Desas-Desus Jinan menggoda Isa sebagai direktur, kini mulai menyebar di seantero kantor, hingga sampai di telinga Vina. "Apa benar kamu melihat Si gadis udik itu menggoda Pak Bos?" tanya Vina pada OG yang bernama Rahmi, dan Rima.
"Maaf, Bu. Itu bukan urusan saya, saya permisi," jawab Rima sembari berlalu meninggalkan Vina dan Rahmi. Kini tinggal Rahmi yang ditanyai oleh Vina.
"Saya melihat sendiri, Bu. Si Jinan itu sampai memukul-mukul tangan Pak Isa pas di Pantri," jawab Rahmi mengompori. Vina mendengkus geram sembari meremas kertas dan merobeknya.
"Dasar Bocil, aku yang tiap hari berusaha mendekatinya, kenapa kamu malah berani bersaing denganku?" gerutu Vina menumpahkan kekesalannya. "Aku akan membuat kamu dipecat biar kamu jauh dari Pak Isa," Vina terus menggerutu memaki Jinan sembari mencari ide agar bisa menyingkirkan Jinan dari perusahaan Dika.
"Rahmi, kamu pergi beli ini ke warung, dan jangan kembali sebelum aku minta. Aku akan meminta Jinan mengantar kopi ke ruang meeting," ucap Vina pada Rahmi yang segera diiyakan. Dia pun gegas melaksanakan tugas yang diberikan Vina, kemudian dia meminta Jinan pergi mengantar minuman ke tempat meeting.
Dengan penuh semangat, Jinan pergi ke ruang meeting membawa minuman dan cemilan bersama Rima. "Kak Rima, nanti ajarin Inan ya!" ucap Jinan pada Rima.
"Iya, kamu jangan salah ya nanti. Ini tadi daftar pesanan yang diminta para karyawan dan Bos yang sedang meeting," Rima menyerahkan kertas berisi daftar nama dan minuman yang dipesan oleh masing-masing personal yang sedang mengikuti meeting.
"Siang Bapak-bapak, Ibu-ibu, kami mau masuk membawakan pesanan yang dipesan," ujar Rima sembari memasukkan Rolling box makanan, diikuti oleh Jinan.
"Jinan, kok, dia ke sini?" gumam Rafa, dia sangat khawatir Isa akan marah pada Jinan. Isa yang mendengar nama Jinan disebut, kini melirik ke arah pintu.
'Ya ampun, kenapa si bocil masuk ke sini? Siapa yang menyuruhnya? aku harus bagaimana ini, mana aku gak bawa masker,' batin Isa menggerutu melihat Jinan masuk ke ruang meeting.
Ia pun memutar otak untuk mencari sesuatu yang bisa dia jadikan untuk menutupi wajahnya. Untuk sementara, dia memutar kursinya agar membelakangi Jinan.
Sementara itu Vina, kini gegas melaksanakan ide jahatnya untuk mengerjai Jinan. "Tante Sekretaris, ini minumannya!" ucap Jinan sembari meletakkan cangkir berisi coklat panas.
Para karyawan kini cekikikan mendengar panggilan Jinan pada Vina, sedangkan Vina sendiri, wajahnya terlihat merah padam. "Dasar bocil, berapa kali aku bilang, jangan panggil aku Tante!" ketus Vina sembari sedikit menyenggol cangkir yang diletakkan Jinan sehingga tumpah mengenai dirinya sendiri.
"Aww! dasar kamu ya! kamu ini kerja gak pernah becus! lagian siapa yang nyuruh kamu ke lantai 10, bukannya Pak Direktur sudah berbaik hati mempekerjakan kamu dengan syarat kamu jangan naik ke lantai 10 agar tak membuat masalah?" cerocos Vina sembari menepuk-nepuk tangannya yang terkena coklat panas.
"Maaf, Bu Vina, tadi Rahmi sedang keluar, terus saya lihat Jinan di pantri, jadi saya ajak ke sini karena saya gak ada teman," sahut Rima dengan wajah penuh rasa bersalah.
"Kamu, ya udah, sesuai ucapan Pak Dierktur dulu, kamu dipecat sekarang! pertama karena kamu melanggar aturan yang ditetapkan direktur, kedua karena kamu sudah menumpahkan minuman ke file saya juga tangan saya. Lihat gara-gara ulahmu, file saya rusak, padahal ini adalah rangkuman hasil meeting hari ini." ucap Vina seenaknya tanpa bertanya pada Isa yang sejak tadi memunggungi mereka karena takut terlihat Jinan.
"Tante gak adil, orang saya ke sini disuruh si Rahmi," jawab Jinan tak terima.
"Kamu jangan banyak alasan, ayo pergi dari sini! kamu lihat, Pak Direktur juga diam saja, karena dia muak dengan tingkah kamu!" Lagi-lagi Vina mendominasi pembicaraan di ruang meeting itu.
Isa yang tak bisa mengeluarkan suara, hanya bisa mengepalkan tangannya karena marah pada Vina. Sementara Jinan, kini keluar dari ruangan meeting sambil menggerutu. "Ini gak adil, ini benar-benar gak adil!" gerutu Jinan sambil langsung keluar.
Karena Jinan telah keluar, Isa pun berbalik menghadap para karyawannya dengan wajah merah padam menahan amarah. "Eh, Pak. Maaf, Pak. File yang tadi rusak karena ulah OG baru yang ceroboh itu!" ucap Vina sembari cengengesan.
"Rafa, katakan pada Jinan, dia tidak dipecat," ujar Isa pada Rafa yang segera dilaksanakan oleh Rafa.
"Pak, kenapa Bapak gak jadi memecat dia, bukannya dia sudah melanggar ucapan Pak Isa?" protes Vina tak terima Jinan tak dipecat.
"Apa saya juga harus memecat kamu, karena kamu sudah melanggar aturan saya, dan karena kamu sudah merusak file hasil meeting hari ini?" Isa balik bertanya dengan nada dingin.
"Kok, saya, kan itu Jinan?" Vina masih tak terima.
Isa tersenyum sinis sambil memutar rekaman cctv dan mengubungkannya ke layar di belakangnya. "Lihat sendiri rekaman cctv!" titahnya pada seluruh yang hadir di situ.
Mata para karyawan yang hadir di ruang meeting itu terbelalak melihat rekaman yang memperlihatkan Vina yang menyenggol cangkir itu agar tumpah mengenai file di depannya. "Bu Vina benar-benar keterlaluan, kenapa merusak file segala macam?" sungut para karyawan hingga membuat Vina makin gusar.
"Ini peringatan terakhir bagi kamu, jika kamu sekali lagi membuat ulah, kamu saya pecat tanpa pesangon! sekarang perbaiki file yang kamu rusak. Setelahnya kamu saya beri kesempatan sampai seminggu ini, jika seminggu ini kamu berbuat ulah lagi, kamu benar-benar saya pecat! Ini juga berlaku pada semua karyawan," ujar Isa sembari berdiri dan meninggalkan ruang meeting menuju ruangannya.
"Inan, tunggu sebentar!" seru Rafa menyusul Jinan yang akan bersiap mengemasi barangnya.
"Iya, Om asisten, apa Inan ada salah lagi?" tanya Jinan dengan suara memelas hingga membuat Rafa terkekeh karena melihat ekspresi wajah Jinan yang terlihat lucu ketika sedih.
"Kamu jangan khawatir, tadi Pak Direktur bilang, kamu gak jadi dipecat, tadi Pak Direktur sudah mengetahui siapa yang salah," jawab Rafa dengan senyum lembutnya.
"Yang benar, Om? wah, Pak Direktur ternyata baik dan bijak sana juga. Apa Inan boleh ketemu dan ucapin terima kasih?" tanya Jinan terlihat sangat antusias.
"Gak usah, nanti aku sampaikan saja ucapan terima kasih kamu. Oh ya, nanti kita pulang bareng ya, kamu tunggu aku di parkiran, Ok?"
Jinan terkesiap mendengar Rafa minta pulang bersama. Belum sempat dia menjawab, Rafa malah sudah melesat pergi. "Ih, masa aku pulang sama Om Rafa, gimana kalau Om Isa lihat. Bisa sewot nantinya," gumamnya sembari berlalu menuju lantai sembilan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Zuzu Zalikha
lanjut ya Kak Thor
2024-09-14
0
mom's zuzu
ok
2024-09-13
0
Ma'mun Arifin
lanjut thor
2024-09-13
0