Membuat Keributan di Mall

"Kalau di sini gak ada loker, tapi kata Kakak aku, ada loker di perusahaan tempat dia kerja, kalau kamu mau, aku bisa minta kakakku masukin kamu. Nanti soal kuliah, kita bisa kuliah bareng, kelas karyawan."

"Wah, boleh juga, tapi aku gak punya hp?"

"Hmm, gak apa-apa, kamu bisa ke sini, nanti kakakku jemput di sini."

"Ya udah, aku pulang dulu, ya!" pamit Rindi pada Jinan. Setelah Rindi pergi. Jinan pun pergi ke dalam area toko dan memilih baju. Setelah selesai, dia pun pergi ke kasir. "Semuanya 10 juta, Mbak!" ucap si kasir diriingi dengan senyum manisnya.

Sementara yang diajak senyum, malah celingukan kesana-kemari.

"Om, Inan udah selesai, ni! Om kemana ni?" Jinan terlihat gelisah karena belum melihat Isa.

"Eh, Mbak, Mbak mau bayar pake cas, atau kartu? kok, diam aja?" Kasir yang melayani Jinan mulai terlihat kesal.

"Heheh, maaf, Mbak. Itu saya cari Om saya, tadi dia duduk di situ, sekarang gak ada?" jawab Jinan polos.

"Ya udah, deh, Mbak minggir, berdiri dulu di sini, barang-barangnya biar ditaruh di meja kasir. Sementara Mbaknya berdiri di samping sini," ujar si kasir itu memberi solusi.

"Paling juga pura-pura kaya, aslinya dia gak punya duit," bisik salah satu kasir, tapi masih terdengar oleh Jinan.

Jinan terlihat begitu kesal karena Isa yang meninggalkannya begitu saja, sementara itu Isa sendiri, kini sedang menghadiri meeting yang tak jauh dari lokasi di mana Jinan berada.

"Karena meeting sudah selesai, bagaimana kalau kita makan siang di sini saja, Pak Isa?" tanya Hendra, kolega bisnis Isa yang sekali gus Kakak dari Kimberly.

"Baik, silakan Pak Hendra pesan duluan!" ucap Isa dengan penuh kesopanan.

"Pak Isa, kita sebentar lagi akan menjadi keluarga, kenapa Pak Isa masih sungkan?"

"Uhuk Uhuk!" Isa sampai tersedak mendengar ucapan Hendra. Saat itu lah, dia teringat Jinan.

'Ya ampun, aku sampai lupa Jinan sedang belanja, kalau dia sudah selesai, dia pasti kesulitan untuk bayar,' batin Isa membayangkan istri kecilnya kebingungan mencarinya.

"Luh, Pak Isa kenapa?" tanya Hendra.

"Tidak apa-apa, saya baru ingat saya masih ada janji, kalau begitu saya permisi dulu." Tanpa menunggu jawaban Hendra, Isa langsung berdiri dan pergi meninggalkan Hendra. Dia terlebih dulu mengganti Jasnya dengan setelan Jaket dan celana jeansnya.

Sementara itu Jinan, kini dia terlihat makin kebingungan karena kasir di situ semakin mendesak Jinan agar membayar atau meninggalkan barang yang sudah ia pilih. "Maaf, Mbak. sebenarnya Mbak ini niat mau beli gak sih? kok, kamu dari tadi diem aja. Sudah hampir satu jam, loh?" ujar sang kasir merasa kesal dengan Jinan.

"Saya mau beli, tapi saya menunggu sepupu saya, tadi dia katanya ke toilet," jawab Jinan. Dia juga sebenarnya lebih kesal lagi.

"Paling tadinya dia mau nyuri," celetuk seorang pembeli.

"Eh, jangan sembarangan kamu! enak aja, mana mungkin saya mau nyuri, kalau mau nyuri, ngapain saya bawa barangnya ke kasir?" sahut Jinan tak mau kalah.

"Kalau gak mau nyuri, kenapa sekarang belum bayar? Mbak, atau jangan-jangan dia ini orang dari RSJ?"

"Eh, sembarangan kamu!" Jinan yang sudah tersulut emosi kini maju dan menjambak si pembeli yang sok ikut campur.

"Eh, Mbak. Kok, main jambak aja? ayo panggil security, keluarin ni gadis barbar!" seru si kasir memanggil satpam yang tak jauh dari mereka.

Mata Isa terbelalak melihat Jinan ditarik-tarik oleh satpam. "Ya ampun, ada apa dengan gadis itu? Sepertinya dia buat keributan," gumam Isa sembari setengah berlari menuju tempat kasir.

"Eh, ada apa ini, kenapa kalian menarik dia?" tanyanya penuh kecemasan.

"Ini Pak, Mbak ini pura-pura mau belanja, tapi dari tadi gak bayar-bayar, setelah ada yang negur, dia malah marah!" jawab si kasir, membuat Jinan tak terima dengan tuduhan mereka.

"Eh, sudah kubilang dari tadi, aku lagi nunggu Omku, ini orangnya, tapi kalian malah nuduh aku pencuri, ya jelas aku gak terima!" sahut Jinan berapi-api sembari menghempaskan tangan satpam dengan kuat hingga terlepas.

"Eh, sudah! Nan, maaf karena Mas terlambat," ucap Isa meredam amarah Jinan. Dia pun menghadap ke arah para karyawan Mall, "Mbak-mbak, mohon maaf atas keributan ini. Ini salah saya. Tadi saya pergi terlalu lama, sekarang saya akan membayar belanjaan dia. Mana struck-nya?" terang Isa berusaha meredakan pertikaian.

Dia gegas mengeluarkan kartu debit-nya dan membayar semua barang belanjaan istrinya. "Sudah, Pak. Ini silakan dibawa barangnya!" ucap si Kasir memberikan barang-barang belanjaan Jinan.

"Eh, aku gak mau pergi sebelum mereka minta maaf, enak aja mereka menghinaku. Dari tadi aku bilang aku nunggu Om, tapi mereka malah menghinaku!" tolak Jinan saat Isa menuntun tangannya.

"Maaf, kami yang salah," ucap si kasir, tapi perempuan yang tadi menghina Jinan malah berlalu begitu saja.

"Eh, kamu, kenapa kamu gak minta maaf?" Jinan kembali berteriak, tapi Isa segera sigap menarik tangannya lagi.

"Sudah, ayo kita ke mobil, nanti kita cari makan. Kalau gak nurut, Mas gak akan ngajak kamu ke Mall lagi!" ancam Isa sembari menarik tangan Jinan, dan menyuruhnya membawa barang belanjaan.

'Syukurlah dia menurut, benar-benar bikin pusing ni bocah, tapi salahku juga kenapa aku gak bikinin dia kartu debit, biar dia gak susah belanja," keluh Isa dalam hatinya, tapi bibirnya tetap berusaha tersenyum menghadapi kenakalan sang istri.

"Ayo, kita cari makan!" ajak Isa dengan menarik lembut tangan istrinya, tapi Jinan malah menghempaskan tangannya dan berjalan mendahului Isa sembari tetap memanyunkan bibirnya.

Isa menggeleng sembari membenarkan maskernya. "Dasar anak kecil, nyusahin aja!" gerutunya dengan suara pelan, tapi sayangnya terdengar oleh gadis yang berjalan di depannya.

"Om gak ikhlas, ngajak aku ke Mall? ya udah, kita pulang aja!"

"Eh, eh, bukan gitu, siapa yang bilang Mas gak ikhlas. Ya udah, bagaimana kalau Mas ajak kamu beli sesuatu, ayo!" Isa mengajak Jinan menuju geray es krim yang sangat terkenal.

"Wah, es krim!"

"Ya, kamu boleh memilih semua yang kamu suka!"

"Benarkah, Om. Eh, Om, gimana kalau Inan beli buat Stoke di rumah, boleh?"

Isa mengangguk menyetujui permintaan Jinan. "Om, Makasih ya, karena udah beliin Jinan baju dan es krim!" ungkap Jinan setelah mereka ada di mobil. Isa hanya membalas dengan senyuman dan anggukan.

"Om gak usah khawatir, nanti kalau Inan udah kerja, nanti Inan balikin deh, uang Om yang udah Inan pakai buat beli baju," lanjut Jinan sembari memakan eskrim.

"Kerja? emangnya kamu ada niatan kerja?" tanya Isa.

Terpopuler

Comments

Zuzu Zalikha

Zuzu Zalikha

Isa jangan sampe balik ke Kimberly lgi

2024-09-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!