dari kedua orang yang sedang merindukan kehadiran menantu di rumah ini.

               ***

Pagi itu, Amira terlambat bangun, sudah dipastikan dia akan terlambat masuk kerja. Dengan tergesa-gesa dia menyiapkan segala keperluannya.

Kemudian dia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, dan berhenti tepat di parkiran kantor.

Amira melirik jam yang berada di pergelangan tangannya.

"Duh... kenapa bisa terlambat ya hari ini" keluhnya gelisah. Dia sudah terlambat sepuluh menit dari waktu kantor.

Dengan gerakan cepat Amira memasuki lift dan untunglah lift sedang dalam keadaan sepi.

"Kau terlambat hari ini?" tegur seseorang. Ternyata Revand sudah berdiri di depan pintu lift.

"Iyaa..... kau telat juga? Ayo cepat Al, kita sudah terlambat" seru Amira yang mengira Revand terlambat juga.

Mendengar seruan ini, Refleks Revand ikutan memasuki lift. Amira segera menekan tombol yang berada di sebelah kanannya.

Di dalam lift, Revand melirik Amira yang tampak cemas. Wajahnya tampak lucu. Tanpa sadar, Revand tersenyum kecil.

Setelah pintu lift terbuka, mereka berdua segera keluar dan memasuki ruangan tempat kerja.

Lucu juga melihat mereka celingak-celinguk saat memasuki ruang kerja. Terlebih Revand, bagaimana bisa pemilik kantor mengendap-endap saat memasuki ruang kantornya sendiri.

Tetapi demi dekat dengan wanita pujaan hatinya, Revand terpaksa berakting.

Ini dilakukannya agar Amira tetap merasa nyaman berada didekatnya.

Revand tidak mau, Amira bersikap sungkan bahkan berjaga jarak terhadap dirinya bila Amira tahu siapa Revand sebenarnya.

Dan dia ingin kepolosan dan keluguan Amira tetap terjaga, karena itu yang membuat Revand jatuh cinta pada Amira.

Dan untunglah suasana kantor tampak sangat sibuk, sehingga kehadiran Amira dan Revand tidak dipedulikan oleh karyawan lain.

Amira duduk sambil menetralkan napasnya yang tampak ngos-ngosan karena berlari tadi.

Dan Revand juga duduk di kursi yang sudah di sediakan khusus untuk dirinya, berpura-pura bernapas lega karena sudah melewati badai.

Jarak meja mereka pun tidak terlalu jauh, hanya berselang beberapa meja saja.

Dan dia bersyukur, karena tidak ada yang mengenalnya sebagai Revand Alvaro. Hanya ada beberapa orang saja, dan itu pun sudah paham akan peran masing-masing.

"Kau pasti belum sarapan" Revand meletakkan sebuah kotak berisi makanan dan minuman di hadapan Amira.

Amira kaget.

Bukan kah tadi mereka sama-sama telat dan Amira tidak melihat Revand menenteng sesuatu. Jadi sejak kapan Revand membeli makanan.

Tentu saja semua itu sudah diatur oleh Doni, atas perintah Revand.

Revand mengedipkan sebelah matanya, membalas keheranan Amira.

"Cepat kau makan, sebelum mereka melihat kita" bisik Revand, sambil berpura-pura melihat kanan-kiri.

.

Dukung Author dengan vote, like dan comment

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!